Sistem Tataniaga I ANALISIS TATANIAGA KELAPA KOPYOR

BAB V I ANALISIS TATANIAGA KELAPA KOPYOR

6.1. Sistem Tataniaga

Tataniaga kelapa kopyor dari Desa Ngagel dari petani hingga konsumen akhir, melibatkan beberapa lembaga pemasaran. Lembaga yang terlibat dalam tataniaga kelapa kopyor di lokasi penelitian yaitu pedagang pengumpul tingkat pertama, yang sering pedagang pentotokpedagang keliling, pedagang pengumpul tingkat kedua, pedagang besar dan pedagang pengecer. Skema saluran pemasaran kelapa kopyor di Kecamatan Dukuhseti sebagai lokasi penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada bagan berikut : Gambar 4. Skema Saluran Tataniaga Kelapa Kopyor di Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati Dari skema diatas, terbentuk suatu sistem pemasaran yang merupakan satu kesatuan yang secara fisik terdiri dari bagian-bagian yang saling berkait dan bekerjasama dalam sistem yang terorganisir. Proses tataniaga kelapa kopyor di Desa Ngagel diawali dari penjualan kelapa kopyor oleh petani melalui dua cara, yaitu penjualan kepada pedagang pengumpul I atau yang lebih dikenal dengan pedagang pentotok dan melalui pedagang pengumpul II. Petani Pedagang Besar Pedagang Pengumpul I Pedagang Pengumpul II Pedagang Pengecer Pola I 8 orang petani = 26,67 Pola III 11 orang petani = 36,67 Pola II 11 orang petani = 36,67 Pedagang Besar Pedagang Besar Pedagang Pengumpul II Pedagang Pengecer Pedagang Pengecer Konsumen Lokal Konsumen Lokal dan Non Lokal Kegiatan penjualan kelapa kopyor yang dilakukan petani kepada tingkat pedagang pengumpul I dan pedagang pengumpul II ini rata-rata sebesar 455 butir dalam satu kali panen. Satu periode panen biasanya dilakukan setiap bulan, dalam penelitian ini dilakukan sebanyak tiga kali masa panen, dengan perincian besarnya kapasitas petani yang menjual ke pedagang pentotok sebanyak 728 butir. Sedangkan besarnya jumlah panen petani yang melakukan penjualan ke pedagang pengumpul II sebesar 637 butir selama tiga periode panen. Tataniaga kelapa kopyor di Desa Ngagel ini membentuk sebuah sistem pemasaran antara petani dengan pedagang pengumpul, dimana interface yang terjadi adalah pada saat 30 responden petani berhadapan secara langsung dengan empat pedagang pengumpul I dan dua pedagang pengumpul II. Pada tahapan interstage yang dilakukan 19 orang atau 63,33 persen responden petani pada tahapan pertama dengan pedagang pentotok pada tahapan kedua terjadi pada saluran pemasaran 1 dan saluran pemasaran 2. Penentuan harga jual 19 orang petani responden kepada empat pedagang pengumpul I menggunakan sistem tawar- menawar. Secara umum alasan petani menjual ke pedagang pentotok dikarenakan hal- hal sebagai berikut: 1. Lebih mudah, karena pemanenan dilakukan sendiri oleh pedagang pentotok dengan demikian petani dapat menghemat biaya panen. 2. Tidak perlu mencari pasar dan menghemat waktu karena pedagang pentotok datang langsung ke kebun petani. 3. Harganya sudah diperhitungkan. 4. Adanya standar ukuran produk, walaupun dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan dan penglihatan. Pengukuran ini diketahui kedua belah pihak berdasarkan patokan yang tetap bahwa untuk jenis kelapa genjah kecil, sedangkan untuk jenis kelapa dalam bisa masuk dua kriteria yaitu kategori sedang dan besar. Pada sistem pemasaran saluran 1 ini melibatkan delapan orang petani yang menghasilkan sebanyak 288 butir atau sekitar 21,10 persen dari total produksi panen. Petani tahapan pertama menjual kepada pedagang pengumpul I pada tahapan kedua. Pedagang besar pada tahapan ketiga melakukan pembelian secara tunai dari pedagang pengumpul I. Pedagang besar ini mempunyai kekuatan paling besar dalam mempengaruhi harga. Proses penyaluran berikutnya dilakukan oleh pedagang besar kepada pedagang pengecer. Selanjutnya, pedagang pengecer berhadapan langsung dengan konsumen ditingkat akhir. Dalam interstage yang terjadi antara pedagang pengumpul I pada tahapan kedua dengan pedagang pengumpul II pada tahapan ketiga dalam saluran pemasaran 2. Dimana sebanyak 440 butir kelapa kopyor atau 32,23 persen dari total produksi ini didistribusikan oleh pedagang pengumpul I menuju ke pedagang pengumpul II. Pada sistem pemasaran antara pedagang pengumpul I dengan pedagang pengumpul II, interface yang terjadi adalah saat dua orang pedagang pentotok berhadapan langsung dengan dua orang pedagang pengumpul II. Pedagang pengumpul II membeli kelapa kopyor dari pedagang pengumpul I yang menjadi langganannya. Penentuan harga lebih dominan berada di tangan pedagang pengumpul II. Selanjutnya dari tangan pedagang pengumpul II dijual lagi ke pedagang besar, kemudian diteruskan pedagang pengecer hingga sampai ke tangan konsumen. Pedagang besar pada tahapan keempat pada saluran pemasaran 2 ini hanya menjual sebanyak 190 butir kepada pedagang pengecer lokal, selebihnya disetorkan ke pedagang luar kota. Pemasaran dari petani melalui pedagang pengumpul II pada saluran 3, dilakukan sebanyak 11 orang petani responden atau sekitar 36,67 persen dari total responden petani. Interface yang terjadi antara petani dengan pedagang pengumpul II berlangsung di pasar tradisional lokal, yaitu Pasar Ngagel dan Pasar Tayu. Di kedua pasar ini terjadi interaksi dan proses tawar- menawar antara keduanya. Petani menjual sebanyak 637 butir atau 46,67 persen dari total produksi langsung ke pasar tersebut. Petani pada saluran ini memperoleh harga jual yang lebih tinggi daripada petani yang menjual ke pedagang pentotok. Perolehan harga jual yang lebih tinggi ini berkaitan dengan adanya biaya-biaya yang harus dikeluarkan petani. Pada saluran pemasaran tiga, kegiatan interstage antara petani pada tahapan satu berhadapan dengan pedagang pengumpul II tahapan kedua ini berlangsung dipagi hari sekitar jam 04.00 sampai jam 07.00 WIB. Jika proses penjualan ini lewat dari jam diatas, maka petani akan menjualnya secara borongan tanpa memperhatikan ukuran lagi. Hal ini disebabkan pada hari- hari tersebut produk ini kurang diminati konsumen dan petani tidak bisa menunda penjualan karena alasan ekonomi. Pedagang pengumpul II ini yang kemudian mendistribusikan kepada pedagang besar ditingkat kecamatan. Pedagang besar pada tahapan ketiga, saluran pemasaran 3 berhadapan langsung dengan pedagang pengecer. Pedagang pengecer pada tahapan keempat, saluran pemasaran 3 ini menjual langsung kepada konsumen akhir. Pada saluran pemasaran 2 dan saluran pemasaran 3 ini, sebagian dari jumlah kelapa kopyor yang diterima pedagang besar, selain dijual secara eceran kepada konsumen akhir, juga disalurkan kembali kepada pedagang pengecer yang berada diluar kota Pati.

6.2. Saluran Pemasaran