lahan dan pemukimannya jauh dari jalan utama desa, merupakan alasan penulis memberi frame sampel berdasarkan daftar nama petani penerima bantuan bibit
kelapa kopyor pada proyek pengembangan perkebunan di Jawa Tengah. Jumlah petani yang ada pada daftar berjumlah 80 orang, maka ditentukan jumlah
responden sebanyak 30 petani yang dipilih secara random. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka responden petani sebanyak 30 orang dianggap telah
mewakili populasi petani kelapa kopyor di Desa Ngagel. Responden pedagang yang diwawancarai dipilih berdasarkan alur
pemasaran kelapa kopyor dari Desa Ngagel, yang terdiri dari pedagang pengumpul I sebanyak empat orang, pedagang pengumpul II sebanyak dua orang,
pedagang besar sebanyak tiga orang, dan pedagang pengecer sebanyak dua orang. Pengambilan sampel pada tataniaga kelapa kopyor tidak langsung kepada
lembaga pemasaran level paling bawah yaitu petani. Hal ini untuk menghindari lembaga pemasaran yang dianalisis efisiensi pemasarannya ternyata tidak
menggunakan saluran pemasaran yang telah terbentuk sebelumnya. Agar dapat diperoleh informasi yang lebih akurat, penelitian ini diperkuat
dengan mengadakan pengamatan langsung di lapangan baik di tingkat petani maupun di setiap lembaga pemasarannya. Pemilihan sampel responden dilakukan
secara sengaja berdasarkan informasi yang didapat dari hasil survei awal dan wawancara dengan aparat kecamatan Dukuhseti, ketua kelompok tani
Ngudiutomo dan Ngudiroso di Desa Ngagel dan Bakalan, dan pedagang besar di Kecamatan Tayu.
4.4. Analisis Data
Dalam penelitian ini yang dipakai sebagai unit analisis adalah petani tanaman kelapa kopyor, pedagang pengumpul I, pedagang pengumpul II,
pedagang besar, dan pedagang pengecer. Data yang terkumpul dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif kualitatif.
4.4.1. Analisis Saluran dan Lembaga Pemasaran
Saluran pemasaran kelapa kopyor di Kabupaten Pati dimulai dari penelusuran di tingkat petani, pedagang pengumpul I, pedagang pengumpul II,
pedagang besar, pedagang pengecer sampai kepada konsumen. Dari saluran pemasaran yang terbentuk dapat digambarkan secara keseluruhan pola saluran
pemasaran. Secara umum jika pola pemasaran yang terbentuk semakin panjang, maka dapat diketahui margin tataniaga antara petani dan konsumen juga semakin
besar. Dengan demikian pola tersebut menjadi tidak efisien. Pola saluran yang terbentuk dari para pelaku pemasaran sesuai dengan
fungsinya, baik fungsi pertukaran, fungsi fisik maupun fungsi fasilitas. Fungsi- fungsi tataniaga ini berdasarkan masing- masing kegiatan pokok dalam penyaluran
kelapa kopyor dari produsen sampai ke konsumen. Lembaga- lembaga pemasaran melakukan pengangkutan barang dari tingkat produsen sampai tingkat konsumen,
juga berfungsi sebagai sumber informasi mengenai sumber penghasil kelapa kopyor, sehingga dapat diketahui upaya- upaya apa saja yang dilakukan pada tiap-
tiap lembaga dalam memperbaiki tataniaganya.
4.4.2. Analisis Struktur dan Perilaku Pasar
Untuk mengetahui struktur pasar kelapa kopyor dapat dilihat berdasarkan saluran pemasaran yang didukung peranan fungsi- fungsinya, jumlah lembaga
pemasaran yang terlibat penjual dan pembeli, sifat produk, kebebasan keluar masuk pasar, informasi harga pasar yang terjadi.
Dalam tingkah laku pasar kelapa kopyor dianalisis dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian, kerjasama antar lembaga tataniaga, sistem
penentuan dan pembayaran harga.
4.4.3. Analisis Margin Tataniaga
Analisis margin pemasaran untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasaran kelapa kopyor. Margin pemasaran dihitung berdasarkan pengurangan harga
penjualan dengan harga pembelian pada setiap tingkat lembaga pemasaran atau perbedaan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh
konsumen. Secara matematis margin pemasaran dirumuskan sebagai berikut
Limbong dan Sitorus,1987 : Mm
i =
Ps
i
- Pb
i ..................................................................................................... 1
Keterangan: Mm
i
: Margin tataniaga pasar pada tingkat ke- i Ps
i :
Harga jual pasar pada tingkat ke- i Pb
i
: Harga beli pasar pada tingkat ke- i Karena dalam margin pemasaran terdapat dua komponen yaitu komponen
biaya dan komponen keuntungan lembaga pemasaran. Maka besarnya margin pemasaran merupakan penjumlahan dari biaya-biaya pemasaran dan keuntungan
yang diperoleh lembaga pemasaran, dirumuskan sebagai berikut : Mm
i
= Ci+ p
i ...................................................................................................... 2
Keterangan : C
i
: Biaya lembaga pemasaran pada tingkat ke- i p
i
: Keuntungan lembaga pemasaran pada tingkat ke- i Dari kedua persamaan diatas, maka diperoleh:
Ps
i
- Pb
i
= C
i
+ p
i ……………………………………………………………. .................. 3
Keuntungan lembaga pemasaran pada tingkat ke-i : p
i
= Ps
i
- Pb
i
- C
i ……………………………………………………………. .................... 4
Menurut Raju et. al dalam Sarma 1985 terdapat 2 metode dalam perhitungan margin pemasaran yaitu metode tengggang waktu time lag method
dan metode berbarengan. Metode tenggang waktu, dilakukan dengan cara mengikuti aliran barang sepanjang rantai pemasaran yang dilakukan. Unsur waktu
dapat diperhitungkan lebih seksama dalam perhitungan margin pemasaran. Kendala yang dihadapi dalam perhitungan adalah sukar dalam pelaksanaan dan
memerlukan banyak waktu. Metode berbarengan dengan cara membandingkan harga pada berbagai tingkat saluran pemasaran pada tingkat waktu yang sama.
Walaupun tidak seakurat metode tenggang waktu namun metode ini mudah dilakukan. Pada penelitian ini menggunakan metode berbarengan.
4.4.4. Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya