tanpa memperhatikan ukuran lagi. Hal ini disebabkan pada hari- hari tersebut produk ini kurang diminati konsumen dan petani tidak bisa menunda penjualan
karena alasan ekonomi. Pedagang pengumpul II ini yang kemudian mendistribusikan kepada
pedagang besar ditingkat kecamatan. Pedagang besar pada tahapan ketiga, saluran pemasaran 3 berhadapan langsung dengan pedagang pengecer. Pedagang pengecer
pada tahapan keempat, saluran pemasaran 3 ini menjual langsung kepada konsumen akhir. Pada saluran pemasaran 2 dan saluran pemasaran 3 ini, sebagian
dari jumlah kelapa kopyor yang diterima pedagang besar, selain dijual secara eceran kepada konsumen akhir, juga disalurkan kembali kepada pedagang
pengecer yang berada diluar kota Pati.
6.2. Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses yang menjadikan suatu produk barang atau jasa yang
siap untuk dikonsumsi oleh konsumennya. Penelusuran pola pemasaran komoditi kelapa kopyor ini dimulai dari titik produsen sampai kepada pedagang pengecer
yang berhubungan langsung dengan para konsumen akhir. Berikut tiga buah pola
saluran pemasaran yaitu:
Pola I : Petani ? Pedagang Pengumpul I ? Pedagang Besar ? Pedagang Pengecer ? Konsumen
Pola II : Petani ? Pedagang Pengumpul I ? Pedagang Pengumpul II ?
Pedagang Besar ? Pedagang Pengecer ? konsumen Pola III
: Petani ? Pedagang Pengumpul II ? Pedagang Besar ? Pedagang Pengecer ? konsumen
Dari ketiga jalur pemasaran tersebut, jumlah petani yang memasarkan kelapa kopyor ke jalur I sebanyak delapan orang 26,67 Persen, jalur 2 sebanyak
11 orang 36,67 Persen, jalur 3 sebanyak 11 orang 36,67 Persen.
6.2.1. Saluran Pemasaran 1
Saluran pemasaran 1 ini digunakan oleh delapan orang petani responden 26,67 persen dari total petani responden. Petani menjual langsung kepada
pedagang pentotok di tingkat desa, kemudian dijual lagi ke pedagang besar yang berada di luar Desa Ngagel dan di luar kecamatan. Pedagang besar ini lalu
mendistribusikan ke pedagang pengecer yang berada di kawasan Kota Pati dan luar kota, untuk dijual kembali kepada konsumen. Alasan petani menggunakan
saluran ini, karena mereka tidak perlu melakukan kegiatan panen sendiri dan tidak perlu menjual sendiri hasil panennya ke pasar. Selain petani dapat mengerjakan
kegiatan bertani lainnya, juga lebih praktis dan menghemat biaya panen. Pedagang pentotok atau pengumpul I pada saluran ini menentukan harga
yang berlaku berdasarkan harga yang sedang terjadi di pasar dan informasi harga berasal dari pedagang besar. Sistem pembelian antara petani dan pedagang
pentotok dilakukan secara tunai. Dalam melakukan pembelian di tingkat petani, pedagang pentotok ini melakukan pengemasan secara sederhana dengan karung
goni dan keranjang. Penggunaaan karung dan keranjang bertujuan untuk mempermudah pengangkutan ketempat pedagang besar. Pengangkutan dari
pedagang pentotok ke pedagang besar, biasanya menggunakan sepeda dan sepeda motor, karena penjualannya dilakukan setiap hari dalam jumlah kecil.
Pedagang besar membeli kelapa kopyor dari beberapa pedagang pentotok, diantaranya pedagang pentotok responden. Pedagang besar pada saluran ini
berada di Kecamatan Dukuhseti dan luar kecamatan ini. Pedagang besar ini melakukan pengumpulan barang dirumah, kemudian keesokan harinya baru
disetorkan ke kios-kios pengecer di Kota Pati. Alat transportasi yang digunakan berupa mobil pick up untuk sampai ke kota. Selanjutnya pedagang pengecer
memasarkannya ke konsumen, baik konsumen lokal maupun luar kota.
6.2.2. Saluran Pemasaran 2
Saluran pemasaran kedua ini digunakan oleh 11 orang petani responden 36,67 Persen
merupakan saluran terpanjang dalam rantai tataniaga kelapa kopyor. Saluran ini terdiri dari petani, pedagang pengumpul I, pedagang
pengumpul II, pedagang besar, pengecer dan konsumen. Dalam saluran ini penentuan harga dilakukan berdasarkan harga pasar yang didapatkan melalui
pedagang paling atas, yaitu pedagang besar. Alasan petani menggunakan saluran
ini kurang lebih sama dengan saluran sebelumnya. Sistem pembayaran ditingkat petani dengan pedagang pentotok adalah tunai.
Pedagang pentotok ini langsung menjual kepada pedagang pengumpul II di tingkat desa. Pedagang pentotok menggunakan alat transportasi sepeda dan
sepeda motor dalam menuju ketempat pedagang pengumpul II. Pedagang pengumpul II menjualnya lagi ke pedagang besar di tingkat kecamatan. Pedagang
pengumpul II menggunakan alat transportasi mobil pick up untuk sampai ketempat pedagang besar, karena penjualan barang dalam jumlah yang besar.
Pedagang pengumpul II ini mengeluarkan lebih banyak biaya dibanding pedagang pentotok, biaya ini antara lain biaya transportasi, biaya pengemasan dan biaya
bongkar- muat. Sistem pembayaran yang dilakukan antar pedagang adalah sistem panjer dan dibayar kemudian. Harga yang berlaku adalah harga yang sedang
terjadi di pasar berdasarkan informasi yang berasal dari pedagang yang lebih tinggi tingkatannya.
Dari tangan pedagang pengumpul II dijual lagi ke pedagang besar. Sistem pembayaran yang dilakukan secara tunai dan dibayar kemudian. Pada saluran ini
pedagang besar berhadapan dengan pedagang pengecer lokal dan pedagang dari luar kota. Hal ini dikarenakan tempat penampungannya sangat strategis di pasar
kecamatan dan telah banyak diketahui para pedagang atau konsumen langganan dari luar kota. Dari tangan pedagang pengecer lokal kemudian diteruskan ke
konsumen akhir.
6.2.3. Saluran Pemasaran 3