6.5. Analisis Perilaku pasar
Perilaku pasar menunjukkan pola tingkah laku lembaga- lembaga pemasaran yang menyesuaikan dengan struktur pasar, dimana lembaga tersebut
melakukan kegiatan penjualan dan pembelian serta menentukan bentuk-bentuk keputusan yang harus diambil dalam menghadapi struktur pasar tersebut. Perilaku
pasar dapat dilihat dari proses pembentukan harga dan stabilitas permintaan serta ada tidaknya praktek jujur dari lembaga pemasaran.
Struktur pasar dan perilaku pasar akan menentukan keragaan pasar yang dapat diukur melalui perubahan biaya, harga, margin pemasaran dan jumlah
kuantit as barang yang diperdagangkan Dahl and Hammond, 1977. Perilaku pasar dapat diketahui dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian yang
dilakukan oleh masing- masing lembaga pemasaran, sistem penentuan harga dan pembayaran, serta kerjasama antar lembaga pemasaran.
6.5.1. Praktek Pembelian dan Penjualan
Dalam penelitian ini, praktek penjualan dan pembelian dilakukan oleh setiap pelaku pemasaran. Diawali dari petani menjual kelapa kopyor melalui dua
cara, yaitu penjualan kepada pedagang pengumpul I dan melalui pedagang pengumpul II. Kegiatan panen dilakukan oleh pedagang pengumpul I sendiri
langsung di kebun petani sehingga pedagang pengumpul harus mengeluarkan biaya tenaga kerja untuk panen, pengemasan, pengangkutan. Sedangkan untuk
petani yang menjual langsung ke pedagang pengumpul II, kegiatan panen dilakukan oleh petani itu sendiri. Petani ini yang mengeluarkan biaya panen dan
biaya transportasi. Pedagang pengumpul I dan pedagang pengumpul II kemudian menjual kelapa kopyor ke pedagang besar di Pasar Ngagel dan Pasar Tayu.
Praktek pembelian di tingkat pedagang besar dilakukan dengan pedagang pengumpul I dan pedagang pengumpul II yang berasal dari berberapa desa di
Kabupaten Pati. Pedagang grosir biasanya sudah memiliki langganan dengan beberapa pedagang pengumpul sehingga tidak mengalami kesulitan dalam
persediaan produk. Penjualan di pedagang grosir dilakukan dengan pedagang pengecer yang menjual kembali ke konsumen akhir atau sebagian lagi dijual
langsung kepada konsumen. Kelapa kopyor yang tidak habis terjual dalam satu hari tertentu disimpan untuk dijual kembali pada hari berikutnya.
Dalam penelitian ini penulis hanya mengambil contoh pedagang pengecer yang ada di kawasan kota Pati. Kegiatan pembelian di tingkat pedagang pengecer
dilakukan dengan pedagang besar yang berasal dari daerah Tayu, Juana, dan Rembang. Pedagang pengecer ini biasanya sudah memiliki langganan dengan
pedagang besar sehingga tidak mengalami kesulitan dalam persediaan produk. Penjualan di pedagang pengecer adalah penjualan kepada konsumen lokal dan
luar kota.
6.5.2. Sistem Penentuan Harga dan Pembayaran Sistem Penentuan Harga
Sistem penentuan harga pembelian kelapa kopyor antara petani dengan pedagang pengumpul I dan pedagang pengumpul II melalui:
1. Tawar- menawar; dimana harga yang terbentuk merupakan hasil kesepakatan kedua belah pihak. Harga yang telah disepakati tergantung daripada kekuatan
permintaan dan penawaran yang terjadi dipasar. 2. Penentuan secara sepihak; pada sistem ini, harga yang terbentuk merupakan
harga yang telah ditentukan oleh pedagang pengumpul pentotok I dan pedagang pengumpul II secara sepihak. Hal ini terjadi jika pedagang
pengumpul II terlebih dahulu mengetahui perkembangan harga yang berlaku di pasar.
Sementara itu, sistem penentuan harga antara pedagang pentotok, pedagang pengumpul II, pedagang besar, pada umumnya adalah tawar- menawar.
Namun, sebenarnya harga beli pedagang pengumpul II merupakan hasil penyesuaian terhadap harga yang berlaku ditingkat pedagang besar. Proses
penentuan harga lebih berdasarkan pada penawaran pedagang besar yang dapat memprediksikan perubahan permintaan pasar. Dimana harga yang ditetapkan
pedagang besar terhadap pedagang pentotok dan pengumpul II didasarkan atas harga yang berlaku umum di pasar, dimana tergantung dari volume kelapa kopyor
dan jumlah pembeli pada saat itu.
Kemudian untuk sistem penentua n harga antara pedagang besar dan pedagang pengecer antara lain :
1. Tawar- menawar; dimana harga yang terbentuk merupakan hasil kesepakatan kedua belah pihak.
2. Penentuan secara sepihak; dimana harga yang terbentuk ditentukan oleh pedagang besar. Pedagang pengecer ini merupakan pelanggan tetap pedagang
besar.
Sistem Pembayaran
Sistem pembayaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran, yaitu: 1. Sistem pembayaran tunai
Lembaga pemasaran yang melakukan pembayaran tunai, yaitu; pedagang pengecer kepada pedagang besar; pedagang besar kepada pedagang
pengumpul II; pedagang pengumpul II kepada pedagang pentotok yang umumnya bermodal relatif kecil; pedagang pentotok kepada petani responden.
Sistem pembayaran tunai juga dilakukan konsumen kepada pedagang besar dan pedagang pengecer.
2. Sistem panjer Pembayaran ini dilakukan oleh pedagang pengumpul II kepada pedagang
pentotok. Pedagang pentotok pada umumnya memiliki sedikit modal untuk melakukan pembelian kepada petani. Pedagang pengumpul II sering
berinisiatif memberikan uang terlebih dahulu kepada pedagang pentotok, dengan jaminan produknya harus disetorkan kepadanya. Dalam sistem panjer
ini secara tidak langsung pedagang pengumpul II memberikan ikatan kepada pedagang pentotok. Pembayaran jenis ini juga kadang-kadang dilakukan
pedagang besar kepada pedagang pengumpul II. 3. Sistem pembayaran kemudian
Terdapat dua lembaga pemasaran yang melakukan pembayaran kemudian yaitu; pedagang besar kepada pedagang pengumpul II dan pedagang
pengumpul II kepada petani langganan. Sistem pembayaran kemudian biasanya telah dilandasi saling percaya antar keduanya. Adanya pembayaran
kemudian ini, pihak pedagang pengumpul II terkadang merasa terhambat modalnya, tetapi mereka juga memaklumi karena pedagang besar tidak
memiliki cukup uang tunai untuk melakukan pembayaran tunai. Apabila terpaksa harus melakukan pembayaran tunai, biasanya dapat dilakukan secara
setengah dimuka dan setengah lagi setelah produknya laku terjual.
6.5.3. Kerjasama Antar Lembaga Tataniaga