Karakteristik Petani Responden GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5.2. Karakteristik Petani Responden

Dari hasil wawancara dengan petani responden diperoleh data yang menunjukkan bahwa umur petani responden di Desa Ngagel dimulai dari umur 36 sampai dengan 78 tahun, dimana jumlah petani paling banyak terdapat pada golongan umur di atas 46 tahun yaitu sebesar 80 persen atau sebanyak 24 jiwa seperti terlihat pada Tabel 7. Tabel 7. Karakteristik Petani Responden di Desa Ngagel, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati Karakteristik Jumlah Orang Persentase Umur = 25 tahun - - 26 – 45 tahun 6 20 = 46 tahun 24 80 Tingkat Pendidikan Tidak tamat SD 1 3,33 Tamat SD SR 15 50 Tamat SLTP Tsanawiyah 6 20 Tamat SLTA Aliyah 6 20 PT 2 6,67 Tingkat Pengalaman = 14 tahun 4 20 15 tahun 26 80 Luas Lahan Garapan 200 m 2 11 36,67 200 – 490 m 2 16 53,33 = 500 m 2 3 10 Sumber : Data Primer diolah, 2004. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa usahatani kelapa kopyor dapat dikembangkan oleh sebagian besar petani tanpa memandang usia. Pada umumnya petani telah melakukan usahatani ini sejak lama, tetapi petani mempunyai rata-rata usia yang relatif tua, hal ini dikarenakan tidak adanya generasi muda anak- anaknya yang meneruskan usaha keluarga ini. Mereka lebih suka bekerja di sektor nonpertanian yang dirasa mendapat gaji yang lebih besar daripada bertani. Dari 30 petani responden hanya dua orang yang berpendidikan sampai perguruan tinggi, selebihnya enam orang lulus SLTA, enam Orang lulus SLTP, 15 orang lulus SD dan ada satu orang tidak sampai tamat SDSR. Untuk pendidikan non formal petani responden hanya mengikuti pelatihan singkat tentang bagaimana cara pengendalian hama dan penyakit yang mudah, cepat dan murah. Murah disini karena pada umumnya cara pengendalian hama dilakukan dengan tradisional dengan menggunakan obat-obatan racikan sendiri dari bahan yang mudah didapatkan di sekitar lingkungan petani. Dengan adanya pengetahuan tersebut diharapkan petani dapat mengurangi pemakaian pestisida untuk memberantas hama tanamannya. Tingkat pendidikan yang baik merupakan salah satu faktor penting yang akan mempermudah petani dalam menerima informasi dan petunjuk tentang cara mengelola serta mengembangkan komoditas pertanian ini. Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa petani responden yang telah melakukan usahatani kelapa kopyor selama kurang dari atau 14 tahun sebanyak empat orang 20 persen dan lebih dari 15 tahun sebanyak 26 orang 80 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa para petani di daerah ini sudah cukup berpengalaman dalam usaha kelapa kopyor, walaupun dengan skala usaha yang relatif kecil. Hal ini juga terlihat dari luas lahan garapan yang digunakan. Petani yang memiliki luas lahan lebih dari 500 m 2 hanya tiga orang 10 persen, 16 orang 53,3 persen memiliki lahan seluas 200 – 490 m 2 dan sisanya, sebanyak 11 orang 36,67 persen hanya memiliki lahan garapan kurang dari 200 m 2 . Alasan petani melakukan usahatani kelapa kopyor adalah dikarenakan tanaman ini cocok ditanam di daerah ini yang keadaan tanahnya berpasir. Selain itu, usaha ini bersifat turun-temurun yang dapat memberikan tambahan penghasilan yang cukup menguntungkan dari hasil panen setiap bulannya. Hambatan yang dihadapi petani dalam usahatani ini adalah serangan hama penyakit yang umumnya menyerang tanaman kelapa lainnya, fluktuasi harga jual yang tidak menentu setiap saat, adanya keterbatasan modal untuk menambah luasan lahan dan bibit kopyor untuk dibudidayakan secara serius. Dari hasil pengamatan usahatani kelapa kopyor di Desa Ngagel, sebagian besar petani kelapa kopyor mengusahakan tanaman kelapa kopyor untuk memperoleh penghasilan sampingan. Pekerjaan utama petani responden rata-rata adalah petani sawah.

5.3. Karakteristik Pedagang Responden