140 krisis pertumbuhan masih positip 1.38 persen, dan pasca krisis ekspor
manufaktur kembali tumbuh dengan angka yang cukup tinggi 9.56 persen.
Sedangkan dalam masa 16 tahun tahun 1993-2009 ekspor manufaktur meningkat rata-rata 8.15 persen. Namun pertumbuhan ekspor pada tahun 2009 mengalami
kemerosotan yang cukup besar yakni -16.92 persen.
6.1.4. Perkembangan Ekspor Manufaktur Indonesia
Ekspor industri manufaktur memiliki peranan yang besar terhadap penerimaan devisa melalui kontribusinya pada total ekspor Indonesia, khususnya
ekspor non migas. Menurut Gillis, et.al 1992, pertumbuhan manufaktur Indonesia dilatar belakangi oleh pengembangan industri-industri substitusi impor,
terutama barang-barang konsumtif yang sebelumnya di impor dari luar negeri. Periode industri substitusi impor berlangsung cukup lama, yang dimulai tahun
1970 hingga pertengahan tahun 1980an. Selama berlangsungnya substitusi impor, kebijakan industri dan perdagangan sangat protektif, dengan cara menerapkan
tarif impor yang sangat tinggi terutama terhadap barang-barang konsumsi, di samping itu juga dikenakan pajak penjualan barang-barang impor, tetapi untuk
barang-barang modal dan bahan baku tarifnya sangat rendah. Tingginya tarif bea masuk serta dikenakannya pajak penjualan terhadap
barang impor tersebut menyebabkan ekspor kurang berkembang, karena perusahaan-perusahaan lebih tertarik pada pasar dalam negeri yang pada saat itu
harganya mampu bersaing dengan barang-barang impor. Di samping itu fasilitas subsidi dan proteksi banyak diberikan kepada industri. Karena ekspor kurang
berkembang, maka
cadangan devisa
mengalami keguncangan.
Setelah pertengahan tahun 1980-an, pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan yang
141 berorientasi pada ekspor export promotion. Semenjak itulah ekspor non migas
Indonesia mulai berkembang, terutama yang bersumber dari ekspor manufaktur Parningotan, 2000.
Ekspor non migas terus mengalami perkembangan, baik dari jenis produk yang di ekspor, maupun dari negara tujuan ekspor. Komoditas ekspor produk-
produk industri Indonesia terdiri dari banyak jenis. Dari beberapa jenis produk ekspor manufaktur tersebut, terdapat beberapa jenis produk unggulan seperti, kayu
lapis, kayu olahan, tekstil, pakaian jadi, karet olahan, minyak sawit, alat-alat listrik, makanan olahan, bahan kimia, dan kertas. Secara lengkap perkembangan
ekspor manufaktur Indonesia dapat dilihat pada Tabel 13. Perkembangan ekspor manufaktur secara periodik terus mengalami
kemajuan. Hal tersebut terlihat dari jumlah komoditasnya yang unggul terus bertambah. Jika diperhatikan pada periode tahun 1993-1996, komoditi utama
ekspor manufaktur yang dapat memberikan kontribusi besar terhadap total ekspor non migas manufaktur, baru berjumlah 5 jenis produk, secara rata-rata kontribusi
masing-masing produk adalah. kayu lapis 9.06 persen, pakaian jadi 13.02
persen, tekstil 10.45 persen, karet olahan 6.36 persen dan peralatan listrik 4.52 persen. Pada periode tahun 1997-1999, jumlah komoditi unggulan
berkembang menjadi 7 jenis produk, secara rata-rata kontribusi masing-masing produk adalah, kayu lapis 5.34 persen, pakaian
jadi 7.43 persen, tekstil 11.47 persen,
karet olahan
5.14 persen, minyak
sawit 3.21 persen, peralatan listrik 4.43 persen, dan kertas dan barang dari kertas 4.67 persen,
sedangkan pada periode tahun 2000-2005, jumlah komoditi unggulan berkembang
142 Tabel 13. Ekspor Hasil-Hasil Industri Manufaktur Non Migas, Tahun 1993-2009
Tahun Kayu
Lapis Kayu
Olah Lain
Brg dari
Logam Pakai-
an jadi Tekstil
lainnya Karel
olahan Makanan
ternak Minyak
Atsiri Minyak
Kelapa Sawit
Asam Berle-
mak 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
1993 18.55
5.44 2.22
15.28 11.65
4.63 0.73
0.28 2.06
0.62 1994
16.44 3.76
2.60 12.58
10.01 5.42
0.61 0.30
2.79 0.95
1995 0.40
3.66 3.40
11.55 9.60
7.47 0.48
0.27 2.55
1.12 1996
0.85 3.77
3.25 12.69
10.56 7.90
0.73 0.28
2.93 0.74
Rata- Rata
9.06 4.16
2.87 13.02
10.45 6.36
0.64 0.28
2.58 0.86
1997 0.79
4.80 2.42
9.14 10.46
6.32 0.40
0.28 4.13
0.28 1998
0.79 7.20
2.14 0.85
13.70 5.11
0.32 0.40
2.15 1.37
1999 0.84
4.01 2.16
12.29 10.25
3.98 0.26
0.34 3.34
0.57 Rata-
Rata 0.81
5.34 2.24
7.43 11.47
5.14 0.33
0.34 3.21
0.74 2000
0.60 3.11
2.27 11.78
8.65 3.31
0.22 0.29
2.59 0.40
2001 0.62
3.15 2.02
12.52 8.49
3.38 0.22
0.37 2.87
0.34 2002
0.50 3.07
1.54 10.56
7.94 4.24
0.28 0.39
5.40 0.40
2003 0.55
3.04 2.11
10.32 7.50
5.34 0.29
0.40 6.00
0.38 2004
0.61 2.89
3.77 9.24
6.89 6.27
0.31 0.40
7.07 0.63
2005 1.11
2.62 4.43
9.10 6.66
6.50 0.26
0.38 6.76
0.58 Rata-
Rata 0.66
2.98 2.69
10.59 7.69
4.84 0.26
0.37 5.12
0.45 2006
2.32 2.80
4.70 8.62
6.01 8.41
0.26 0.33
7.41 0.55
2007 1.99
2.03 5.57
7.47 5.46
8.08 0.42
0.37 10.29
0.65 2008
1.73 1.46
4.85 6.89
4.67 8.57
0.49 0.42
14.00 0.83
2009 1.62
1.48 3.24
7.81 4.91
6.63 0.34
0.46 14.12
0.74 Rata-
Rata 1.91
1.94 4.59
7.70 5.26
7.92 0.38
0.39 11.45
0.69
Tabel 13. Lanjutan
Tahun Alat-
alat Listrik
Makanan Olahan
Semen Barang
Anyam Bahan
Kimia Pupuk
Kulit Brg dari
Kulit Kertas
Brg Kertas
Lainnya Jumlah
12 13
14 15
16 17
18 19
20 21
22 1993
7.14 1.90
0.28 0.23
1.15 0.67
0.32 2.18
24.80 100.00
1994 2.79
3.17 0.12
0.21 1.36
0.47 0.27
2.62 33.35
100.00 1995
3.14 2.79
0.03 0.23
1.77 0.95
0.22 3.45
33.96 100.00
1996 5.01
3.41 0.07
0.23 1.96
0.96 0.23
3.39 41.03
100.00 Rata-
Rata 4.52
2.82 0.12
0.22 1.56
0.76 0.26
2.91 33.29
100.00 1997
3.92 2.65
0.11 0.14
2.06 0.99
0.30 2.98
40.54 100.00
1998 4.31
2.49 0.24
0.05 2.92
0.56 0.50
4.71 40.58
100.00 1999
5.08 3.09
0.41 0.19
2.96 0.60
0.27 6.33
38.35 100.00
Rata- Rata
4.43 2.74
0.26 0.13
2.65 0.72
0.36 4.67
39.82 100.00
2000 7.53
2.39 0.34
0.18 3.06
0.53 0.27
5.74 43.20
100.00 2001
6.92 2.91
0.43 0.22
3.29 0.36
0.27 5.69
42.36 100.00
2002 6.97
3.22 0.29
0.21 3.29
0.37 0.21
5.70 41.85
100.00 2003
7.63 3.17
0.22 0.18
3.76 0.48
0.22 5.13
40.22 100.00
2004 7.16
3.23 0.21
0.15 4.00
0.19 0.22
4.73 39.66
100.00 2005
7.85 3.31
0.21 0.12
3.74 0.31
0.23 4.26
40.20 100.00
Rata- Rata
7.34 3.04
0.28 0.18
3.52 0.37
0.23 5.21
41.25 100.00
2006 6.84
3.02 0.34
0.11 4.15
0.03 0.27
4.40 39.45
100.00 2007
6.32 2.96
0.26 0.09
4.45 0.29
0.30 4.41
38.58 100.00
2008 5.94
3.39 0.18
0.06 3.12
0.18 0.26
4.30 38.66
100.00 2009
6.24 4.03
0.21 0.06
2.94 0.30
0.24 4.64
40.01 100.00
Rata- Rata
6.34 3.35
0.24 0.08
3.66 0.20
0.27 4.44
39.17 100.00
Sumber : BPS, Indikator Ekonomi, Tahun 1994-2010 data diolah
143 menjadi 9 jenis produk, secara rata-rata kontribusi masing-masing produk adalah,
kayu lapis 2.98 persen, pakaian jadi 10.59 persen, tekstil 7.69 persen, karet olahan 4.84 persen, minyak sawit 5.12 persen, peralatan listrik 7.34 persen,
makanan olahan 3.04 persen, bahan kimia 3.52 persen, serta kertas dan barang dari kertas 5.21 persen, sementara komoditi lainnya rata-rata masih di bawah 3
persen. Sedangkan pada periode 2006-2009, jumlah komoditi unggulan tidak bertambah, tetap 9 jenis.
Kinerja ekspor manufaktur juga dapat dilihat dari kontribusinya terhadap total ekspor, terutama ekspor non migas. Ekspor non migas dapat dikelompokkan
menjadi empat jenis kelompok produk ekspor yakni, kelompok produk ekspor manufaktur, ekspor pertanian, ekspor pertambangan, dan ekspor lainnya.
Perkembangan kelompok produk ekspor tersebut dapat dilihat pada Gambar 12.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun K
o n
tr ib
u s
i
P I
T
Keterangan : P = Pertanian, I = Industri Manufaktur T = Pertambangan
Sumber : BPS, Indikator Ekonomi, Tahun 1990-2010, dan Tabel 8.
Gambar 12. Kontribusi Nilai Ekspor Pertanian, Industri Manufaktur, dan Pertambangan terhadap Total Ekspor Non Migas
144 Gambar 12 menunjukkan bahwa, kontribusi ekspor industri manufaktur
merupakan kontributor utama, namun sejak tahun 2004 cenderung menurun, sementara kontribusi ekspor pertanian pada periode yang sama relatif stabil, dan
kontribusi ekspor tambang cenderung meningkat. Secara kuantitatif kontribusi tersebut dapat dilihat pada Tabel 12 pada sub
bab 5. Kontribusi ekspor manufaktur terhadap total ekspor non migas sangat besar. Setiap tahun kontribusinya di atas 80 persen. bahkan mencapai hampir 90
persen pada tahun 2000. Demikian juga jika dilihat secara rata-rata kontribusinya pada periode tahun 1993-1996 sebesar 84.41 persen, kemudian menjadi 84.61
persen pada tahun 1997-1999, dan pada periode tahun 2000-2009 rata-rata kontribusi ekspor manufaktur mengalami penurunan menjadi 83.91 persen.
Sementara kontribusi ekspor pertanian terhadap total ekspor non migas kecenderungannya menurun dari rata-rata 8.74 persen pada tahun 1993-1996
menjadi 7.96 persen pada tahun 1997-1999, kemudian menurun menjadi 4.80 persen pada tahun 2000-2009. Sedangkan kontribusi ekspor pertambangan
cenderung naik dari rata-rata 6.74 persen menjadi 6.93 persen pada periode 1997- 1999, kemudian pada periode tahun 2000-2009 mengalami lonjakan yang cukup
tinggi dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 11.27 persen. Besarnya kontribusi ekspor manufaktur tersebut menunjukkan bahwa
perkembangan ekspor Indonesia sangat tergantung komoditas ekspor manufaktur. Walaupun demikian struktur ekspor manufaktur Indonesia masih memiliki
kandungan teknologi yang rendah, sehingga peningkatannya tidak terlalu tinggi, demikian juga tingkat efisiensinya relatif masih rendah, karena sebagian
komoditas ekspor manufaktur memuat kandungan impor yang masih tinggi.
145
6.1.5. Perkembangan Investasi di Sektor Industri Manufaktur