129 migas Indonesia diversifikasinya juga masih kurang. Pada hal keragaman
komoditas ekspor
non migas
Indonesia, akan
semakin meningkatkan
kontribusinya terhadap nilai total ekspor Indonesia. Jika diversifikasi ekspor semakin bervariasi, berarti peranan ekspor non migas akan semakin penting dalam
perekonomian nasional. Terlebih lagi penerimaan yang berasal dari migas tidak lagi menjadi andalan utama, karena kontribusinya sudah sulit untuk dinaikkan.
5.5.2. Perkembangan Impor Indonesia
Sejalan dengan
meningkatnya aktivitas
perekonomian nasional,
pengeluaran untuk impor juga terus meningkat. Pada tahun 2000 impor Indonesia bernilai 33514.8 juta dolar Amerika. Walaupun impor sempat menurun karena
nilai rupiah terdepresiasi namun pada tahun 2004 hingga tahun 2005 impor melonjak cukup tinggi, bahkan pada tahun 2005, nilai impor telah menjadi
57700.9 juta dolar Amerika. Kenaikan impor tersebut tidak terlepas dari berbagai kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan tarif bea masuk, serta kemudahan
dalam memperoleh ijin impor bagi banyak perusahaan. Kebijakan impor ini terkait dengan upaya pengembangan industri dalam negeri, peningkatan investasi,
dan pengembangan ekspor. Dilihat dari negara asal impor, komposisi asal impor Indonesia mirip
dengan komposisi ekspor menurut negara tujuan, karena impor utama berasal dari negara Jepang, Singapura, dan Amerika Serikat, serta China. Jika dilihat dari
Tabel 10, nampaknya lebih dari 40 persen impor Indonesia berasal dari keempat negara tersebut. Sedangkan jika ditinjau dari wilayah regional, impor Indonesia
terbesar adalah berasal dari Asean, kemudian Amerika Serikat, sedangkan wilayah
130 Uni Eropa dan Australia, impor Indonesia relatif lebih rendah, bahkan impor dari
Afrika masih sangat kecil. Permasalahan yang muncul memang tidak seberat seperti ketergantungan
terhadap ekspor, karena untuk impor dapat dilakukan dengan negara-negara lain seperti negara-negara di Eropa maupun Asia, sementara mencari mitra dagang
untuk ekspor komoditas Indonesia relatif lebih sulit dibandingkan dengan impor. Komposisi dan struktur impor dapat juga dianalisis dari penggolongan barang
impor berdasarkan tujuan penggunaannya. Dalam konteks ini badan pusat statistik BPS mengelompokkan barang-barang impor kedalam tiga kelompok barang,
yaitu barang konsumsi, barang modal, dan bahan baku.
Tabel 10. Perkembangan Komposisi Impor Menurut Negara Asal dan Wilayah, Tahun 2000 - 2009 Persen terhadap Total Impor
NegaraWilayah
1
Tahun 2000
2002 2003
2005 2007
2008 2009
Jepang 16.1
14.09 12.99
11.97
8.76 11.71
10.17
Singapura 11.3
13.1 12.77
16.41
13.21 16.87
16.06
Amerika Serikat 10.12
8.44 8.28
6.72
6.43 6.1
7.32
HongkongChina 6.03
7.76 9.09
10.13
11.49 11.8
14.46
Jerman 3.71
3.59 3.63
3.09
2.66 2.38
2.45
Malaysia 3.37
3.32 3.5
3.72
8.61 6.91
5.87
Thailand 3.31
3.81 5.23
5.97
5.76 4.9
4.76
ASEAN 19.35
21.63 23.75
29.53
31.95 31.71
28.63
AMERIKA 13.8
11.44 11.01
9.94
11.4 8.75
9.64
UNI EROPA 5.84
5.71 5.66
4.95
8.31 8.17
8.96
AUSTRALIA 5.84
5.71 5.66
4.95
4.03 3.09
3.55
AFRIKA 2.46
5.32 4.89
2.78
3.11 1.74
2.11
Keterangan :
1
Beberapa Negara asal impor tidak dimasukkan karena impornya masih relatif kecil.
Sumber : BPS, Indikator Ekonomi, Tahun 1998-2011 data diolah
Bahan baku dalam struktur impor Indonesia sangat dominan, rata-rata impor bahan baku lebih dari 70 persen setiap tahun. Kondisi ini mengindikasikan
131 bahwa industri dalam negeri sangat ketergantungan terhadap bahan baku impor.
Besarnya ketergantungan ini sangat potensial menimbulkan berbagai persoalan industri di dalam negeri, terutama gangguan proses produksi industri akan
tersendat. Gangguan impor tersebut dapat bersumber dari gejolak kondisi bahan baku yang bersumber dari negara asal impor. Demikan pula gejolak dapat muncul
dari terdepresiasinya nlai tukar rupiah, sehingga menyebabkan biaya produksi menjadi tinggi dan dapat memicu inflasi domestik, akibatnya daya saing harga
produk akan menurun baik di pasaran dalam negeri maupun di luar negeri atau gejolak kondisi bahan baku yang bersumber dari negara asal impor.
Impor barang-barang konsumsi yang paling banyak berdasarkan data BPS adalah jenis makanan dan minuman, kemudian impor kendaraan pribadi yang
lebih kecil, karena tarif yang dkenakan sangat tinggi. Sedangkan impor bahan baku penolong seperti makanan dan minuman, bahan baku industri, bahan bakar
dan pelumas, serta suku cadang. Adapun impor barang modal antara lain terdiri atas alat angkutan untuk industri, kendaraan penumpang, dan barang modal selain
alat angkut yang jumlahnya paling banyak Badan Pusat Statistik, 2008.
132
133
VI. PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI