Perkembangan Kesempatan Kerja PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA

120 dipenuhi dengan produk impor, maka persoalan–persoalan baru akan muncul seperti gejolak nilai tukar rupiah, sehingga akan memiliki dampak berantai pada berbagai sektor, dan akhirnya berpengaruh pada PDB. Oleh sebab itu peningkatan produksi melalui peningkatan investasi yang akan datang harus terus diupayakan, baik investasi bersumber dari masyarakat domestik, asing, maupun pemerintah.

5.3. Perkembangan Kesempatan Kerja

Masalah angkatan kerja di Indonesia meliputi masalah kualitas dan kuantitas. Pertumbuhan angkatan kerja yang cepat akan membawa beban tersendiri bagi perekonomian dalam menciptakan lapangan kerja. Apabila tidak dapat menampung kecepatan pertumbuhan angkatan kerja yang baru, maka bagi angkatan kerja yang tidak tertampung akan menambah jumlah pengangguran. Oleh karena itu penciptaan lapangan kerja baru merupakan salah satu tujuan pembangunan dalam perekonomian. Namun demikian pembangunan ekonomi belum dapat menampung kenaikan angkatan kerja yang terjadi, baik dari pendatang baru maupun dari lulusan sekolah yang masuk dalam angkatan kerja. Masalah angkatan kerja di Indonesia, bukan saja masalah kuantitas, tapi juga masalah kualitas pekerja atau sumberdaya manusia. Masalah kualitas ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan yang diselesaikan dan tingkat produktivitas kerja masih relatif rendah. Akibatnya tingkat partisipasi angkatan kerja Indonesia juga masih relatif rendah. Sejak terjadinya krisis di Indonesia pada tahun 1998 jumlah pengangguran meningkat cepat. Hal ini terjadi karena dampak krisis tersebut menyebabkan terjadinya kelesuan ekonomi hampir diseluruh sektor. Setelah terjadinya kelesuan tersebut, perusahaan-perusahaan banyak yang melakukan pemutusan hubungan 121 kerja PHK, akibatnya terjadi depresi ekonomi yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi hingga sekitar minus 13 persen, sehingga jumlah pengangguran meningkat dengan cepat. Walaupun demikian pembangunan ekonomi terus digalakkan, karena salah satu tujuannya adalah menciptakan lapangan kerja yang cukup untuk menyerap pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja, yang lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan lapangan kerja baru. Untuk mengukur kemampuan penyerapan angkatan kerja tersebut biasanya digunakan konsep elastisitas kesempatan kerja, yaitu mengukur kemampuan kualitas pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan angkatan kerja. Menurut perkiraan Badan Pusat Statistik BPS, akibat pertumbuhan ekonomi yang negatip menyebabkan industri yang ada tidak mampu menyediakan lapangan kerja baru untuk menampung tambahan angkatan kerja. Kondisi tersebut terjadi karena pada saat yang sama terjadi kenaikan suku bunga pinjaman yang cukup tinggi. Sehingga perusahaan-perusahaan tidak melakukan perluasan maupun melakukan investasi baru. Kemudian akibat krisis ekonomi yang terjadi, memicu terjadinya ketidak stabilan politik dan keamanan, serta tingkat inflasi yang tinggi menyebabkan kepercayaan investor terus menurun, bahkan terjadi aliran modal keluar negeri yang juga mengakibatkan terjadinya depresiasi nilai tukar rupiah. Walaupun secara teoritis menurunnnya nilai tukar rupiah dapat meningkatkan ekspor, tapi peningkatan ekspor yang terjadi tidak terlalu besar, karena tingkat inflasi dalam negeri yang tinggi juga menyebabkan tingkat efisiensi menurun. Sebagai gambaran tentang perkembangan penyerapan angkatan kerja yang dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, baik sebelum krisis, masa krisis, maupun setelah krisis dapat dilihat melalui Gambar 10. 122 Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa terdapat pola hubungan positif antara pertumbuhan ekonomi dengan penyerapan kesempatan kerja, walaupun pertumbuhan kesempatan kerja relatif lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu untuk dapat menampung angkatan kerja yang belum bekerja, harus diupayakan dapat menciptakan lapangan kerja baru. -15 -10 -5 5 10 Tahun P er se n Eco Gr 7.5 8.2 7.8 4.7 -13.2 0.8 4.9 3.4 3.7 4.3 5.2 5.6 5.50 6.35 6.01 4.55 Emp Gr 3.58 2.55 1.87 1.71 -0.99 1.99 4.68 3.10 4.00 5.19 4.92 5.00 5.54 4.69 2.62 2.26 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber : BPS, Indikator Ekonomi, tahun 1992-2010 BPS, Keadaan Angkatan Kerja Indonesia, tahun 1992-2010. Gambar 10. Pola Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Kesempatan Kerja, Tahun 1993 – 2009. Salah satu cara untuk menciptakan lapangan kerja baru adalah dengan mempercepat peningkatan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Jika tidak demikian pengangguran tetap saja akan meningkat. Gambar 10, menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang fluktuatif dan lambat, terutama semenjak krisis hingga tahun 2003. Sejak tahun 2005 pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 5 persen, namun pada tahun 2009 kembali menurun. Di lain pihak pertumbuhan employment lebih lambat, walaupun dari tahun 2003 hingga 2006 pertumbuhan employment cukup tinggi, namun setelah itu kembali menurun hingga tahun 2009. 123 Sebenarnya agar tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi, maka iklim investasi harus diperbaiki. Sejalan dengan peningkatan investasi tersebut agar dapat terus tumbuh, daya saing juga harus ditingkatkan sehingga produksi domestik dan ekspor juga akan terus meningkat. Peningkatan investasi dan produksi dengan daya saing tinggi akan meningkatkan aktivitas perekonomian di dalam negeri sehingga penciptaan lapangan kerja baru dapat menurunkan jumlah pengangguran. Namun di samping itu, proses pembangunan akan berjalan baik, apabila diikuti berbagai kebijakan yang mendukung di setiap tahapan, misalnya kebijakan penetapan suku bunga pinjaman yang rendah, infrastruktur yang memadai, pelayanan yang cepat dan tidak korup. Peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi akan memberikan dampak lebih tinggi dalam penyediaan lapangan kerja dibandingkan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang sumber utamanya dari pengeluaran konsumsi seperti yang terjadi selama ini.

5.4. Daya Saing Produk