Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja dan Nilai Tambah

138

6.1.3. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja dan Nilai Tambah

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, perkembangan industri manufaktur sangat menentukan perkembangan perekonomian nasional, yang dicerminkan oleh peranan industri manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi dan ekspor nasional. Di samping itu industri manufaktur juga berperan dalam menyediakan lapangan kerja, menciptakan nilai tambah produksi, dan kontribusinya terhadap ekspor. Secara relatif kontribusi industri manufaktur tersebut dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Pertumbuhan Kesempatan Kerja, Nilai tambah Industri Manufaktur, dan Ekspor Industri Manufaktur, Tahun 1993-2009 Tahun Kesempatan Kerja di Sektor Industri Nilai Tambah Industri Manufaktur Ekspor Industri Manufaktur 1993 - - - 1994 23.40 12.36 12.03 1995 -0.22 10.87 14.11 1996 -0.40 11.59 9.54 1997 4.10 5.25 8.90 1998 -11.42 -11.44 -1.12 1999 15.93 3.92 -3.64 2000 1.23 5.98 26.01 2001 3.68 4.10 -10.31 2002 0.20 2.46 2.81 2003 -5.07 3.50 5.55 2004 -3.70 6.38 19.07 2005 5.26 4.63 14.21 2006 2.04 3.96 16.96 2007 4.02 1.01 17.59 2008 1.46 3.50 15.61 2009 2.31 3.86 -16.92 Th. 1993-1996 7.59 11.61 11.89 Th. 1997-1999 -2.87 -0.75 1.38 Th. 2000-2005 0.26 4.51 9.56 Th.2006-2009 2.46 3.08 8.31 Th. 1993-2009 2.68 4.50 8.15 Sumber : BPS, A ngkatan Kerja di Indonesia, Deprin, Tahun 1993-2010 data diolah Kemampuan industri manufaktur dalam menyerap angkatan kerja dari tahun 1993 hingga tahun 2005 mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. penurunan terbesar pada tahun 1998 -11.42 persen. karena adanya krisis yang 139 sangat berat. Namun pada tahun 1999 kembali meningkat cukup tajam 15.93 persen. kemudian kembali menurun pada tahun 2003 dan 2004. masing-masing sebesar -5.07 persen dan -3.7 persen. Namun tahun 2005 kembali meningkat menjadi 5.26 persen. Meskipun demikian. jika dilihat rata-rata pertumbuhan penyerapan angkatan kerja di sektor industri manufaktur selalu positif. Tahun 1993-1996, sebelum krisis. rata-rata pertumbuhan penyerapan angkatan kerja cukup tinggi 7.5 persen, pada tahun 1997-1999 masa krisis, rata- rata pertumbuhan penyerapan angkatan kerja mengalami penurunan drastis 2.87 persen, kemudian tahun 2000-2005 pasca krisis, pertumbuhannya menurun lagi menjadi hanya rata-rata tumbuh 0.26 persen. kemudian pada periode 2006-2009 pertumbuhannya kembali meningkat 2.46 persen, namun jika dilihat dari tahun 1993 hingga 2009 industri manufaktur mampu menyerap angkatan kerja rata-rata sebesar 2.68 persen. Dilain pihak kontribusi industri manufaktur dalam menciptakan nilai tambah memiliki pola yang sejalan dengan penyerapan angkatan kerja. Sebelum krisis, nilai tambah yang diciptakan oleh industri manufaktur mampu tumbuh dengan rata-rata sebesar 11.61 persen, namun pada saat krisis mengalami pertumbuhan negatip 0.75 persen. tapi setelah krisis sektor ini kembali tumbuh dengan rata-rata 4.51 persen. namun tahun 2006-2009 secara rata-rata kembali menurun dengan tumbuh 3.08 persen. dan secara rata-rata dari tahun 1993-2009 industri manufaktur masih tumbuh dengan rata-rata 4.50 persen. Sedangkan pertumbuhan ekspor manufaktur agak berbeda karena pertumbuhan ekspor komoditi manufaktur pertumbuhannya cukup tinggi. Pada periode sebelum krisis ekspor manufaktur mampu tumbuh sebesar 11.89 persen. dan pada saat terjadi 140 krisis pertumbuhan masih positip 1.38 persen, dan pasca krisis ekspor manufaktur kembali tumbuh dengan angka yang cukup tinggi 9.56 persen. Sedangkan dalam masa 16 tahun tahun 1993-2009 ekspor manufaktur meningkat rata-rata 8.15 persen. Namun pertumbuhan ekspor pada tahun 2009 mengalami kemerosotan yang cukup besar yakni -16.92 persen.

6.1.4. Perkembangan Ekspor Manufaktur Indonesia