Memburuknya Term of Trade dan Pertumbuhan Immiserizing

35 Dalam kasus seperti ini, pertumbuhan ekonomi yang terjadi dikatakan bias berlawanan dengan perdagangan. Volume perdagangan bahkan dapat menyusut jika permintaan negara A untuk makanan memiliki elastisitas income yang sangat rendah Gambar 2. Sebelum pertumbuhan, produksi terjadi di titik P dan konsumsi di titik Q, dan perdagangan sebesar segitiga SPQ mewakili ekspor kain, SP, dan impor makanan, SQ. Jika term of trade tetap maka ketika pertumbuhan terjadi slope P’Q’= slope PQ, produksi kedua komoditas akan meningkat dalam proporsi yang sama dan hasilnya akan tergantung pada kondisi permintaan di negara A. Jika permintaan untuk makanan meningkat lebih besar dibanding proporsi kenaikan income , maka expantion path akan lebih curam dibanding QQ’ dan ekspor akan meningkat dengan proporsi yang lebih besar dibanding output. Dalam kondisi ini, jika term of trade dapat berubah, maka kenaikan ekspor negara A akan cenderung menurunkan harga ekspor sehingga juga menurunkan term of trade negara A. Jika permintaan untuk makanan meningkat kurang dari proporsi kenaikan income, expantion path akan kurang curam dibanding QQ’, dan ekspor akan meningkat dengan proporsi yang lebih kecil dibanding output, atau bahkan mungkin menurun.

2.3.2. Memburuknya Term of Trade dan Pertumbuhan Immiserizing

Dunn dan Mutti 2004 keduanya menjelaskan kasus di mana pertumbuhan ekonomi yang terjadi tidak memberikan keadaan better off bagi negara melainkan keadaan worse off sebagai akibat term of trade negara yang menurun. Dikatakan bahwa jika pertumbuhan ekonomi yang terjadi mengakibatkan term of trade negara menurun maka penurunan harga ini memiliki 36 Gambar 3. Kasus Pertumbuhan Immiserizing dengan Term of Trade Menurun pengaruh berlawanan dengan keuntungan yang diperoleh dari pertumbuhan ekonomi. Bahkan dikatakan kerugian yang timbul akibat penurunan dalam term of trade dapat melebihi keuntungan dari pertumbuhan yakni peningkatan kapasitas yang tercipta, sehingga dapat memberikan hasil yang worse off dibanding keadaan sebelumnya. Kasus yang ekstrim ini disebut pertumbuhan immiserizing dan terjadi pada negara-negara berkembang yang mengekspor produk-produk primer dan mengimpor produk-produk manufaktur dari negara-negara industri Gambar 3. Gambar 3 menjelaskan bahwa semula negara A berproduksi pada titik P dan mengekspor produk-produk primer untuk menukarkan dengan produk manufaktur pada rasio term of trade yang ditunjukkan oleh slope P C . Melalui perdagangan, negara A mencapai tingkat welfare pada kurva indiferen i dan mengkonsumsi pada titik C . Sumber : Dunn and Mutti 2004 37 Gambar 4. Pertumbuhan Immiserizing Negara A Pertumbuhan terjadi pada supply factor dalam produksi produk-produk primer, sehingga kurva kemungkinan produksi bergeser ke kanan AB ke HK. Akibatnya negara A menawarkan jumlah ekspor yang lebih besar sehingga term of trade -nya menurun seperti ditunjukkan slope garis P 1 C 1 yang lebih datar. Pada rasio pertukaran ini, negara A terus mengekspor produk-produk primer, tetapi hanya dapat mencapai kurva indiferen yang lebih rendah, i 1 . Sesuai kenyataan ini, pertumbuhan dalam kapasitas telah mengurangi welfare perekonomian. Hasil ini lebih berpeluang lagi terjadi ketika efek produksi yang bias ke ekspor dikombinasikan dengan preferensi yang kuat dari negara A untuk membelanjakan tambahan income-nya pada barang-barang manufaktur. Akibat kedua faktor ini menyebabkan terjadinya penurunan yang substansial pada harga relatif barang- barang primer. Sumber : Feenstra 2002 38 Feenstra 2002 menjelaskan kasus pertumbuhan immiserizing di atas dengan lebih jelas Gambar 4 dan menunjukkan bukti matematik. Sesuai gambar di atas barang y 1 diekspor dan barang y 2 diimpor, pada production possibility frontier PPF awal, perekonomian memproduksi di titik B dan mengkonsumsi pada titik C. Akibat adanya pertumbuhan, PPF bergeser keluar dan jika terms of trade tidak berubah, konsumsi akan berubah ke titik C dan masyarakat mengalami better off. Namun, jika terjadi penurunan harga relatif barang-barang ekspor, maka konsumsi negara dapat terjadi di titik C tetap pada kurva indiferen awal dan memproduksi pada titik B. Hal ini menjelaskan bahwa utilitas masyarakat tidak berubah setelah terjadi pertumbuhan ekonomi, dan selanjutnya terjadi penurunan pada terms of trade yang mengakibatkan konsumen representatif mengalami worse off. Secara matematik dapat dijelaskan pertumbuhan immiserizing dengan kondisi utilitas yang konstan di atas. Dianggap bahwa hanya ada dua barang, negara mengimport y 2 sebagai numeraire sehingga harganya satu. Misalkan fungsi GDP perekonomian adalah G p, = py 1 + y 2 , dimana adalah sebuah skalar yang mewakili parameter pergeseran PPF dan dapat mewakili faktor endowment atau kemajuan teknologi dalam sejumlah industri. Perubahan total pada GDP diukur oleh : ……....................... 2.1 Diasumsikan               d dy dan d dy d dy p G 1 2 1 keduanya positif, memiliki arti dengan adanya pertumbuhan dan harga yang konstan, dapat meningkatkan baik GDP maupun barang-barang yang diekspor. Dianggap bahwa barang numeraire secara                     d d dy d dy p dp y d G dp p G dG 2 1 1 39 terpisah ditambahkan dalam konsumsi sehingga utilitas konsumen dapat ditentukan. Total kesejahteraan masyarakat ditunjukkan dengan W [p, G p, ], berfungsi sebagai fungsi utilitas tidak langsung untuk perekonomian, di mana ∂W∂p = - c 1 sebagai konsumsi negatif dari barang 1, juga ∂W∂G 1. Dengan demikian welfare masyarakat menjadi konstan ketika ada pertumbuhan ekonomi terjadi jika dan hanya jika : ………….. 2.2 Penurunan harga ekspor yang tetap memelihara welfare konstan, adalah : ................................................................... 2.3 Selanjutnya, diselesaikan perubahan keseimbangan dalam harga relatif ekspor dan membandingkannya dengan persamaan 2.3. Ekuilibrium di pasar ekspor berarti bahwa 1 1 1 m c y   dimana 1 m adalah permintaan impor dari sisa dunia. Dengan deferensial total, diperoleh : ………………………………. 2.4 Sehingga, perubahan ekuilibrium dalam harga ekspor adalah : ............................................................. 2.5 Penyebut persamaan 2.5 adalah negatif sementara pembilangnya positif, sehingga persamaan ini menunjukkan penurunan harga ekspor akibat adanya pertumbuhan ekonomi. Welfare akan menjadi konstan jika persamaan 2.3 = 2.5, dan welfare menurun jika persamaan 2.5 2.3. Ini akan terjadi jika dan hanya jika: y c d G dp 1 1       dp dp dm dp p c p y d d dy 1 1 1 1                                       p c p y dp dm d d dy dp 1 1 1 1 d G dp c y d G dp p G dp p W dW 1 1                          40 ……………………… 2.6 Bagikan persamaan ini dengan 1 1 1 m c y   dan dengan menggunakan              d dy d dy p G 2 1 , dapat menunjukkan kondisi necessary dan sufficient untuk pertumbuhan immizerizing sebagai : …............... 2.7 Bagian pertama pada sisi kanan persamaan merupakan elastisitas suplai ekspor yang adalah bernilai positif. Syarat yang perlu untuk pertumbuhan immiserizing terjadi adalah bagian pertama pada sisi kiri persamaan 2.7 harus lebih besar dari jumlah 1 1 m p dp dm  yang mana merupakan elastisitas permintaan luar negeri untuk impor. Jika elastisitas ini kurang dari satu permintaan luar negeri inelastis, maka pertumbuhan immiserizing dapat terjadi hanya ketika bagian kiri persamaan 2.7 adalah juga kurang dari satu. Namun, jika permintaan luar negeri untuk impor adalah elastis, maka untuk persamaan 2.7 dipenuhi saat bagian kiri persamaan juga 1. Bila diperiksa, ini terjadi jika dan hanya jika dy 2 d 0, yaitu ketika pertumbuhan mengurangi output barang 2 pada harga konstan.

2.4. Export-Led Growth