Kontribusi Pertanian terhadap Penerimaan Devisa

163 10 20 30 40 50 60 Tahun P e rs e n d a ri T o ta l K K LPT 50.60 50.41 49.90 48.71 45.63 48.98 48.21 48.83 49.87 48.57 49.18 46.27 44.97 42.05 41.24 41.10 40.68 LIM 14.04 16.73 16.28 15.91 15.72 13.22 15.34 15.06 14.37 14.23 10.08 13.85 13.18 12.46 12.38 12.24 12.24 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Keterangan : LPT = Tenaga Kerja di Sektor Pertanian; LIM=Tenaga Kerja di Industri Manufaktur Sumber : BPS, Angkatan Kerja Indonesia, Th 1990-2010. Gambar 16. Kontribusi Kesempatan Kerja Sektor Pertanian dan Sektor Industri Manufaktur terhadap Total Kesempatan Kerja Walaupun peranan sektor pertanian dalam menyerap angkatan kerja sangat besar, akan tetapi dilihat dari produktivitasnya relatif lebih rendah dibandingkan dengan industri manufaktur.

6.2.6. Kontribusi Pertanian terhadap Penerimaan Devisa

Salah satu sumber devisa adalah hasil penerimaan ekspor komoditas pertanian. Sektor pertanian Indonesia merupakan salah satu sektor ekonomi yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Kondisi ini dapat diketahui antara lain dari sumbangannya terhadap pendapatan nasional dan penerimaan devisa dari ekspor. Khusus peranannya terhadap perolehan devisa, dapat dilihat dari besaran nilai ekspor komoditas pertanian. Dengan melakukan kegiatan ekspor komoditas pertanian ini, akan mendorong peningkatan kontribusinya terhadap perekonomian nasional, misalnya mendorong aktivitas 164 peningkatan produksi, peningkatan produksi akan meningkatkan investasi dan kesempatan kerja baik di sektor pertanian sendiri maupun di sektor yang terkait. Perkembangan nilai ekspor produk pertanian dapat dilihat pada Gambar 17. Peranan ekspor pertanian dalam pendapatan devisa dari tahun 1993 hingga tahun 2009 cenderung meningkat . Walaupun pada tahun 1997 perolehan devisa dari ekspor pertanian mengalami penurunan, namun pada tahun 1998 mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Tingginya ekspor pada tahun 1998 diperkirakan oleh pengaruh dari penurunan nilai nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Tapi kembali menurun, dan tahun 2001 yang merupakan ekspor pertanian terendah setelah masa krisis. 1000 2000 3000 4000 5000 Tahun N il a i E k s p o r J u ta U S XPT 2646 2818 2888 2913 2133 3676 3002 2709 2439 2568 2526 2496 2880 3365 3658 4585 4353 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber : BPS, Indikator Ekonomi, Tahun 1994-2010 Gambar 17. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Pertanian selama, Tahun 1993-2009 Kemudian meningkat terus hingga tahun 2008 mencapai puncaknya dengan nilai US 4585 juta, kemudian tahun 2009 kembali menurun menjadi US 4353 juta. Pada Gambar 17, jika dilihat secara rata-rata per tahun pada masa 165 sebelum krisis 1993-1996, rata-rata nilai ekspor produk pertanian adalah sebesar US 2816.1 juta per tahun. Kemudian pada masa krisis 1997-1999 nilai ekspor komoditi pertanian secara rata-rata mengalami kenaikan dibandingkan dengan sebelum krisis yaitu menjadi sebesar US 2936.9 juta per tahun. Setelah melalui masa krisis, yaitu 2000-2005 ekspor komoditi pertanian megalami kemerosotan, dengan nilai ekspor rata-rata menjadi sebesar US 2603.1 juta per tahun. Tapi pada kurun waktu tahun 2006-2009 ekspor pertanian secara rata-rata kembali meningkat menjadi US 3990.1 juta per tahun. Apabila dilihat dari kontribusi secara relatif lihat Tabel 8, ternyata pada masa krisis 1997-1999 kontribusi nilai ekspor pertanian terhadap total nilai ekspor non migas adalah 7.96 persen, secara rata-rata lebih rendah jika dibandingkan dengan kontribusi sebelum krisis, yakni 8.74 persen Walaupun nilai ekspor pertanian kondisinya terus membaik, terutama sejak tahun 2002 hingga tahun 2005, akan tetapi secara rata-rata nilai ekspor pertanian adalah menurun menjadi sebesar US 2603.1 lebih rendah jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Demikian juga secara relatif menurun menjadi rata-rata 5.21 persen per tahun.

6.2.7. Keragaman Ekspor Komoditas Pertanian