Perkembangan Ekspor Indonesia Perkembangan Perdagangan Luar Negeri

125

5.5.1. Perkembangan Ekspor Indonesia

Setelah masa kejayaan penerimaan dari minyak dan gas migas berlalu, fokus ekspor Indonesia beralih ke ekspor non migas. Sehingga kinerja ekspor Indonesia tidak lagi ditentukan oleh ekspor migas, tapi lebih ditentukan oleh ekspor non migas. Dalam upaya meningkatkan ekspor non migas ini tampak perkembangannya masih relatif lambat. Kedaan ini disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terutama disebabkan oleh masalah inefisiensi, sementara fator eksternal dapat bersumber dari negara-negara kompetitor, dan juga kondisi ekonomi negara-negara tujuan ekspor, di samping itu, juga disebabkan oleh keadaan perekonomian dunia, khususnya yang berasal dari negara-negara maju sebagai tujuan ekspor. Ekspor non migas Indonesia terdiri dari berbagai macam barang dengan tujuan banyak negara, namun komposisinya sangat tidak berimbang. Komoditas ekspor Indonesia sebagian besar didominasi oleh beberapa jenis barang tertentu, demikian pula tujuan ekspor Indonesia terkonsentrasi pada beberapa negara tertentu saja. Sehingga penerimaan total ekspor Indonesia sangat tergantung pada ekspor barang-barang tertentu dan negara tujuan ekspor tertentu. Kondisi seperti ini sangat rentan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi karena sifat ketergantungan tersebut. Misalnya jika terjadi penurunan harga dan permintaan baik terhadap komoditi utama maupun terhadap negara tujuan utama. Masalah ini akan memiliki resiko pada defisit neraca perdagangan dan berlanjut pada tekanan terhadap neraca pembayaran internasional. Apabila produksi di dalam negeri tidak tersalurkan ke pasaran internasional, berarti dampak negatip terhadap perekonomian dalam negeri akan terjadi. Dampak negatip berupa kemerosotan 126 ekspor dimasa lalu memang masih dapat diatasi dengan kebijakan devaluasi, namun pada regim valuta asing, seperti yang di anut oleh bank Indonesia sekarang ini, yakni kurs mengambang floating exchange rate maka kebijakan devaluasi tidak lagi akan efektip untuk diberlakukan. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah ketergantungan tersebut, bangsa Indonesia telah melakukan upaya perluasan negara tujuan ekspor, serta meningkatkan diversifikasi komoditas ekspor. Karena jika tidak demikian, maka mudah sekali terkena dampak negatip akibat perubahan baik di negara tujuan ekspor maupun perubahan terhadap permintaan komoditi ekspor, sehingga penerimaan ekspor akan menurun. Kinerja ekspor suatu negara tidak hanya dilihat dari besaran nilai atau volumenya saja, tapi juga harus dilihat dari diversifikasinya, baik jenis komoditasnya, dalam arti ragam produknya, atau intensitas penggunaan teknologi terhadap suatu produk, maupun negara-negara tujuan ekspor Francis, 2003; Tambunan, 2001; Cuaresma dan Worz, 2000. Walaupun demikian kenaikan atau pertumbuhan ekspor juga merupakan bagian dari keberhasilan dalam mengembangkan pasar produk-produk dalam negeri. Tambunan, 2001; Dumairy, 1996. Sebagai gambaran keberhasilan dalam perkembangan ekspor Indonesia dapat dilihat melalui Tabel 8. Nilai ekspor non migas Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Tahun 1993 nilai ekspor non migas Indonesia adalah sebesar 27077.1 juta dolar Amerika, pada tahun 2000 telah meningkat menjadi 47757.4 juta dolar Amerika, berarti telah hampir 2 kali lipat, dan tahun 2005 nilai ekspor non migas telah menjadi 66428.5 juta dolar Amerika, kemudian nilai ekspor non migas terus meningkat hingga tahun 2008 menjadi 107894.1 juta dolar Amerika, kemudian tahun 2009 mengalami penurunan. Penurunan ekspor pada 127 tahun 2009 bersumber dari ekspor pertanian dan hasil industri, sedangkan ekspor pertambangan meningkat. Tabel 8, juga menunjukkan bahwa ekspor terbesar adalah berasal dari industri manufaktur, yakni rata-rata 84 persen, kemudian diikuti oleh ekspor komoditas pertanian dengan rata-rata 7 persen dan cenderung menurun, serta ekspor komoditas pertambangan rata-rata sebesar 7 persen, walaupun kecendrungannya meningkat, tapi sangat lambat. Tabel 8. Struktur Ekspor Non Migas Indonesia Menurut Sektor Ekonomi, Tahun 1993-2009 Tahun Ekspor Non Migas Juta US Kontribusi Sektoral Ekspor Persen Pertanian Industri Pertambang Lainnya 1993 27077.1 9.77 84.73 5.41 0.09 1994 30359.7 9.28 84.66 5.93 0.13 1996 38092.9 7.65 84.33 7.93 0.09 1997 41821.1 7.49 83.65 7.43 1.43 1998 40975.3 8.92 84.42 6.6 0.06 1999 38873.2 7.46 85.75 6.76 0.03 2000 47757.4 5.67 87.95 6.37 0.01 2005 66428.5 4.34 83.69 11.96 0.01 2006 79589.1 4.23 81.70 14.06 0.01 2007 92012.3 3.98 83.10 12.92 0.01 2008 107894.1 4.25 81.93 13.82 0.01 2009 97491.7 4.46 75.33 20.20 0.01 Tahun 1993-1996 8.74 84.41 6.74 0.11 Tahun 1997-1999 7.96 84.61 6.93 0.51 Tahun 2000-2009 4.80 83.91 11.27 0.01 Sumber : BPS, Indikator Ekonomi, Tahun 1992-2010 data diolah Jika dilihat dari negara-negara tujuan ekspor non migas Indonesia tidak tersebar secara baik, karena terkonsentrasi pada beberapa negara tertentu yang menjadi tujuan ekspor tersebut Tabel 9. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa, lebih dari 40 persen dari total ekspor non migas Indonesia hanya diserap oleh tiga negara, yakni Jepang, Amerika Serikat, dan Singapura, sementara negara-negara tujuan ekspor lainnya rata-rata hanya menyerap sekitar 2 hingga 3 persen saja. 128 Sejak tahun 2007, negara China telah menjadi negara tujuan ekspor Indonesia yang cukup signifikan. Peranan China dalam menyerap komoditi ekpsor Indonesia semenjak tahun 2007 hingga tahun 2009 telah mencapai rata-rata di atas 8 persen. Sehingga dominasi tujuan ekspor Indonesia sudah bertambah karena sudah termasuk negara China. Demikian juga jika dilihat per wilayah tujuan ekspor, maka ekspor non migas lebih terkonsentrasi pada wilayah Asean, dari tahun 2000 hingga 2009 rata-rata 18.7 persen. Sementara tujuan ekspor Indonesia ke wilayah Australia dan Afrika daya serapnya masih sangat rendah, yakni di bawah 4 persen. Tabel 9. Komposisi dan Perkembangan Ekspor Menurut Negara dan Wilayah Tujuan, Tahun 2000 – 2009 NegaraWilayah 1 Tahun 2000 2002 2003 2005 2007 2008 2009 Jepang 23.2 21.25 22.28 21.07 20.71 20.25 15.94 Amerika Serikat 13.64 13.22 12.08 11.52 9.18 9.51 9.31 Singapura 10.56 9.36 8.84 9.15 9.20 9.39 8.81 HongkongChina 2.5 2.17 1.94 1.74 8.48 8.49 9.87 Belanda 2.96 2.83 2.3 2.61 1.41 2.87 1.50 Inggris 2.43 2.19 1.86 1.51 1.27 1.13 1.25 Jerman 2.32 2.22 2.32 2.08 1.03 1.80 1.00 ASEAN 17.52 17.38 17.57 18.47 19.54 19.83 21.13 AMERIKA 16.02 15.61 14.12 13.62 11.74 12.75 11.80 UNI EROPA 13.95 13.82 13.03 11.95 11.51 11.28 11.65 AUSTRALIA 2.73 3.77 3.34 3.02 2.98 2.00 2.80 AFRIKA 1.77 2.16 2.05 1.95 0.45 0.21 2.36 Keterangan : 1 Beberapa negara tujuan ekspor tidak dimasukkan karena ekspornya masih relatif kecil. Ekspor Ke Negara China semenjak Tahun 2004. Sumber : BPS, Indikator Ekonomi, Tahun 1999-2011 data diolah Negara-negara yang berada di wilayah Afrika dan Australia sebenarnya merupakan potensi tujuan ekspor Indonesia yang akan datang, hanya saja langkah kearah tersebut masih perlu dioptimalkan. Di samping itu komoditas ekspor non 129 migas Indonesia diversifikasinya juga masih kurang. Pada hal keragaman komoditas ekspor non migas Indonesia, akan semakin meningkatkan kontribusinya terhadap nilai total ekspor Indonesia. Jika diversifikasi ekspor semakin bervariasi, berarti peranan ekspor non migas akan semakin penting dalam perekonomian nasional. Terlebih lagi penerimaan yang berasal dari migas tidak lagi menjadi andalan utama, karena kontribusinya sudah sulit untuk dinaikkan.

5.5.2. Perkembangan Impor Indonesia