Respon Dinamik Kinerja Makroekonomi Indonesia terhadap Guncangan Ekspor Non Agro Industri.

193 ekspor dengan PDB dan BOT belum signifikan, namun dalam jangka panjang hubungan tersebut mennjadi signifikan dan berpengaruh positip. Respon Dinamik Kinerja Makroekonomi Indonesia terhadap Guncangan Ekspor Produk Pertanian dan Manufaktur Dengan menggunakan teknik peramalan IRF, maka akan dilakukan penelusuran pengaruh shock pada variabel ekspor produk pertanian dan manufaktur terhadap kinerja makroekonomi Indonesia. Kinerja makroekonomi Indonesia mencakup variabel poduk domestik bruto PDB, neraca perdagangan BOT, Inflasi INF, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika ER, sementara guncangan dari ekspor mencakup ekspor non agroindustri manufaktur XNAI, ekspor produk pertanian XPT, dan ekspor agro industri XAI. Untuk mengetahui pengaruh dinamik dari shock ekspor non agro, ekspor pertanian, dan ekspor agro terhadap kinerja makroekonomi Indonesia, disajikan dalam bentuk grafik yang dapat dilihat pada Gambar 18 sampai Gambar 20 dan secara numerik dalam bentuk tabel dapat dilihat pada Lampiran 8.

7.3.1. Respon Dinamik Kinerja Makroekonomi Indonesia terhadap Guncangan Ekspor Non Agro Industri.

Untuk menghasilkan komoditi industri manufaktur, khususnya non agroindustri di Indonesia sebagian komponennya masih berasal dari impor seperti impor barang-barang modal, bahan baku dan bahan penolong. Oleh karena itu guncangan terhadap ekspor komoditi industri manufaktur nonagro, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap variabel-variabel makroekonomi Indonesia. Misalnya pengaruh positip guncangan yang dapat mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi, 194 tapi di lain pihak menyebabkan berpengaruh negatip berupa kenaikan harga-harga barang hasil industri di dalam negeri atau kenaikan inflasi, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, karena besarnya pengeluaran untuk impor bahan- bahan input untuk produk industri. Untuk melakukan analisis dan pembahasan pada sub bab ini, dapat dilihat melalui Lampiran 8.1 dan Gambar 18. Dari Lampiran 8.1 menunjukkan bahwa pengaruh shock satu standard deviasi pada ekspor manufaktur nonagro pada periode awal kebijakan dapat meningkatkan ekspor produk manufaktur nonagro itu sendiri sebesar 5.73 persen. Peningkatan tersebut pada triwulan ke dua berpengaruh positip terhadap kinerja makroekonomi Indonesia, yang dicerminkan pada kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.80 persen, net ekspor mengalami penurunan sebesar 5.36 persen, terhadap tingkat inflasi terjadi kenaikan sebesar 2.52 persen, demikian pula nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, pada periode yang sama juga mengalami depresiasi sebesar 6.77 persen. Kondisi tersebut berlanjut hingga triwulan keempat. Dampak guncangan ekspor manufaktur nonagro masih dapat meningkatkan seluruh variabel makroekonomi, walaupun sebagian variabel peningkatannya sedikit menurun. Produk domestik bruto dapat meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan periode kedua, yakni tumbuh sebesar 1.32 persen, demikian pula net ekspor peningkatannya menjadi sebesar 6.17 persen, namun terhadap tingkat inflasi merespon shock ekspor non agro dengan peningkatan sebesar 2.31 persen sedikit lebih rendah dibandingkan dengan periode kedua. Sedangkan terhadap nilai tukar pada periode keempat terjadi depresiasi 5.25 persen, juga sedikit lebih rendah dibandingkan dengan periode kedua. Selama periode jangka pendek hingga 195 triwulan ke 6, shock ekspor nonagro dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi menjadi 1.41 persen persen, net ekspor meningkat menjadi sebesar 6.58 persen, dan tingkat inflasi naik menjadi 1.17 persen, serta nilai tukar mengalami depresiasi sebesar 4.37 persen. Pada periode jangka panjang, guncangan positip terhadap ekspor nonagro industri, tetap memberikan respon positip terhadap kinerja makroekonomi Indonesia. Hal ini tercermin dari peningkatan produk domestik bruto dan net ekspor, sedangkan tingkat inflasi terus mengalami peningkatan yang mengecil hingga periode ke 16 peningkatannya menjadi 0.16 persen dan terus menurun hingga mencapai kestabilan konvergen pada periode ke 20 dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 0.13 persen per triwulan. Dengan kata lain guncangan yang bersumber dari ekspor nonagro industry tidak lagi direspon oleh tingkat inflasi. Sementara terhadap nilai tukar rupiah mengalami fluktuasi dan cenderung menurun hingga mencapai stabil pada periode ke 19 dengan peningkatan rata-rata 3.5 persen per triwulan hingga periode ke 50. Dalam arti bahwa, guncangan yang bersumber dari ekspor nonagro industri, mulai periode 19, tidak menyebabkan nilai tukar rupiah befluktuas lagi. Sedangkan terhadap PDB dan BOT, akibat shock ekspor non agroindustri, pertumbuhan ekonomi sejak periode ke 4 hingga periode ke 16 sedikit berfluktuatif, namun pada periode ke 18, guncangan ekspor non agro tidak lagi direspon oleh pertumbuhan ekonomi, karena pertumbuhan ekonomi telah mencapai konvergen atau partumbuhan yang stabil semenjak periode ke 18, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 1.46 persen per triwulan hinggga periode 50. Sedangkan respon net ekspor terhadap guncangan ekspor non agro terus meningkat hingga mencapai pertumbuhan tertinggi 6.80 persen pada 196 periode ke 17, dan mencapai konvergen pada periode ke 19, dengan pertumbuhan rata-rata 6.80 persen per triwulan hingga periode ke 50. Hasil analisis di atas menunjukan bahwa, guncangan pada ekspor nonagro industri dalam jangka panjang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor, sedangkan terhadap inflasi cenderung menurun dan stabil pada tingkat yang cukup rendah. 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 .00 .01 .02 .03 .04 .05 .06 .07 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 .00 .01 .02 .03 .04 .05 .06 .07 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 .000 .004 .008 .012 .016 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Response to Cholesky One S.D. Innovations of XNAI R e s p o n te rh a d a p P D B R e s p o n te rh a d a p B O T R e s p o n te rh a d a p N il a i T u k a r E R R e s p o n te rh a d a p In fl a s i I N F Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Gambaran di atas menunjukkan bahwa, guncangan pada ekspor nonagro industri dalam jangka panjang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor, sedangkan terhadap inflasi cenderung menurun dan stabil pada tingkat yang cukup rendah. Demikian pula terhadap nilai tukar rupiah, dalam jangka Gambar 18. Pengaruh Ekspor Non agro Industri terhadap Kinerja Makroekonomi Idonesian 197 panjang cenderung stabil. Kondisi tersebut lebih lanjut dalam jangka panjang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan net ekspor. Jika dilihat dari dampak shock ekspor non agro terhadap inflasi, walaupun pada periode jangka pendek terjadi kenaikan inflasi yang cukup tinggi, akan tetapi kenaikan tersebut terus menurun dan stabil, sedangkan nilai turkar rupiah dalam jangka pendek mengalami fluktuasi, namun dalam jangka panjang menjadi stabil dengan pertumbuhan yang relatif kecil.

7.3.2. Respon Dinamik Kinerja Makroekonomi terhadap Guncangan Ekspor Produk Pertanian