commit to user
55
4.2.3 Faktor seniman keraton
Perubahan pada Tari Srimpi Ludiramadu juga dipicu oleh kreativitas yang berkembang dari seorang seniman untuk berkreasi dan menciptakan kebudayaan
atau karya yang baru karena sudah dipengaruhi oleh tempat individu hidup dan bekerja Selo Soemardjan, 1983:91 demikian halnya Tari Srimpi Ludiramadu
juga mengalami perkembangan yang sangat pesat. Faktor pihak keraton, seniman keraton yang terbuka dalam pembaharuan
dengan kekuasaan tidak lagi ditangan raja, seniman keraton lebih bebas berkreasi, berimajinasi dengan pengungkapan jiwa yang disesuaikan dengan kepribadian,
selera, tujuan dan sistem nilai yang dianut dengan pengungkapan pada karya disini gerak Tari Srimpi Ludiramadu menyesuaikan seniman yang menggali.
Nanuk Rahayu, wawancara, 6 Desember 2011.
4.2.4 Faktor politik
Perkembangan kebudayaan yang terjadi tidak lepas adanya beberapa sejarah masyarakat, warisan dan dasar politik didalam negara,
ma n-power
dengan mentalitasnya Phil Astrid, 1977:223 Peralihan Pemerintaan dari tangan Raja ke
tangan negara republik Indonesia mempengaruhi keberadaan kesenian tradisi disini Tari Srimpi Ludiramadu tidak dipergunakan untuk upacara
wetona n
Raja hanya digunakan misal ada tamu kerajaan, misi kesenian ke Inggris, Belgia,
Perancis, Arab, Singapura, Jepang, Amerika Wahyu Santoso Prabowo, wawancara, 6 Desember 2011.
Keluarga keraton disibukkan dengan kegiatan di luar keraton misal : Kepartaian sebagai anggota DPRD, DPR, Pegawai Negeri Sipil bahkan
commit to user
56 usahabisnis dibidang lain selain keraton. Usaha untuk tetap mempertahankan
kesenian tradisi tetap berada didalam keraton dan bersifat adi luhung menjadi pudar. Keadaan politik mempengaruhi kekuasaan Raja yang tidak memiliki kuasa
penuh menjalankan roda pemerintahan dan hanya sebagai cagar budaya yang perlu dilestarikan keberadaannya Wahyu Santoso Prabowo, wawancara, 6
Desember 2011.
4.2.5 Faktor pariwisata budaya
Pariwisata budaya pada tahun 1970-an yaitu dunia kepariwisataan menjadi salah satu industri terbesar di dunia dan industri yang paling cepat berkembang
terkait dengan masalah itu pemerintah Indonesia telah menentukan sikap pada tahun 1978 untuk mengembangkan kepaiwisataan. Hal tersebut dikuatkan dalam
TAP MPR No. IIMPR1993, tentang Garis Besar Haluan Negara, khususnya dalam melaksanakan pembangunan lima tahun keenam. Disini disebutkan bahwa :
Pembangunan kepariwisataan diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi sektor andalan yang mampu menggalakkan kegiatan ekonomi
termasuk kegiatan sektor lain yang terkait, sehingga lapangan kerja, pendapatan masyarakat, pendapatan daerah, dan pendapatan negara, serta
penerimaan devisa meningkat melalui upaya pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan nasional.
Dalam pembangunan kepariwisataan harus dijaga dan tetap terpeliharanya kepribadian bangsa serta kelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup.
Kepariwisataan perlu ditata secara menyeluruh dan terpadu dengan melibatkan sektor lain yang terkait dalam suatu keutuhan usaha
kepariwisataan yang saling menunjang dan saling menguntungkan, baik yang berskala kecil, menengah, maupun besar.
Pengembangan pariwisata nusantara dilaksanakan sejalan dengan upaya memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa, serta menanamkan jiwa,
semangat, dan nilai-nilai luhur bangsa dalam rangka lebih memperkukuh persatuan dan kesatuan nasional, terutama dalam bentuk penggalakan
pariwisata remaja dan pemuda dengan lebih meningkatkan kemudahan dalam memperoleh pelayanan kepariwisataan. Daya tarik Indonesia
sebagai negara tujuan wisata mancanegara perlu ditingkatkan melalui upaya pemeliharaan benda dan khazanah bersejarah yang menggambaran
commit to user
57 ketinggian budaya dan kebesara bangsa, serta didukung dengan promosi
yang mengikat. Soedarsono, 1989 1990:14. Pada tahun 1990 terkena dampak globalisasi yang terkena dampak tidak
hanya bidang pemerintahan, ekonomi, sosial masyarakat, bahkan kebudayaan tidak luput terkena dampak globalisasi. Hal ini dikenal dengan kebudayaan
mengalami modernitas budaya. Kesenian tradisi keraton ikut mengalami misal
wireng, bedha ya
bahkan Tari Srimpi Ludiramadu. Keraton memiliki cara untuk tetap melestarikan kesenian tradisi walaupun wujud tari tidak sama persis seperti
yang berada di dalam keratonmasa lampau. Keraton membuat paket budaya dengan memadukan tari dan kuliner khas Jawa misal Serabi Notosuman,
ledre
,
tiwul
sampai alat transportasi Jawa
Andong
. Pemerintah juga mengadakan transportasi untuk mengelilingi cagar budaya di Surakarta. Alat transportasi selain
sepeda ontel, bis kota Trans yang bernuansa batik sampai sepur lokomotif khas tempo dulu.
Tari Srimpi Ludiramadu sekarang digunakan sebagai paket pariwisata budaya berpengaruh pada perubahan bentuk, fungsi, dan makna pada Tari Srimpi
Ludiramadu. Pengembangan warisan budaya keraton menjadi kemasan atraksi dan objek wisata budaya salah satu alternatif yang memungkinkan diperolehnya
sumber dana untuk kegiatan pelestarian dan pengembangan warisan budaya secara berkelanjutan.
Wisata budaya berbentuk pertunjukan pada tari dilaksanakan pada malam hari yang dinikmati oleh wisatawan mancanegara yang dikelola yayasan
pawiyatan keraton Kasunanan Surakarta yayasan ini dipimpin oleh G.R.Ay. Koesmurtiyah Wirabhumi, Putri Paku Buwana XII. Wisata budaya yang diadakan
commit to user
58 pada malam hari sangat diminati para wisatawan dari Perancis, Inggris, Spanyol,
Italia, Belanda, Amerika dan lain-lain. dalam Wahyu Santoso Prabowo 1983:80 Keraton melakukan pelestarian dengan paket pariwisata dipadukan dengan
makanan keraton yang disukai Raja-Raja pada jaman dulu. Sebelum menikmati Tari mereka disambut oleh pemandu wisata dan tuan rumah keluarga
keratonkerabat keraton menuju Sasana Handrawina untuk makan malam dengan makanan khas keraton misal :
Ga ra ng a sem
,
a ya m ba ka r, Mangut
, dan makanan berbentuk
sera bi, ledre, tiwul
dan lain-lain setelah itu baru ke
Ba ngsa l Sma ra kata
melihat pementasan
Ta ri Srimpi, Wireng.
Kunjungan wisata malam hari di keraton diselenggarakan satu kali dalam seminggu yaitu pada hari Rabu malam dengan rata-rata kunjungan lumayan
banyak, menghasilkan pemasukan bagi keraton dan kelangsungan pelestarian hasil kebudayaan tetapi dibalik itu semua Tari Srimpi Ludiamadu perubahan dalam
bentuk, fungsi, dan makna karena menyesuaikan paket wisata budaya yang dibilang sekedar untuk hiburan refresing sehingga tidak membutuhkan waktu
lama tetapi para wisatawan hanya mengetahui
gleger
bentuk global Tari Srimpi mereka tidak mengerti bahwa Tari Srimpi Ludiramadu memiliki fungsi yang
sakral, magis, religius pada zaman dulu. Penyingkatan waktu atau durasi yang dilakukan untuk pariwisata budaya
berpengaruh pada perubahan bentuk, fungsi, dan makna karena untuk pariwisata Tari Srimpi Ludiramadu dipentaskan hanya + 15 menit saja. Supaya penonton
wisatawan mancanegara tidak jenuh untuk melihatnya tetapi merasa terhibur dan berkesan sehingga lain waktu bersedia untuk datang lagi ke Solo Surakarta.
commit to user
59 Kesadaran wisatawan Mancanegara dengan kebutuhan Budaya dan
Rekreasi perkembangan peradaban manusia menjadikan manusia sadar akan kekurangan-kekurangannya dan mengagumi berbagai kegiatan kebudayaan baik
kegiatan, kebudayaan di daerahnya maupun di luar daerah. Sehingga manusia berusaha melakukan mobilitas untuk minat nengunjungi kebudayaan orang lain
serta melakukanaya dengan berrekreasi. Lalu suburlah, kini manusia melakukan kunjungan-kunjungan kebudayaan lain dan rekreasi yang kedikenal dengan
Istilah. tourisme atau. pariwisata dalam arti luas. Hal inilah yang melatar belakangi lahirnya kegiatan berpariwisata. Baik
berpariwisata yang bersifat rekreasi
ngenggar-enggar pengga a lih
, wisata olahraga, wisata pendidikan, study tour, wisata ritual seperti Waisak di Mendut,
doa Rosari di Goa Maria Sendangsono , Yakowiyu di jatinom Klaten, sekaten di Keraton, dan lain-lain. Juga wisata yang bersifat politis seperti kegiatan-kegiatan
pergelaran dan
workshop
kesenian yang dimaksudkan terjadi diplomasi budaya, sehingga masyarakat suatu negara dapat mengenali perilaku dan karakter
peradaban bangsa lain. Dengan demikian. luas pulalah kepariwisataan dewasa ini. Pengertian mengenai istilah pariwisata, tetapi menurat peneliti, yang
paling penting dan umum mengenai pariwisata adalah suatu kegiatan manusia
yang berhubungan dengan mobilitas perjalanan berpergian dengan harapan dan tujuan baik tujuan utama maupun tujuan sampingan untuk mendapatkan
kepuasan dan kebabagiaan. Jadi yang jelas pasti berhubungan dengan perjalanan dan usaha mencari kenikmatan dari perjalanan itu. Dengan demikian berbagai
motivasi tujuan mobilitas manusia dapat pula menjadi dorongan tujuan
commit to user
60 kepariwisataan, baik sebagai tujuan utama maupun sampingan seperti telah
disebutkan diatas. Pengertian wisatawan di negeri kita ini mengalami berbagai perubahan dan
perkembangan. Hal ini dapat terjadi karena sifat dari suatu perjalanan kepariwisataan itu sendiri mengalami perkembangan. Pemerintah Republik
Indonesia menanggapi masalah-masalah kepariwisataan sebagai hal yang serius, sebab pemerintah sadar bahwasanya kepariwisataan pada suatu ketika dapat
dijadikan sebagi suatu industri yakni Industri Pariwisata. Kita dapat menafsirkan pengertian industri disini yakni suatu badan usaha
yang berorientasi pada suatu produksi tertentu dan merupakan penawaran jasa yang harus ditanggapi dengan hal keuntungan. Jadi suatu kesadaran untuk
menggarap pariwisata untuk kepentingan ekonomi negara. Oleh karena itu pemerintah menurunkan keputusan-keputusan resmi
mengenai pengertian wisatawan tersebut. Pada tahun 1969 pemerintah menurunkan Intruksi Presiden Republik Indonesia No. IX menyebutkan bahwa,
Wisatawan
tourist
adalah setiap orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan”
Prayoga 197 6; 9. Adapun batas pengertian mengenai wisatawan secara internasional telah
dibicarakan di Perserikatan Bangsa-Baagsa PBB yang diadakan di Roma Italia tahun 1965. Pembicaraan itu atas usulan I.U.O.T.O The International Union of
Official Travel Organization guna menemukan keseragaman pengertian mengenai
perjalanan kunjungan
dan kepariwisataan
internasional.
commit to user
61 Perkembangan berikutnya pada tahun 1968 batasan mengenai
tourist
sedikit mengalami perubahan yakni istilah. pengunjung
visitor
. Pengertian tersebut sudah mencakup setiap orang yang berkunjang ke negara lain bukan negara
tempat mereka tinggal dengan maksud bekerja untuk mendapatkan upah Prayoga 1976: 10.
Pengertian pengunjung dibedakan dalam dua kategori
wisata wa n tourist
dan pelancong
excurtourst
, Yang dimaksud dengan wisatawan ialah, pengunjung sementara yang tinggal lebih dari 24 jam guna menikmati perjalanan.
Kategori wisatawan ini ialah yang bersifat pesiar yakni untuk keperluan rekreasi hiburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan dan olah raga. Ada pula yang bersifat
hubungan yaitu hubungan dagang, sanak keluarga, handai tolan, konperensi, misi atau bentuk-bentuk diplomasi budaya lewat pertunjukan-pertunjukan bersama dan
latihan bersama. Sedangkan yang dimaksud dengan pelancong adalah pengunjung sementara yang tinggal kurang dari 24 jam dan pengunjung tersebut berpindah-
pindah dari satu tempat ke tempat lain termasuk pengunjung dalam pesiar walaupun pengunjung tersebut lebih dari 24 jam.
Karaton Kasunanan dan Pura Mangkunagaran masing-masing mempunyai dua jenis kunjungan wisata yaitu, kunjungan wisata siang hari dan kunjungan
wisata malam hari. Kunjungan wisata siang hari adalah wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara. Kunjungan wisata malam hari diselenggarakan khusus
untuk wisatawan mancanegara. Oleh karena pusat perhatian pada penelitian ini adalah tari kemasan wisata untuk wisatawan mancanegara, maka sebagai bahan
utama pembicaraan pada bab ini adalah jenis kunjungan wisata yang kedua, yakni
commit to user
62 kunjungan wisata malam hari. Sebagai tempat kunjungan wisata, masing-masing
istana mempunyai kesamaan pengelolaan di samping terdapat juga perbedaan- perbedaannya. Hal tersebut akan diuraikan seperti di bawah ini.
Dengan tidak menutup kemungkinan bantuan dari berbagai pihak, pelestarian semua warisan budaya keraton merupakan tanggung jawab langsung
keluarga dan kerabat keraton. Hal ini menyangkut berbagai upucara adat tatacara,
fisik bangunan,
dan kelangsungan
kehidupan keseniannya.
Pengembangan warisan budaya keraton menjadi kemasan atraksi dan objek wisata budaya, merupakan salah satu alternatif yang memungkinkan diperolehnya
sumber dana untuk kegiatan pelestarian dan pengembangan warisan budaya tersebut secara berkelanjutan.
Wisata kunjungan malam hari untuk wisatawan mancanegara adalah salah satu kegiatan yang dikelola oleh Yayasan Pawiyatan Karaton Kasunanan
Surakarta. Yayasan ini dipimpin oleh G.R.Ay. Koesmurtiyah Wirabhumi, putra Paku Buwana XII. Membicarakan kesenian, utamanya tari-tari keraton, tidak
akan lengkap tanpa menbicarakan peran sertanya. Koesmurtiyah dikenal sebagai penari
bedha ya
dan
srimpi
yang andal. Penguasaannya terhadap sejumlah tari
bedha ya
dan
srimpi
menjadikan dia sebagai nara sumber primer untuk berbagai bentuk penelitian, khususnya tentang tari tradisional keraton. Kepakarannya di
bidang tari keraton khususnya tarian putri, dapat dilihat pada hari latihan yang diadakan pada setiap hari Rabu, Sabtu, dan Minggu, dari pukul 14.00 sampai
16.00 di Bangsal Surakarta. Dalam waktu
la tiha n ga ringa n
latihan tanpa karawitan, dia melatih secara langsung penari yunior dengan bantuan para penari
commit to user
63 dan mantan penari senior perlu diketahui bahwa dilingkungan tradisi keraton, bila
mana seseorang penari yang kemudian menikah, maka status kepenariannya secara otomatis ditanggalkan. Apabila tari bertemu dengan karawitan, peran dia
berfungsi ganda yaitu tebagai
pengepra k. Pengepra k
adalah orang yang bertugas memukul alat yang terdiri atas kotak, ukuran kecil terbuat dari kayu yang salah
satu sisinya terbuka, dan pada salah satu sisi papannya tergantung dua atau tiga lempengan logam yang ditumpuk. Alat ini disebut
kepra k.
Fungsi
kepra k
pada sajian tari-tarian istana kalau tidak dapat disebut vital adalah sangat penting. Pada
kepra k
bergantung aba-aba atau tanda tentang dimulai dan akhir dari suatu gerak tari, berfungsi sebagai ilustrasi setiap gerak tari,
memberi tanda kepada
pengra wit
pemain gamelan untuk memulai atau mengakhiri suatu
gendhing,
dan juga memegang peranan untuk memperlambat dan mempercepat
la ya
irama
gendhing.
Untuk pentas formal, peran dia sebagai
pengepra k
didelegasikan kepada salah seorang mantan penari senior yang juga berkedudukan sebagai salah satu pembantu pelatih tari di keraton.
Kesadaran yang tinggi dari pihak keraton tentang industri pariwisata, khususnya kunjungan malam hari, telah dipersiapkan dengan maksimal guna
menarik minat wisatawan pada kunjungannya yang pertama dan demi kunjungan- kunjungan yang akan datang. Persiapan tersebut meliputi kendaraan jemputan,
menu makan malam berikut makanan kecil beserta minuman dingin atau panas, dan penempatan tempat duduk wisatawan.
Wisatawan mancanegara yang berkunjung ke keraton datang dari negara Perancis, Inggris, Spanyol, Amerika, Malaysia, Jepang, Australia, Singapura, dan
commit to user
64 Italia. Jumlah mereka antara 20 orang hingga 30 orang. Mereka kebanyakan
terbang dengan pesawat maskapai Air Silk menuju Indonesia turun di Bandara Polonia Medan. Perjalanan mereka sampai di Surakarta ditangani oleh biro
perjalanan Nataya Tours and Travel. Di Surakarta mereka bermalam di Hotel Sahid Raya yang mempunyai kualifikasi bintang empat.
Keberangkatan wisatawan dari hotel Sahid Raya menuju keraton berkendaraan
a ndhong
kereta rodo empat yang ditarik kuda yang akan tiba pada pukul 18.00 WIB. Sesampainya di keraton, mereka disambut oleh pemandu
wisata dan tuan rumah menuju Sasana Handrawina untuk makan malam. Waktu pementasan dimulai pukul 19.30 WIB. di Bangsal Smarakata. Apabila terjadi
keterlambatan relatif lama, kedatangan wisatawan tidak langsung makan malam, melainkan setelah menyaksikan pementasan tari pertama yang biasanya disajikan
tari
srimpi.
Pada saat penyajian tari
srimpi
ini wisatawan tidak mendapatkan jamuan yang berujud apapun. Hal ini juga berlaku bagi wisatawan yang datang
tepat waktunya. Tata cara ini dimaksudkan agar wisatawan ikut menghormati sajian tari
srimpi
sebagai salah satu atribut kehormatan keraton. Sebelum dimulainya sajian tari yang kedua, wisatawan dijamu makanan kecil berikut
minuman panas atau dingin. Sesaat sebelum tari pertama maupun tari kedua disajikan, terlebih dahulu dibacakan latar belakang tari bersangkutan oleh salah
seorang yang telah ditunjuk pihak penyelenggara. Untuk satu paket sajian seperti telah terurai di atas, setiap orang wisatawan
mengeluarkan beaya sebesar 28 U.S - 35 U.S. Adapun honorarium untuk seorang penari sebesar Rp. 50.000,-, demikian juga para swarawati
pesindhen
commit to user
65 dan pemain
kendha ng pengendha ng.
Honorarium bagi
pengra wit
khusus untuk
tindhih
pemimpin karawitan sebesar Rp. 30.000,- dan
pa ngra wit
yang lain mendapat rata-rata Rp. 20.000,-. Pada era sekarang mengikuti perkembangan
rupiah dan kurs dollar untuk honor penari dan
pengra wit
Rp. 200.000,- sampai Rp. 500.000,-
Dari hasil pengamatan, tari kemasan wisata di keraton didukung oleh para penari rata-rata berkualitas baik, demikian pula para
pengra witnya .
Sejumlah delapan puluh persen asal penari dari luar lingkungan tembok keraton. Khususnya
para penari putra adalah para mahasiswa dan alumni Sekolah Tinggi Seni Indonesia STSI Surakarta. Para
pengra wit.
pada umumnya telah mempunyai status sebagai
a bdi-da lem
keraton dengan masa kerja yang beragam. Dalam mencapai hasil yang maksimal, dua atau tiga hari sebelum pentas
diadakan latihan guna memenuhi target waktu 15 menit untuk satu sajian tari. Latihan ini hanya berlaku untuk tari
srimpi
yang penggarapannya lebih kompleks daripada tari-tari putra pada umumnya. Satu tarian
srimpi
paling tidak terdiri atas tiga
gendhing
pokok yang memerlukan banyak waktu dalam memainkanya ditambah dua bentuk
pathetan.
Adalah suatu kesulitan tersendiri ketika durasi tari
srimpi
yang sebenarnya rata-rata tiga-puluh hingga empat puluh menit beralih menjadi singkat dengan durasi waktu lima belas menit. Selain itu juga harus
dipertimbangkan aspek rasa tari yang tetap kuat dengan ciri kelembutan gerak tarinya dan jauh dari rasa tergesa-gesa. Untuk itu, meskipun tari-tari
srimpi
tersebut telah dibakukan untuk sajian wisatawan, latihan sebelum pementasan tetap disyaratkan. Garap
gendhitig
tarian putra pada umumnya tidak serumit garap
commit to user
66
gendhing
pada tari
srimpi.
Rata-rata tarian putra terdiri atas dua
gendhing
pokok yang relatif tidak memerlukan waktu yang lama untuk memainkannya, ditambah
bentuk
ada -ada
atau
pathetan.
Promosi budaya keraton telah sering dilakukan di dalam maupun di luar negeri. Promosi yang dilakukan untuk masyarakat luar negeri antara lain ke
negara Jepang, Hongkong, dan Amerika. Materi untuk lawatan ke luar negeri selain mementaskan tari-tarian keraton juga menggelarkan upacara adat pengantin
keraton. Para bangsawan keraton cukup terbuka melihat perkembangan tari di luar tembok keraton. Sikap keterbukaan ini merupakan salah satu dukungan
penyelenggaraan festival-festival kesenian. Kolaborasinya dengan pihak luar yang pernah dilakukan adalah berjudul
Pa ssa ge Through the Gong
1993 dengan Sardono Dance Company. Karya tari ini untuk memenuhi undangan Next Wave
Festival di Amerika Serikat. Kota-kota yang disinggahi pementasannya meliputi Brooklyn, New York, San Fransico, dan Los Angeles. Karya yang sama
dipentaskan juga di Hongkong dalam forum Hongkong Arts Festival 1996. Kunjungan wisata malam hari di keraton diselenggarakan satu kali dalam
seminggu yaitu pada tiap hari Rabu malam. Adapun jumlah kunjungan tahun 1993 sebanyak 18.367 orang; tahun 1994 sebanyak 11.813 orang; dan tahun 1995
sebanyak 8.852 orang. Sebagaimana sifat budayanya tradisi, tarian istana Surakarta yang
dilestarikan hingga sekarang merupakan hasil dari proses belajar-mengajar secara turun-temurun dari generasi sebelutnnya ke generasi berikutnya. Cara
penyampaiannya transmisinya yang dikenal paling tidak ada tiga macam yaitu
commit to user
67 pertama, metode tradisional; kedua, metode campuran antara metode tradisional
dengan metode hitungan; dan ketiga membaca catatan. Pertama, metode tradisional merupakan cara yang lazim digunakan oleh para empu tari. Pada
metode ini guru menari di depan dan murid menirukan di belakangnya, baik bersamaan dengan karawitan langsung maupun tidak langsung. Kedua, metode
campuran adalah cara yang banyak digunakan pada sekolah-sekolah seni dan sanggar-sanggar tari. Pada metode ini selain guru memberi contoh di depan untuk
ditirukan oleh murid, juga meminjam bentuk dan struktur karawitannya untuk diganti dengan hitungan guna memudahkan penerimaan bagi murid. Ketiga
r
membaca catatan tari. Metode Ini hanya digunakan oleh penari-penari tingkat lanjut lewat bimbingan atau tidak oleh guru. Hal demikian disebabkan oleh sifat
catatan tari yang banyak menggunakan peristilahan terminologi tari. Kegiatan ini khususnya untuk naskah-naskah tari kuna yang biasa disebut sebagai
penggalian tari. Dari ketiga cara yang telah disebut dihasilkan tiga bentuk tarian, yaitu
bentuk tarian lengkap, bentuk tarian padat, dan bentuk tarian ringkas atau singkat. Pengertian bentuk tarian lengkap adalah menyajikan kembali suatu tari berikut
konsep koreografi tradisi yang menyertainya, antara lain konsep keseimbangan dalam bentuk pengurangan
seka ran
satuan gerak tari, konsep ruang dalam bentuk penjelajahan ke empat arah mata angin, dan sebagainya.
Pengertian bentuk tarian padat adalah suatu tari yang secara fisik masih mengacu kepada bentuk tari yang lama dalam garap padat. Konsep atau garap
padat adalah keterpadunn antara wujud lahir atau wadah tempat dengan isinya.
commit to user
68 Sesuai dengan kata padat dalam arti harfiahnya yaitu singsat Jawa:
singset,
bernas,
mattes,
maka Larian bentuk padat ini lebih kecil dibandingkan dengan bentuk aslinya. Untuk mencapai bentuk padat terdapat beberapa konsekuensi
antara lain, perubahan pada
la ya gendhing
tari, penghilangan pengulangan
seka ran
tari, dan perubahan pola lantai. Pengertian tarian bentuk ringkas atau singkat adalah tarian yang secara
stuktur atau urut-urutan
seka ran
tari dan
la ya gendhing
masih mengacu kepada tari aslinya, tetapi terdapat pemangkasan atau pemotongan pada
sekaran ta ri,
bentuk perangan apabila tari tersebut sebagai tari perang, dan pengurangan pola lantai. Khusus tarian yang disebut terakhir, meskipun dalam bentuk ringkas atau
singkat, masih bernuansa eksotik yang merupakan daya tarik tersendiri untuk wisatawan. Selain itu relatif tidak terlalu memerlukan waktu yang lama untuk
penyajiannya. Pada kenyataannya hanya bentuk tarian ringkas atau singkat ini sebagai sajian wisata, maka wajarlah bila disebut sebagai tari kemasan wisata, di
samping keperluan pelestarian sebagai ide pokoknya. Tari kemasan untuk wisatawan mancanegara di Karaton Kasunanan dan
Pura Mangkunagaran Surakarta telah dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Hal tersebut tercermin dalam setiap pementasannya yang senantiasa menjaga kualitas
pertunjukannya. Baik di keraton maupun di pura, masing-masing menyajikan dua repertoan tari pada setiap malam kunjungan wisatawan. Hal yang sama, penyajian
tari diselenggarakan setelah jamuan makan malam yang merupakan bagian dari keseluruhan paket kunjungan. Sesaat sebelum pertunjukan berlangsung, para
commit to user
69 wisatawan dijamu makanan kecil dan minuman panas, yang barangkali suatu hal
yang tidak biasa dilakukan oleh mereka. Khususnya di Karaton Kasunanan Surakarta, paket wisata untuk
wisatawan mancanegara ini diselenggarakan satu kali seminggu pada setiap hari Rabu malam. Para wisatawan datang dari negara Perancis, Spanyol, dan Inggris
dengan pesawat Silk Air. Untuk kunjungan ke keraton, mereka dikenakan beaya setiap orang 28 U.S - 35 U.S. Jumlah rata-rata setiap kali kunjungan sebanyak
28 – 35 wisatawan. Karaton Kasunanan Surakarta menyiapkan empat repertoar tari untuk
kunjungan wisatawan mancancgara. Koempat lari tersebut terdiri alas dua repertoar tari jenis putri yaitu tari
Srimpi Lagudhempel
dan tari
Srimpi Lobong
dan dua repertoar tari jenis putra yaitu
Wireng Banda yuda
dan
Wireng La wung.
Pada setiap pementasan disajikan dua repertoar tari yang diambil dari empat repertoar tari yang telah dipersiapkan di atas, yakni tari srimpi sebagai sajian tari
pertama dan wireng sebagai sajian tari kedua. Keempat repertoar tari tersebut merupakan materi pokok dalarn arti sering dipentaskan untuk sajian wisatawan.
Repertoar tari lain sebagai cadangan adalah
Wireng Bugis Keinbar
dan
Pethila n Pera ng Kemba ng.
Pada pementasannya tidak terdapat pembakuan apakah satu repertoar tari srimpi tertentu habis bersamaan atau berdampingan dengan repertoar
tari
wireng
atau tari
pethila n
tertentu. Gambaran repertoar tari untuk sajian wisatawan mancanegara dimaksud
sebagai berikut:
commit to user
70 1.
Srimpi Gendhing La gudhempel.
Menurut Catatan gendhing ini karya Paku Buwana VIII di Surakarta. Secara umum yang ada pada tari srimpi adalah tarian tersebut dilakukan oleh
empat orang penari putri dengan kualitas gerak halus dan cenderung lembut. Masing-rnasing penari mempunyai nama-nama tertentu yaitu
bata k, guhi, dha dha ,
dan
buncit.
Selain itu nama tari srimpi selalu mengambil dari nama
gendhing
musik tari yang mengiringinya. Keempat penari
Srimpi La gudhempel
mengenakan tata rias dan tata busana yang sama. Tata rias yang digunakan adalah rias korektif putri mempertegas garis
wajah dengan pensil rias, bayangan mata, dan pemerah pipi yang dilengkapi dengan
segokan
dan
godhek. Gendhing Srimpi La gudhempel
diawali
pa thetan slendro sanga
untuk masuk penari
menuju ga wang
tempat menaripentas yang dilanjutkan posisi duduk
pa ju-pat
keempat arah penjuru angin. Kemudian dilanjutkan
Gendhing La gudhempel buka
intro rebab, sementara itu para penari mulai menari dengan gerak tari
ma ngenja li
melakukan gerak sembah dengan sikap gerak duduk.
Gendhing
srimpi ini terdiri atas tiga bagian yaitu bagian
merong,
bagian
minggah la dra ngan,
dan bagian
Keta wa ng Mijil La gudhempel.
Ceritera yang ada pada
ca kepa n
syair
sindenan
di bagian merong dan
mingga h la dra ngan
melukiskan Idiarisma Prabu Sri Dasarata raja Ngayodya. la sebagai seorang raja yang benaiak
iviku
yang selalu berbuat baik dan jauh dari prasangka buruk pada scsamanya. Oleh karena itu, raja-raja dari negara lain
semuanya tunduk tanpa peperangan segan oleh kebesaran atau keagungan
commit to user
71 budinya. Pada bagian
Keta wa ng Lagu Dhempel
berisi petuah tentang kehidupan. Petuah atau nasihat itu antara lain, bahwa jagad yang digelar ini semuanya adalah
ilmu. Demikian pula semua peristiwa merupakan pengalaman yang harus direnungkan untuk mencari benar dan salah mau pun baik dan buruk.
2.
Srimpi Gendhing Lobong
Seperti halnya
gendhing
terdahulu,
gendhing
ini
ya san
Paku Buwana VIII di Surakarta.
Dengan diawali
pathetan la ra s slendro ma nyura .
sementara para penari berjalan menuju
ga wa ng ta ri
untuk duduk pada arah keempat penjuru angin.
Keempat penari mengenakan rias korektif putri dan mengenakan tata busana yang sama. Tata busana yang menghias kepala meliputi
ja ma ng, sumping, cundhuk-wulu,
dan
kanthong-gelung.
Leher mengenakan kalung
pa na ngga la n
dan lengan atas mengenakan
kelat-ba hu
serta pergelangan tangan mengenakan gelang. Kemudian berturut-turut baju tak berlengan,
sa mpur, slepe,
dan kain
pa rang. Gendhing Srimpi Lobong
sebagai berikut. Dengan diawali oleh lagu atau
patheta n slendro manyura
kemudian
buka
rebab sebagai awal dari bagian
merong.
Sesudah itu
mingga h Pa rea nom
dan dilanjutkan
La dra ng Kandha manyura . Gendhing Srimpi Lobong
ini semula menggunakan
la ra s pelog pathet nem,
dan pada tahun 1774 oleh Pakubuwana VIII diganti
la ra s slendro pathet ma nyura .
Ceritera yang ada pada
ca kepan
menggambarkan perang Bharatayuda antara Pandawa melawan Ngastina telah selesai. Situasi yang berangsur-angsur
damai tiba-tiba dikotori oleh Aswatama yang ingin membunuh Parikesit dengan pusaka
Cundha manik
milik Bhatari Wilutama. Dengan pusaka tersebut Aswatama
commit to user
72 dapat masuk ke pembaringan bayi Parikesit lewat lorong di bawah tanah
ngesong:
Jawa yang dibuatnya. Parikesit tidur tanpa ditunggui oleh ibunya maupun inangnya, melainkan sebuah panah pusaka
Pa wpa ti
milik kakeknya, Janaka. Tuhan melindungi bayi Parikesit. Ketika Aswatama akan menancapkan
pusaka ke tubuh Parikesit, tiba-tiba tanpa disengaja panah
Pa sopati
yang disandingnya melesat oleh jejakan kaki Parikesit sehingga mengenai dada
Aswatama hingga tewas bersama lepasnya pusaka
Cimda manik
dari tangannya. 3.
Wireng Ba nda yuda .
Tari perang ini
ya sa n
Susuhunan Paku Buwana IV 1787-1820 di Surakarta. Tari ini diilhami oleh tari
Wireng La wung
yang diciptakan oleh Sultan Agung di Mataram 1613-1645, yang intinya mengungkapkan latihan perang
dengan senjata tombak. Para penari
Wireng Ba nda yuda
berias korektif laki-laki dengan mempertegas garis wajah dengan menggunakan pensil rias untuk alis dan garis
mata serta
godhek;
warna merah
rouge
pada pipi dan
lipstick
pada bibir, dan mengenakan kumis pasangan. Penari mengenakan kain
modang
atau
a la s-a la san
kombinasi warna merah dengan putih, celana
panjen
merahhati,
sa buk cindhen, sa mpur hiring, epek
hitam,
tima ng
kuning, dan kalung
ka ceh
warna merah. Kepala mengenakan
kodhok-bineset
dan leher mengenakan kalung
ulur.
Peralatan yang digunakan adalah tongkat berukuran pendek dan tameng yang terbuat dari
rotan. Mereka mengenakan asesori keris.
Gendhig Wireng Ba nda yuda
diawali dengan lagu
a da -ada pelog ba ra ng
untuk mengawali seluruh
gendhing
tari ini.
Ma ju beksan
menggunakan
La nca ran
commit to user
73
Singaneba h la ra s pelog pathet ba ra ng
dan dilanjutkan
La drang Bima kurda pelog ba ra ng.
Pada bagian perang-perangan kembali pada
la nca ra n
semula, demikian pula pada
beksa n
bagian kedua kembali pada
la drang.
Pada bagian akhir yaitu
mundur beksa n
kembali ke
La nca ra n Singaneba h.
Salah satu ciri
wireng
di Surakarta adalah tidak adanya penokohan. Namun demikian, apabila di lihat dari
ca kepa n
syair teks
a da -ada
lagu dengan iringan
dhodhoga n
pada tari ini, terdapat nama-nama tokoh yaitu Jayengsari dan Macanwulung yang terdapat pada ceritera Panji. Pada dasarnya tarian ini
mengungkapkan latihan perang dengan senjata yang sama yaitu tongkat berukuran pendek dan tameng.
4.
Wireng La wung.
Berkaitan dengan asal mula
Wireng La wung
ini, diketemukan dua sumber tertulis yang berbeda. Sumber tertulis pertama menginformasikan bahwa tari
tersebut adalah
yasan
Paku Buwana XI di Surakarta. Sumber tertulis kedua menginformasikan bahwa
Wireng La wung
ini adalah salah satu warisan karya Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma di Karaton Mataram 1613-1645.
Keempat penari mengenakan tata rias dan tata busana sama. Tata rias wajah karakter gagah, dengan menebalkan alis, garis mata, dan
godhek
dengan pensil hitam, pemerah pipi, dan kumis pasangan. Tata busana kepala mengenakan
ikat kepala
kodhok-bineset
dan
summing.
Kedua lengan mengenakan
kla t-ba u
dan gelang tangan. Busana badan terdiri atas
ka lug-ka ceh, sa buk-cinde, epek-timang, ka in-ja rit, sa mpur,
dan
unca l.
Mereka juga mengenakan
cela na panjen cinde
dan
commit to user
74
binggel
gelang kaki. Punggung bagian bawah mengenakan asesori keris yang diselipkan di antara lipatan sabuk, dan membawa properti tombak.
Gendhing Wireng La wung
sebagai berikut;
Ta yungan ma ju beksan
menggunakan
Ga ngsaran la ra s
6
slendro ma nyura
sebagai
gendhing
pertama.
Beksa n
bagian pertama yang dimulai dari
semba ha n jengkeng
menggunakan
gendhing Ladrang La wunggedhe kenahang ka lih kendha ng
dua sebagai
gendhing
kedua. Sesaat sebelum
peranga n
garap gendhing
sirep
dan ketika perangan kembali kepada
gendhing
pertama.
Beksa n
kedua kembali kepada
gendhing
yang kedua. Untuk
mundur beksan
kembali lagi kepada
gendhing
pertama yaitu
Ga ngsa ra n la ras 6 slendro ma nyura .
Di lihat dari garap tari dan garap perangan
Wireng La wung
termasuk tari prajuritan. Tari ini rnencoba mengungkapkan kegagahan prajurit dengan
bersenjatakan tombak. Di dalamnya tidak ada penokohan. Sejak tahun 1966 Indonesia mulai berbenah diri dan prioritas utama yang
diprogramkan adalah mengatasi masalah ekonomi dengan mengaktifkan lagi pertanian yang sudah mulai tidak tergarap dan mengembangkan industri. Sejak
Pelita V sekitar mulai tahun 1988 industri Pariwisata mulai diperhatikan potensinya di dalam program pembangunan Indonesia, jadi sangat tepat saatnya
dimana Keraton Kasunanan turun eksistensinya dan Indonesia menggalakkan industri wisata budaya, sehingga untuk mempertahanksn eksistensi. Keraton
Kasunanan yang telah menjadi keraton yang tinggal musium
gleger
akhirnya melangkah dengan jalur wisata, sejalan dengan langkah pemerintah Indonesia.
Untuk kepentingan itu, kerabat Keraton Kasunanan membentuk Team
commit to user
75 Management Pariwisata Keraton Kasunanan. Team Itu dibentuk karena Keraton
Kasunanan kosong pimpinan dan team tersebut membiayai Istana Keraton Kasunanan termasuk Juga Langen Praja yang mengelola bidang seni budaya.
Sejak tahun 1988 itu pula Team Management Pariwisata Keraton Kasunanan memasarkan seni budaya Keraton Kasunanan melalui jalur wisata dan bergerak di
luar Biro Pariwisata yang ada di Keraton. Dua badan pariwisata keraton bergerak sendiri-sendiri. Sedangkan Biro Pariwisata bertanggung jawab pada Keraton pada
waktu itu masih kosong kepemimpinan dan selanjutnya dipegang oleh Gray Koes Moertiah sampai sekarang. Team ini membiayai istana tetapi memprioritaskan
kegiatan Langenprajan yang mengelola kegiatan kesenian yang meliputi latihan dan penggalian tari
f
karawitan klenengan, gamelan pakurmatan, pedalangan dan di luar Langenprajan adalah perpustakaan, dan sekarang juga mengelola untuk
paket pariwisata budaya. Pada tahun 1988 Team Management Pariwisata mengadakan hubungan
dengan biro perjalanan Vista di Jakarta untuk menyalurkan para pelanggan touristnya agar diantarkan singgah ke Keraton Kasunanan, maka pada tahun
tersebut itu ada 72 pemberangkatan dari
De Buur En Wendel
yang akan singgah di Keraton Kasunanan Surakarta. Adapun
tourist De Buur En Wendel
itu obyek wisata yang dinikmati ialah, masuk keraton, ramah tamah dan makan malam serta
diakhiri dengan melihat tari Keraton di pendapa Smarakata. Suasana yang akrab ini menjadi gaya kepariwisataan yang dikelola oleh Team Management
Pariwisata, sehingga pelayanan ini menjadi sangat menyenangkan para tamu yang lebih merasa akrab seperti kunjungan keluarga bila dibandingkan pelayanan di
commit to user
76 dunia internasional pada umumnya termasuk di Indonesia Saskia, wawancara 19
Desember 2011. Kepariwisataan di Indonesia terus berkembang dengan menggunakan
paket-paket yang saling menguntungkan antara wisatawan dan obyek wisata tempat wisata yang dikunjungi wisata budaya. Di bawah ini beberapa ciri
pariwisata budaya yang berhubungan dengan karya seni tari akan tetap laku dan diminati wisatawan.
Tabel 1. Paket pariwisata budaya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: No Ciri Seni Pertunjukan
Bentuk Sajian 1
Tiruan dari aslinya Bentuk tiruan
2 Singkat atau padat dalam penyajian
Durasi waktu + 15 menit 3
Penuh variasi Garap bervariasi
4 Tanpa nilai sakral magis religius
Sesaji dan dupa dipergunakan hanya untuk wisata
5 Murah
Sesuai dengan kemampuan wisatawan baik lokal maupun
mancanegara
Sumber : Mulyatno, 1992 dan pengembangan penulis
Tari di Keraton yang mengalami perubahan yang digunakan untuk pariwisata budaya di bawah ini. Daftar nama tari yang digunakan untuk
pariwisata budaya di Keraton. Bentuk Putra Alus Putra Gagah :
1. Pa lguna – Pa lguna di
2. Ja na ka – Supa la
3. Sa nca ya – Kusuma Wicitra
4. Kla na – Ja yengsa ri
5. Wira Pra ta ma
commit to user
77
6. Ga tutka ca Gandrung
7. Ba nda wa la
8. Ba nda ba ya
9. Ba nda yuda
10. Tohja ya – Bugis
11. Pa nji – Bugis
12. Ha nda ya – Bugis
13. La wung Alus
14. Ha rjuna – Newata ka wa ca
15. Ha rjuna Sa stra bahu – Sumantri
16. Ba mba nga n Ca kil
17. Golek Clontong
18. La ngendriyan Mena kjingga lena
19. La ngendriyan Da marwula n
20. La ngendriyan Da marwula n Ngenger
21. Golek La mba ngsari Ta ri Ga ya Yogya
22. Ma ndrarini
23. Ga mbyong Ca mpursa ri
24. Ga mbyong Pa ngkur Langen Kusuma
25. Ga mbyong Pa renom
26. Srikandi La rasati
27. Srimpi Monca r
28. La ngen Mandra Asmara
commit to user
78
29. Ada nengga r
30. Adenengga r Ka la swa ra
31. Ga mbyong Simya r
32. Topeng Kela na
33. Bedha ya Beda h Ma diun
34. Topeng Gunung Sa ri
35. Pera ng Kemba ng
36. Topeng Seka rta ji
37. Srikandi Ca kil
38. Srikandi Musta ka weni
39. Ba mba ng Ca kil
40. Yuda Asma ra
41. Ta man Soka
42. Dra ma Tari Narpa da Kra ma
43. Dra ma Tari Topeng Na rpada
44. Dra ma Tari Ha rjuna Wiba wa
45. Werkuda ra Boya denata
46. Ga tutka ca Dadung Kuwuk
47. Sugriwa Suba li
48. Srimpi Dempel
49. Srimpi Gondokusumo
50.
Ta meng Gita
commit to user
79
4.2.6 Teknologi dan komunikasi