commit to user
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Pustaka
Kajian tentang Tari Srimpi Ludiramadu yang dilakukan dalam disiplin ilmu kajian budaya merupakan kajian mengenai perubahan bentuk, fungsi, dan
makna sebagai sebuah simbol budaya masyarakat di luar keraton. Dalam kajian ini tidak mengandalkan pengertian srimpi, bentuk srimpi secara umum atau
perwujudan srimpi dalam bentuk penyajian saja, tetapi dikembangkan lebih lanjut pada pemahaman konsep-konsep yang menyertai dan teori-teori yang digunakan.
2.1.1. Makna Simbolik Tari Srimpi Bagi Masyarakat Tradisi
Geertz dalam studinya tentang konsep kebudayaan menunjukkan dengan cukup konsisten bahwa konsep kebudayaan selalu terdiri dari dua bagian utama
yaitu kebudayaan sebagai sistem pengetahuan, sistem makna dan sistem nilai. Bagian pertama dinamakan aspek kognitif kebudayaan, sedangkan bagian lainnya
dinamakan aspek evaluatif kebudayaan. Aspek kognitif ini sebagai sebuah bentuk sentasi dinamakan
model of,
sedangkan aspek representasi dinamakan
model
for. Model yang pertama
model of
mempresentasikan kenyataan yang ada, seperti halnya dalam hal ini adalah Tari Srimpi Ludiramadu di keraton Surakarta yang memiliki struktur gerak, pola lantai,
costum, rias adalah rias pada Tari Tradisi Jawa yang memerankan gerak adalah manusia. Sebaliknya sistem nilai atau evaluatif berupa
model for
tidak merepresentasikan suatu kenyataan yang sudah ada melainkan suatu kenyataan
commit to user
15 yang masih harus dibentuk atau diwujudkan dalam arti sebuah Tari Srimpi
Ludiramadu dalam kelompok seniman, koreografer atau kesenian sebagai pariwisata budaya, apresiasi seni, yang harus dibanun atau diwujudkan.
Disini suatu struktur non simbolis atau struktur fisik Tari Srimpi Ludiramadu harus disesuaikan dengan struktur simbolis berupa pariwisata
budaya, festifal seni, apresiasi seni bukan pada kapasitas penghayatan seni melainkan disesuaikan seniman dan koreografer yang menata dan yang
menggunakannya. Sistem simbol memungkinkan interpretasi. Adapun titik pertemuan antara pengetahuan dan nilai yang dimungkinkan oleh simbol
dinamakan makna
system of mea ning.
Melalui makna sebagai suatu instansi perantara maka sebuah simbol dapat menerjemahkan seperangkat nilai menjadi
suatu sistem pengetahuan Geertz, pengantar Kleden, 2008: XIV-XV. Kata simbol berasal dari kata Yunani
symbolis
yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada orang lain Herusatoto, 2000:17. Lebih
lanjut Herusatoto mengartikan sim dapat diartikan penyatuan dua hal yang lebih menjadi satu. Dalam simbolisme subyek menyatukan dua hal yang menjadi satu.
Simbul dan simbolisasi dapat diartikan dua macam pemikiran yang menjadi satu yang imanen Van Peursen, 1976. Dirasa pada diri manusia serba terkurung,
masih terpengaruh unsur lain. Di pihak lain ada pemikiran yang mengatakan bahwa simbol itu transenden dan dalam dialog dengan yang lain akan ditemukan
jawaban. Menurut pandangan pihak ini simbol tidak hanya berdimensi horisontal imanen melainkan juga berdimensi transjenden, dapat dikatakan wilayah simbol
berdimensi metafisika Sumiyati, 1989:3.
commit to user
16 Berapa pakar antropologi termasuk Hans J. Daeng 2000 menyetujui
pendapat Ernst assier bahwa manusia-manusia disebut
a nima l symbolicum.
Hal ini karena manusia sesuai struktur anatominya mempunyai reseptor dan sistem
efektor. Sistem reseptor berfungsi menerima rangsangan dari luar. Sedangkan sistem efektor berfungsi sebagai pareaksi terhadap rangsangan dari luar. Kedua
sistem itu dalam satu ikatan yang sama disebut lingkaran fungsional binatang. Lingkaran fungsional itu dapat berubah secara kuantitatif maupun kualitatif.
Faktor itulah yang membedakan manusia dengan binatang. Oleh karena itu manusia dalam kehidupannya banyak menggunakan
simbol-simbol Sumiyati, 1989:2. Micheal Faucault menekankan pada bahwa manusia berkomunikasi dengan sesama menggunakan tanda-tanda dan kode-kode
yang tersusun secara realitas yang diciptakan oleh penari, pencipta tari, penonton, dan penghayat. Memahami suatu karya tidak akan terlepas dari bentuk karya itu
sehingga digunakan untuk komunikasi dengan sesama dan sebagai penunjuk yang berisikan tentang pengetahuan, dalam Budiman, 2004:55-57
Perubahan juga dipopulerkan oleh Micheal Foucault dalam pandangannya perubahan yang diterima oleh masyarakat merupakan sebuah kebenaran
Foucault, 2002:143 secara umum manusia berada dibawah kekuatan kekuasaan yang lebih tinggi dan bagai terpenjara adanya aturan-aturan sebagai pengontrol
dari masyarakat. Kata perubahan memiliki prospektif yang sangat beragam terkait dengan disiplin tertentu karena adanya pandangan yang berbentuk kekuasaan
sehingga mampu untuk mentransformasi keyakinan dari masyarakat bahwa perubahan itu benar. Meurut Chrish Braker 2008:83 bahwa Micheal Foucault
commit to user
17 telah menyatukan perubahan yang ada dimasyarakat yang juga yang terjadi pada
kalangan penguasa sehingga dapat merubah pandangan masyarakat sehingga makna obyek nanti akan berpengaruh pada perubahan sosial masyarakat hal ini
sebagai struktur yang bergerak dalam praktek sosial budaya sehingga adanya kekuasaan yang mengontrol pergerakan sosial budaya masyarakat. Hal ini
disebabkan adanya kebenaran yang diyakini yang membentuk individu-individu yang saling mempengaruhi dan akhirnya perubahan itu benar-benar fakta dan
patut untuk ditiru dan dijalankan di masyarakat. Perubahan sesuai dengan perkembangan manusia atau masyarakat
disesuaikan dalam alam pikiran anggota kelompok, perubahan pada perilaku pada awalnya dilarang tetapi pada suatu saat kemudian diperbolehkan. Proses
perubahan berawal adanya daya pikir dan motivasi anggota kelompok sosial dalam usaha menyesuaikan diri terhadap lingkungan, dan menjelaskan tentang
fungsi kebudayan bagi masyarakat sebagai hasil karya dari perilaku, nilai-nilai, kepercayaan, dan persepsi abstrak tentang jagat raya yang berada dibalik perilaku
manusia yang tercermin dalam perilaku kebudayaan William A Haviland, 1988:331. Dalam pandangan Soedarsono 1989-1990 bahwa perubahan yang
dialami pada seni pertunjukan Jawa merupakan masa transisi beranjak pada segi masa lampau yang dikemas terkait dengan usaha pengembangan budaya untuk
keberadaan kebudayaan agar tetap lestari walaupun mempengaruhi perubahan pada bentuk, fungsi, dan makna pada tari tradisi Jawa cenderung sebagai satu
gejala komersialisasi seni budaya.
commit to user
18 Karya Tari Srimpi Ludiramadu menggambarkan putri yang memiliki watak
seorang prajurit. Ditarikan empat orang gadis yang menggunakan busana yang sama dan melakukan gerak yang sama pula, Tari Srimpi Ludiramadu berwatak
prajurit : “
beksa n engga l wa u ka pa ringa n na ma beksan srimpi, punika a gga mba ra ken putri a wata k pra jurit.”
Praja Pangrawit, 1965:24. Terjemahan dari serat : tari diberi nama srimpi, menggambarkan empat penari putri yang
berkarakter prajurit. Tari Srimpi Ludiramadu berkarakter agung, berwibawa dan halus menurut
pendapat Tasman juga memiliki rasa
sigra k
,
gagah
dan
prenes
. Penyusunan Tari Srimpi Ludiramadu, Hamengkunagara III dibantu oleh abdi dalem
La ngen Mata ya
Kadipaten. Hamengkunagara III secara langsung memberikan contoh dan tuntunan pada proses latihan Tari Srimpi Ludiramadu dalam Soemantri
Soemosapoetra, 1956:25. Bentuk merupakan isi dari tari misal bentuk gerak, bentuk rias, kostum dan
juga pada bentuk pola lantai penari serta tempat yang digunakan untuk menari pada Tari Srimpi Ludiramadu. Pada Tari Srimpi Ludiramadu bahwa tari ini hidup
dan berkembang pada lingkungan keraton sejajan dengan tari-tari srimpi yang lainnya misal :
1. Srimpi Ludira madu
2. Srimpi Dhempel
3. Srimpi Gandha kusuma
4. Srimpi Anglir Mendung
5. Srimpi Lobong
commit to user
19
6. Srimpi Bonda n
7. Srimpi Ta meng Gita
8. Srimpi Ga mbir Sa wit
9. Srimpi Glondongpring
10. Srimpi Sangupati
Pada Tari Srimpi Ludiramadu terdapat pada buku
serat pasinden bedha ya
srimpi
oleh sastra kartika 1985:419 dapat diungkap srimpi-srimpi yang sering dipentaskan untuk pelestarian dan pengembangan karya seni tari tradisi. Nama
Srimpi diambil dari nama gendhing iringan yang mengiringnya, ada juga pinciptaanya misal srimpi ludiramadu dengan
gendhing
ludiramadura, srimpi dhempel
gendhing dhempel
,
srimpi lobong
dengan
gendhing lobong
dan Srimpi
Glondong Pring
dengan
gending
juga
glondong pring
dan lain sebagainya. Penari Srimpi ada empat penari yang memiliki nama masing-masing yaitu
Ba ta k
,
Gulu
,
Dha dha
dan
Buncit
. Nama tersebut menurut pandangan orang Jawa ada kaitan dengan bagian tubuh manusia.
Ba ta k
digambarkan sebagai kepala yang mewujudkan pikir dan jiwa,
Gulu
menunjukkan bagian leher;
Dha dha
menunjukkan bagian dada dan
buncit
menunjukkan bagian organ bawah yaitu dubur atau anus organ pengeluaran.
Manusia hidup pada kenyataannya dipengaruhi empat nafsu yang saling berebut. Adakalanya nafsu supiah mempengaruhi nafsu aluamah, nafsu aluamah
mempengaruhi nafsu mutmainah, nafsu-nafsu tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang. Di dalam makalah Koes Murtiah 23 Juli 1991:3 menyebutkan
bahwa Tari Srimpi juga mengandung sifat “edukatif” ialah manusia sedapat
commit to user
20 mungkin harus dapat mengendalikan nafsu yang kurang baik agar tidak
mempengaruhi hidup manusia. Perilaku yang kurang baik pada Tari Srimpi Ludiramadu pada saat gerakan
perang, panahan, menggambarkan bahwa manusia terpengaruh nafsu yang kurang baik, manusia harus berusaha menambah keyakinan serta kepercayaan, bahwa
sesungguhnya manusia harus dapat berperilaku seimbang sehingga tidak dikuasai hawa nafsu jahat.
Di samping itu jumlah empat pada penari srimpi juga bisa dihubungkan dengan kelahiran manusia, menurut kepercayaan orang Jawafalsafah Jawa bahwa
pajupat diartikan dengan yang mengelilingi hidup manusia, pancer atau yang ada di tengah pusat diartikan manusia. Nanik Sri Hartini, 1988:10-11. Sebetulnya
manusia sejak lahir dan menghirup udara yang pertama kali ia tidak sendiri tetapi sudah memiliki saudara; yaitu :
1.
Ka kang ka wah,
sebagai saudara tua atau kakak karena lahir terlebih dahulu. 2.
Adi a ri-a ri,
adalah adik, karena ari-ari lahir setelah bayi 3.
Getih putih
darah putih 4.
Getih a ba ng
darah merah Jumlah empat pada srimpi ludiramadu bahwa empat melambangkan napsu
yang terdapat dalam diri manusia, yaitu : 1.
na fsu a ma ra h
: manusia memiliki sifat mudah marah sulit mengendalikan emosi sehingga
grusa grusu
tergesa-gesa memutuskan berbagai hal atau masalah, cepat mengambil tindakan tanpa berfikir yang matang.
commit to user
21 2.
na fsu a lua ma h
: manusia biasa sulit menyeimbangkan kehidupan didunia dan akhirat. Kebutuhan di dunia kadang lebih dipentingkan dibanding kehidupan
di alam
kela nggenga n
kekal. Nafsu serakah pada diri manusia sulit dikendalikan apalagi minimnya iman pada diri manusia
3.
na fsu supiah
: manusia memiliki sifat pelupa lupa dengan yang menciptakan Tuhan akhirnya bersikap sombong, congkak selalu merasa dirinya pintar,
cantik, yang paling kaya, dan lain-lain.
na fsu mutmainah
: manusia harus memiliki sifat mutmainah sebagai penyeimbang sikap-sikap yang diatas sehingga kehidupan akan seimbang dan manusia akan
sabar dengan segala cobaan, rintangan dan berbagai permasalahan yang dihadapi sehingga hidup didunia dipersiapkan dengan baik apalagi kehidupan yang akan
datang akhirat.
2.1.2. Tari Srimpi Ludiramadu Bagian Konsep Tradisi Besar