commit to user
117
4.3.6.5 Beksan Sangga Nampa Ukel Adumanis
Dalam memaparkan pengertian vokabuler ini, penulis membagi menjadi dua kelompok suku kata . Hal ini dilakukan dengan adanya perbedaan bentuk
sikap dan gerak yang melekat pada masing-masing suku kata.
Sa ngga na mpa ukel a duma nis
terdiri dari dua bentuk pelaksanaan sikap dan gerak, yaitu: 1 sikap dan gerak
sa ngga na mpa
, dan 2 sikap dan gerak
ukel a duma nis
. Secara harfiah pengertian sangga nampa dipaparkan sebagai berikut: kata
sa ngga
berarti sanggup,
sa guh,
dari kata nampa berarti menerima Prawiraatmadja 1987: 352.
Aduma nis
berarti bersikap manis, menyenangkan
Ibid. :
334. Secara utuh
sangga na mpa ukel a duma nis
dapat ditafsirkan memiliki makna simbolis yang mengungkapkan sikap sanggup menerima dengan senang hati segala yang
terjadi. Penafsiran ini didasarkan pada kebiasaan pada tari tradisi Jawa, kanan dan kiri selalu diasosiasikan sebagai kebaikan dan kejelekan misalnya, sikap gerak
buwa ng-ba la ng
ditafsirkan sebagai ungkapan bahwa manusia harus membuang dan menghindar dari perilaku yang buruk Yogyataya 1923:4
.
Dalam pembahasan ini
sa ngga na mpa ukel a duma nis
merupakan satu rangkaian gerak. Adapun pelaksanaan sikap dan geraknya adalah sebagai berikut.
Pada pokoknya rangkaian gerakan
sa ngga na mpa ukel a dumanis
terdiri atas: gerakan tubuh
leyek
kanar dan kiri, gerakan
ukel mluma h
kanan kiri secara bergantian, serta
ukel a duma nis
. Pelaksanaan gerak di atas masih mengacu pada dasar-dasar sikap dan gerak tari putri berkualitas alus. Hal ini tampak
pada penataan sikap geraknya. Sikap pandangan mata tajam dengan arah pandang
luruh sipat pundha k
dan jari tangan sejajar sau pandangan dan kedua
commit to user
118 lengan atas merapat pada kedua sisi tubuh dengan ruang gerak
ukel
tangan berada di antara pinggang dan dada di bawah susu; sikap kedua tungkai
mendha k
, lutut, terbuka selebar kain yang dikenakan, tumit berhimpitan. Demikian pelaksanaan gerak ayunan tubuh
leyek
yang dilakukan dengan tempo perlahan dan mengalir menunjukkan penerapan sikap gerak tari putri
dengan kualitas alus
luruh
. Dalam
Kridhwa yangga
sikap dan pelaksanaan gerak tersebut termasuk pada tradisi tari alus, gerakan tubuh rersebut disebut penerapan gerak
muca ng kesisa n
Sastrakartika 1925:114. Secara utuh gerak
sa ngga na mpa ukel a dumanis
cenderung menimbulkan kesan rasa
a lus, manis
, dan
prenes
. Kesan tersebut didukung oleh gerakan
ukel mluma h
, serta gerakan
ukel a dumanis
yang dilakukan dengan sifat gerakan halus. Sifat halus yang melekat pada gerakan
ukel
itu didukung oleh gerakan
leyek
gerakan ayunan tubuh berupa pemindahan gravitasi tubuh dalam tempo mengalir lambat, sehingga rasa halus yang timbul lebih mantap.
Rasa halus tersebut juga timbul dari bentuk sikap dan arah pandangan mata yang
luruh
mengikuti gerakan tangan serta gerakan tubuh. Dari sikap dan arah pandangan mata serta
toleha n
tersebut, dapat diamati bentuk pengendalian gerak tangan yang melintasi ruang gerak pada perut bagian depan antara pinggang
dengan dada. Hal ini merupakan satu bentuk pengendalian gerak untuk tetap berada pada ruang gerak ataupun kualitas karakter rasa.
Sentuhan rasa manis dan
prenes
cenderung timbul dari pengulangan gerak
ukel mluma h
tangan kiri dan kanan secara bergantian dan disertai dengan gerakan
commit to user
119 kepala ataupun tubuh. Kesan ini juga timbul dari gerakan
ukel a dumanis
. Gerakan
ukel a duma ris
tersebut dilakukan dengan memutar tangan dengan sikap
ngithing
, kedua tangan diputar dan kedua pergelangan tangan bertemu sebagai
poros
putarnya. Dari bentuk sikap tangan
ngithing
berputar dalam tempo lamban tersebut
;
timbul kesan rasa manis. Pelaksanaan gerak secara kelompok yang dilaksanakan dengan rampak memberikan sentuhan rasa
prenesnya
lebih mantap. Sisi auditif yang berupa karawitan tari pada bagian ini memiliki rasa
prenes
dalam Rahayu Supanggah 23 Maret 1992:76, dengan demikian lebih mendukung timbulnya rasa,
prenes
,
manis
yang mungkin timbul dari gerak sangga nampa
ukel a dumanis
yang disertai oleh rasa penari itu sendiri. Kesan
prenes, kenes
dalam tari lambat lauk berubah karena penyesuaian-penyesuaian yang tergantung pada seniman berkreasi dan berkreativitas seperti apa. Hal ini
juga berubah sesuai dengan seniman pembuat karya, dibalik ini perubahan juga terjadi pada rias dan budana penari. Karena sifat seniman bahwa manusia selalu
mengembangkan akal dan pikiran sehingga selalu ingin menemukan kebudayaan baru karya baru.
4.3.7 Rekapitulasi Makna Lama Menjadi Makna Yang Baru