Penerapan Sengguh-Mungguh dalam Tari Srimpi Ludiramadu Penapsiran Makna denotasi dan Konotasi Beksan Laras

commit to user 105

4.3.6.1 Penerapan Sengguh-Mungguh dalam Tari Srimpi Ludiramadu

Berdasarkan pengertian di atas, sengguh-mungguh pada penulisan ini digunakan sebagai satu pendekatan dalam pengamatan dan penafsiran makna. Dengan pendekatan sengguh-mungguh sebagai dasar interpretasi dalam makna gerak, diharapkan dapat ditemukan kesesuaian antara interpretasi makna gerak. Untuk itu penulis mencoba menafsirkan sengguh-mungguh secara leluasa dalam langkah memaknai suatu makna Tari Srimpi Ludiramadu. Penerapan sengguh-mungguh dalam makna gerak dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Sengguh Jeneng Sengguh jeneng dimaksudkan sebagai penafsiran nama vokabuler gerak. Dengan demikian akan dipaparkan beberapa penafsiran, yaitu: a nama diuraikan berdasarkan arti leksikonnya, b pengungkapan makna simbolistidak sebenarnya dari nama vokabuler gerak. Pemaparan di atas didasarkan pada kenyataan bahwa nama vokabuler pada tari Jawa memiliki makna simbolistidak sebenarnya. Pengambilan nama vokabuler gerak dan istilah pelaksanaan gerak, biasanya didasarkan pada rasa makna gerak, juga diambil dari gerak-gerak alamiah. Nama vokabuler gerak, misalnya: lincak gagak, mba ntheng ga mbul, nga la p sa ri. Jenis istilah pelaksanaan gerak misalnya ngga nggeng kanyut, prenja k tina ji. mba nyu mili, mucang ka ngina n. Ada juga beberapa vokabuler gerak yang memiliki makna simbolis, misalnya: semba ha n laras, dan a ngkring. commit to user 106 b. Penyampaian deskripsi pelaksanaan gerak. c. Analisis gerak untuk mengungkap kesan rasa gerak yang didasarkan pada pelaksanaan gerak beserta komponen-komponen garap yang mendukung pelaksanaan gerak. Selanjutnya, mengenai makna gerak lebih diarahkari pada beberapa vokabuler gerak Tari Srimpi Ludiramadu, yang memiliki pada spesifikasi gerak.

4.3.6.2 Penapsiran Makna denotasi dan Konotasi Beksan Laras

Beksa n la ras dilakukan setelah sembahan. Gerak ini dilakukan dalarn posisi berdiri. La ra s memiliki arti indah, menawan. La ra s juga memiliki pengertian disesuaikan, ditimbang-timbang Prawiraatmadja 1980:92. Dalam tari tradisi, nama beksan la ra s memiliki makna simbolistidak sebenarnya. Inti beksan adalah selalu ingat, ma nemba h kepada Yang Maha esa. La ras artinya ditimbang-timbang. Secara keseluruhan beksan la ra s memiliki makna bahwa manusia harus selalu ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga sebelum bertindak selalu dipertimbangkan baik dan buruknya perbuatan itu. Dalam Wedhata ya diungkapkan, bahwa laras dalam tari memiliki dua pengertian. Pertama, laras dalam arti menyesuaikan gerak tubuh sesuai dengan karakter tari yang dibawakan. La ra s ini biasa disebut laras wa dhag pa ngla ra sipun ba da n priba di Yang kedua, la ra sa n batin, berupa kreativitas yang terbentuk oleh kemampuan jiwa, sehingga mampu mewujudkan karakter rasa tari yang dikehendaki. Pengugkapan di atas menundukkan bahwa la ra s mengandung makna keserasian antara wujud lahir wira ga dengan sisi kejiwaan rasa ataupun commit to user 107 karakter. Dengan demikian, laras merupakan bentuk ungkap keserasian, yang secara mendasar melekat pada konsep budaya Jawa, seperti yang diungkapkan oleh Clara Brakel, la ra s merupakan ungkapan keserasian dalam konsep budaya Jawa 1991:20. Selanjutnya la ra s dan serasi dalam konsep budaya Jawa hampir selalu berhubungan dengan bentuk-bentuk karawitan , kehalusan, baik dalam etika maupun estetika bentuk kesenian selalu mengekspresikan bentuk- bentuk yang halus dan indah. Hal ini juga disinggung oleh Franz Magnis-Suseno yang secara implisit meriyatakan bahwa dalam budaya Jawa pengekspresian keindahan cenderung dalam bentuk yang halus, karena orang Jawa cenderung menganggap bahwa sesuatu yang halus itu indah 1984:213. Beksa n la ras biasanya memiliki karakter luruh, halus, dan lembut, Hal ini tanpak pada setiap pelaksanaan gerak yang halus, tenang, dan terkendali. Seperti yang diungkapkan oleh Clara Brakel bahwa hampir seluruh gerak tari putri lebih mengekspresikan keindahan, kelembutan yang disertai pengekangan dan pengendalian gravitasi tubuh 1991:20. Menurut S. Ngaliman, istilah la ra s diambil dari khasanah karawitan. Selanjutnya dijelaskan, beksan laras yang sering disebut dengan joged la ra s disebut juga joged merong, karena terletak pada bagian gendhing merong antara buka dan ingga h. Karena itu, setlap tari srimpi memiliki nama beksan larasjoged laras yang berbeda. Nama beksan larasnya sesuai dengan nama gendhing yang dipergunakan. commit to user 108 Beksa n la ra s dalam susunan tari Srimpi Ludiramadu memiliki dua bentuk: 1 bentuk beksan laras yang memiiiki struktur pelaksanaan gerak yang sama dengan bentuk beksan laras sawit. Beksan laras di atas merupakan ciri khas beksan laras ludira. Pada pokoknya, gerak beksan laras ludira tersebut tersusun atas gerakan nekuk ngenceng lengan kiri yang disertai gerakan kepala berupa tolehan dan gerakan leyek . Sikap dan gerak kepala toleha n berupa sikap dan arah pandangan mata, menunjukkan penerapan gerak kepala dan pandangan mata yang digunakan pada tari putri berkarakter a lus luruh. Ini tampak pada pelaksanaan sikap arah pandangan luruh yang meliputi antara ruang gerak tangan biasanya sipat ba hu ataupun sipat jari tangan. Pola dan sikap gerak lengan yang selalu bergerak pada ruang gerak antara di bawah dada susu sampai di atas pinggang, dengan pola sikap tangan ngra yung , merupakan penerapan pola sikap dan gerak tari putri berkualitas alus. Hal ini juga tampak pada pola sikap dan gerak tubuh leyek yang berupa pemindahan gaya gravitasi tubuh secara perlahan dan mengalir. Gerak leyek ini merupakan penerapan bentuk laras muca ng kanginan karena muca ng ka ngina n yang layak digunakan oleh tari putri yang berkualitas alus. Pola gerak dan sikap kaki yang berupa sikap tanjak kanan dan sikap a deg dua tumit berimpitan dengan ruang gerak selebar kain yang digunakan, serta penggunaan pola sikap adeg ta mba k ba ya dan sikap ta nja k ta mba k sa mpur, merupakan penerapan aturan dan pola gerak tari putri berkualitas alus. Sikap dan gerak lengan kiri berupa nekuk dan ngenceng yang dilakukan dengan tempo mengalir secara lambat dengan sikap tangan ngra yung , lebih commit to user 109 memungkinkan rasa halus, lembut. Kesan ini juga didukung arah tolehan dan pandangan mata yang dilakukan searah dan selalu menyertai gerakan lengan. Seperti yang diungkapkan S. Ngaliman bahwa arah dan pandangan mata yang dilakukan tersebut merupakan aspek penting untuk membentuk rasa tenang, halus, dan luruh. Hal itu berkaitan erat dengan ketajaman pandangan mata dan srah pandangan mata yang selalu menyertai gerakan lengan dalam upaya pengendalian gerak dan pembagian irama gerak Wawancara , 9 Desember 2011 Sikap dan gerak leyek yang dilakukan dengan tenang, lambat dengan posisi tungkai dhengket tumit berhimpitan, merupakan ekspresi rasa keputrian yang anggun dan lemah gemulai, menjadikan gerak leyek cenderung mengungkapkan kesan ras halus dan lembut. Hal ini juga diungkapkan oleh Clara Brakel: Dalam gaya putri semua gerak-gerik tubuh cenderung bersifat mengayun, baik gerak-gerik rnenyamping, atau ke atas dan ke bawah, dengan cara bergantian melentur dan merenggang lutut, atau mengayun berat tubuh ke suatu sisi. Kesan umum yang dikehendaki oleh gaya gerak-gerik demikian ialah memperagakan pengekangan, ketenangan, dan kelembutan 1991:86. Dari pelaksanaan gerak, berupa pengulangan gerak lengan yang diikuti gerakan kepala serta gerak leyek , lebih memantapkan kesan rasa halus, lembut. Bahkan pelaksanaan gerak la ra s tersebut di atas lebih cenderung menambah rasa regu, ini didukung dengan pelaksanaan gerak secara bersamaan dan rampak, dengan wiled yang sama. Menurut Wahyu Santoso Prabowo, gerak la ra s Ludiramadu memiliki rasa ungkap halus, dan lebih mantap Wawancara, 9 Desember 2011. Oleh Nyoman Chaya, laras Ludiramadu lebih dirasakan memiliki rasa anggun, dan lembut Wawancara, 9 Desember 2011. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat commit to user 110 disimpulkan bahwa la ras Ludiramadu mengungkapkan rasa halus, anggun, dan lembut. Secara utuh kesan rasa halus, dan lembut tersebut secara auditif didukung bentuk gendhing karawitan tari yang rasa gendhingnya halus. Sebagaimana diungkapkan dalam Wedha pradangga . Gendhing Ludiramadu termasuk gendhing a lus dan prenes

4.3.6.3 Beksan Lincak Gagak