commit to user
21 2.
na fsu a lua ma h
: manusia biasa sulit menyeimbangkan kehidupan didunia dan akhirat. Kebutuhan di dunia kadang lebih dipentingkan dibanding kehidupan
di alam
kela nggenga n
kekal. Nafsu serakah pada diri manusia sulit dikendalikan apalagi minimnya iman pada diri manusia
3.
na fsu supiah
: manusia memiliki sifat pelupa lupa dengan yang menciptakan Tuhan akhirnya bersikap sombong, congkak selalu merasa dirinya pintar,
cantik, yang paling kaya, dan lain-lain.
na fsu mutmainah
: manusia harus memiliki sifat mutmainah sebagai penyeimbang sikap-sikap yang diatas sehingga kehidupan akan seimbang dan manusia akan
sabar dengan segala cobaan, rintangan dan berbagai permasalahan yang dihadapi sehingga hidup didunia dipersiapkan dengan baik apalagi kehidupan yang akan
datang akhirat.
2.1.2. Tari Srimpi Ludiramadu Bagian Konsep Tradisi Besar
Konsep tradisi besar menurut Umar Kayam dalam Anis Sujana, 2007 menggambarkan sebagai kebudayaan yang berada didalam keraton yang
menciptakan karya-karya dan kebudayaan adalah Raja dan kerabat keraton atau putra-putri raja Sujana, 2007:263. Tari Srimpi Ludiramadu masuk pada budaya
keraton yang tradisi besar karena kebudayaan yang berasal dari raja dan hidup dan proses penciptaan tari ada di keraton.
Tari srimpi dikatakan budaya keraton karena yang menciptakan Tari Srimpi Ludiramadu adalah hasil karya Hamengkunagara III lahir pada
pemerintahan Paku Buwana IV. Pada masa itu beliau belum naik tahta sehingga bergelar Hamengkunagara III. Ini dapat disimak pada
Wedha pradangga
yang
commit to user
22 secara eksplisit menyebutkan sebelum menjadi raja, Hamengkunagara III banyak
menciptakan karya seni : “
Ingkang Sinuhun wau wiwit ka la dereng jumeneng nata sa mpun kathah iya san-iya sa n uta wi a nggitan da lem
”. Terjemahan : sinuwun memiliki bakat dalam penciptaan seni tari, rupa, sastra sebelum naik tahta menjadi
raja dan kemampuan sudah kelihatan dari karya-karya yang diciptakannya. Pradjapangrawit, 1990:11. Ungkapan ini secara lisan dikuatkan oleh
K.R.T.Hardjonagoro yang menyatakan bahwa hampir sebagian besar karya Paku Buwana V. Karya-karya Hamengkunagara III lahir pada masa pemerintahan Paku
Buwana IV : artinya, karya-karya tersebut diciptakan oleh Paku Buwono V semasa menduduki jabatan
Pa ngera n Adipati Anom Putra Ma hkota
Wahyu Santoso Prabowo, Wawancara 5 Desember 2011. Berdasarkan pernyataan
tersebut pada pemaparan selanjutnya penulis cenderung menggunakan sebutan Hamengkunagara III setelah menjadi raja dengan gelar Paku Buwana V.
Kegiatan berkesenian
Hamengkunagara III
dapat terungkap
di
Wedha pra da ngga
sebagai berikut : Kacariyos kala raksih jumeneng kanjeng gusti pangeran adipati anom,
saben pasewakan ing dinten senen miwah kemis, saderengipun miyos dalem, kanjeng gusti kapareng lenggah ing bangsal pradangga nunggil abdi
dalem niyaga, lajeng angasta rebab utawi sanesipun ingkang dados kepareng dalem. Cakipun alus ang rawit sarwa miraos. Ananging manawi
ingkang rama sampeyan balem ingkang dinuhun Paku Buwana IV sampun katingalenggah ing kajogan prabasuyaso, kanjeng gusti wau
anggenipun angasta nabuh lajeng kadamel-damel radi kaduk sembrana. Yen nuju ngasta bonang lajeng dipun imbalkacengkukaken ngantos gobyog
sangat, adamel cingakipun ingkang sami sowan ing plataran, sami noleh tumuju ing bangsal pradangga. Sareng mangertos yen ingkang ngasta
bonang kanjeng gusti, lajeng sami tumungkul ajrih Pradjapangrawit, 1990:1170.
Terjemahan : pada saat masih bergelar putra mahkotapangeran muda setiap ada latihan karawitan yang dilaksanakan setiap hari senin dan kamis.
commit to user
23 Pangeran muda selalu duduk ditempat pangrawit nayogo dan memegang
rebab dan alat musik yang lainnya. Kemampuan memainkan alat-alat karawitan Jawa dibuat sedikit salah dan ceroboh disaat ayahanda
Pakubuwana IV sudah duduk dikursi singgasanakursi kebesaran. Pangeran megang bonang dipukul keras sampai orang lain kaget bahkan jantungan,
ternyata setelah dilihat pangeran muda yang memainkan, abdi dalem tidak berani menasehati.
Pada sumber yang sama karya Hamengkunagara III memiliki corak ini dipandang sebagai corak baru pada masa pemerintahan Paku Buwana IV.
Kemudian dianut pada periode berikutnya. Misalnya, bentuk garap
imba l
pergantian pada instrumen bonang yang kemudian dijadikan
pa nuta n
pada bentuk kesenian periode berikutnya, oleh Pradja Pangrawit diungkapkan sebagai
berikut : Ingkang punika mula bukanipun wonten lagu bonangan imbal imbal-
imbalan saha gendhing geculan sarta bonang imbal-imbalan wau kaangge nabuhi nayuban lelangen tayuban 1990:118
Terjemahan : beberapa kali dibunyikan iringan yang lucu disertai bonang yang
berulang-ulang dipukul
menyerupai iringan
tayuban tari
tayubngibing. Diungkapkan oleh Wahyu Santoso Probowo bahwa Hamengkunagara III
memberikan sentuhan kebaharuan pada hampir setiap karya seni pada masa pemerintahan Paku Buwana IV. Hal ini tampak pada karya Hamengkunagara III,
karawitan, tari, sastra ataupun kriya 1965:98. Pemaparan tersebut ditegaskan oleh Dipokusumo bahwa pada masa pemerintahan Paku Buwana IV hampir
seluruh kriya seni yang ada adalah karya Hamengkunagar III. Bahkan karya Paku Buwana IV mendapat pengaruh dari karya Hamengkunagara III dan juga karya
Hamengkunagara III dipersembahkan sebagian besar untuk Paku Buwana IV Wahyu Santoso Prabowo, Wawancara, 5 Desember 2011
commit to user
24 Penciptaan karya seni Hamengkunagara III dalam bentuk
gendhing
iringan gamelan Jawa, misal :
Sendhon, Ba nca k, Sa ntiswa ra gendhing treba ng, gendhing
ga mbir sa wit
Pradja Pangrawit, 1990:113. Hamengkunagara III selain menciptakan karya yang erupa tari keraton
juga menciptakan karya-karya yang lain berupa sastra, keris, gendhing-gendhing tari sampai tari-tari yang bersifat lucu dan
gejul.
Karya-karya Hamengkunagara yang sampai sekarang diyakini memiliki kreativitas yang sangat tinggi karena
diciptakan oleh putra raja, karya-karyanya sebagai berikut: 1.
Sastra : Serat Centhini
Suluk Temba ng Ra ra s
Ajaran Agama Islam dan berbagai budaya tradisi Jawa yang meliputi
ngelmu
ilmu
, gendhing
iringan,
beksa n
tari, masakan,
petung Ja wa
perhitungan hari, legenda cerita.
2. Kriya
Undhagi
dan
Tosa n Aji
: KerisTosan Aji, topeng, perahu dengan hiasan canthik berwujud patung muka
Ra ja ma la
setelah selesai, diberi nama
Kyai Ra ja ma la
dan perahunya disebut
Pera hu Ra ja ma la
. 3.
Ka ra wita n gendhing-gendhing
iringan :
Gendhing ga mbirsa wit Pa ncera na
pelog nem
,
Ayun-a yun pelog nem
,
sumya r pelog ba rang, La drang Ma nis pelog lima
,
Gegot pelog nem
,
Bribil slendro ma nyura
,
loro-loro slendro
ma nyura . Gendhing Treba ng
:
kemba ng ga ya m pelog lima
,
kaum dha wuk pelog ba ra ng
,
kidung-kidung pelog barang
, dan
ka yon pelog ba ra ng
.
Gendhing treba ng
disebut santi swara 4.
Tari : Karya
Ta ri Penthul
lucugecul, Tari Srimpi Ludiramadu
commit to user
25
2.1.3. Tari Srimpi sebagai Tari Sakral