commit to user
26 Bentuk sesaji dalam wetonan: sesuai
guda ngan
urap yang terdiri sayuran kangkung, kenikir, kacang panjang,
thokola n
kecambah, wortel, buncis,
mba yung
dan lain-lain, ayam Jawa ingkong harus ayam jantan, telur, jenang
a ba ng merah
dan
putih
warna putih, tumpeng menyesuaikan jenis kelamin laki-laki berbentuk kerucut dan perempuan berbentuk ceper leter, memakai alas
dan pisang diletakkan di nampan atau tampah selain itu menggunakan sesaji nasi uduk, golong asahan,
sa mbel goreng, peyek, serundeng,
kerupuk,
lentho, a pem ja wa
dan lain-lain. Berfungsi juga untuk penyambutan tamu kerajaan Tari Srimpi Ludiramadu
merupakan Tari Klasik keraton yang juga berfungsi untuk penyambutan tamu kerajaan misalkan ada tamu dari kerajaan Malaysia, Belanda bahkan dari kerajaan
Yogyakarta ataupun tamu-tamu penting misalnya: Presiden, Menteri pejabat pemerintah, Walikota.
2.1.5. Perubahan Makna dan Fungsi Tari Srimpi Ludiramadu
Kebudayaan tidak dapat terlepas dari ruang dan waktu kebudayaan itu diciptakan, dilestarikan, atau bahkan dirubah Abdullah, 2006:4. Yang bertujuan
untuk orientasi nilai baru dalam bentuk lain yang berhubungan dengan tata ruang yang telah menunjukkan pergeseran kekuasaan dan kepentingan. Kalau
kebudayaan sebenarnya memiliki kedudukan yang mapan dan bagus sehingga memiliki kekuatan dominan sehingga dapat sebagai penentu karakter dari suatu
bentuk ruang sosial, negara pada akhirnya dapat beralih fungsi dan juga sebagai pengambil peran dengan redivinsi ruang untuk mendukung suatu hubungan
kekuasaan, Giddens dalam Abdullah, 2006:4 menyebut ini sebagai
reproduction
commit to user
27
of loca lity,
yaitu suatu proses pendefisian ulang ruang atau bahkan pembangunan ruang dengan tujuan-tujuan untuk menjamin pelestarian dari kekuasaan kelompok
yang memerintah. Dalam perubahan kekuasaan membuat mementingkan kepentingan
perseorangan individual dan kelompok, sehingga berakibat hasil karya kebudayaan dimanfaatkan untuk kepentingan legitimasi oleh pihak-pihak yang
berkepentingan. Simbol-simbol kebudayaan-kebudayaan kemudian, tidak lagi mendapatkan suatu pengaruh generiknya sebagai pedoman atau acuan bagi
tingkah laku. Simbol dan maknanya menjadi suatu obyek yang kehadirannya dihasilkan suatu proses negosiasi yang melibatkan sejumlah konsultasi dengan
kepentingan masing-masing. Menurut Friedman dan Miller, dalam Abdullah, 2006:5 Kebudayaan yang dibentuk kemudian dilihat sebagai budaya diferensial
yang tumbuh akibat dari adanya intraksi yang terus menerus mengalami perubahan. Manusia dalam hal ini dapat dikatakan sebagai aktor yang menentukan
pilihan-pilihan dan mebuat keputusan-keputusan untuk dirinya sendiri pendapat ingold dalam Abdullah, 2006:5. Di sisi lain harus diperhatikan secara seksama
bahwa di satu sisi pilihan-pilihan yang tersedia selalu sesuai dengan yang dibutuhkan dan diharapkan, dan disisi lain keputusan harus tunduk dikarenakan
tekanan. Dalam hal ini kelas, usia, status, gender, adalah suatu pokok sebagai pusat untuk yang perlu diperhatikan, sehingga makna kebudayaan menjadi suatu
yang batas-batasnya tidak tegas tergantung pada posisi struktur masing-masing orang atau kelompok Abdullah, 2006:6
commit to user
28 Kebudayaan tidak dapat lari dari kenyataan bahwa zaman akan terus
berkembang kearah yang modern tidak berhenti pada satu titik saja, terjadi perubahan pada bentuk, fungsi dan makna yang awalnya berbentuk dengan durasi
waktu + 2 jam, costum pakem, rias alat dan bentuk tradisi ditentukan, sekarang terjadi perubahan menjadi menyesuaikan fungsinya dan maknapun disesuaikan
pada siapa dan kebutuhan apa makna digunakan. Tari Srimpi berfungsi sebagai wetonan dan penyambutan tamu beralih menjadi pariwisata budaya, apresiasi,
pertunjukan, festifal bahkan untuk upacara mantenan mantu bahkan Tari Srimpi dengan garab iringan, costum, rias membuat seni tradisi yang menghibur.
Pada dasarnya bentuk gerak pada tari tradisi memiliki gerak yang diciptakan sesuai dengan kebutuhan sehingga dipengaruhi oleh materi, energi, dan
waktu. Menurut Tasman 1996:70 ciri gerak antara lain: 2.1.4.1. Perpindahan materi yang mengandung energi dalam suatu ruang dalam
ukuran waktu. 2.1.4.2. Dorongan energi pada suatu materi dalam ruang dan waktu
2.1.4.3. Penggunaan ruang oleh suatu materi yang berenergi dalam ukuran waktu 2.1.4.4. Cara menggunakan waktu dan ruang oleh suatu materi yang bertenaga
Perwujudan kebudayaan, kesenian tradisional juga memiliki peranan atau fungsi yang penting dalam masyarakat pendukungnya. Dengan mengetahui fungsi
akan diketahui pula peranannya. Kesenian tradisional memiliki fungsi yang berbeda-beda. Perbedaan itu berhubungan erat dengan sejarah kesenian itu
diciptakan. Peran yang dimainkan bersifat sakral, magis dan religius digunakan
commit to user
29 untuk kepentingan upacara keagamaan, upacara tradisi, seni pertunjukan atau
untuk hiburan. Seni memiliki fungsi yang beraneka ragam untuk kehidupan manusia
bahkan bangsa dan negara dan untuk kesejahteraan masyarakat. Seni berfungsi menurut Meriem dalam Jazuki 1994:95 membagi fungsi seni menjadi beberapa
bagian, yaitu : 1 Sebagai sarana upacara; 2 Sebagai respon fisik; 3 sebagai hiburan; 4 sebagai sarana komunikasi; 5 untuk persembahan; 6 enjaga
keseimbangan membuat harmonisasi dari segi norma dalam masyarakat; 7 pondasi kehidupan institusi sosial; 8 kestabilan budaya; 9 integrasi
kemasyarakatan. Tari tradisi sebagai apresiasi seni, seni pertunjukan, festifal, dan pariwisata
dengan mempertimbangkan nilai estetis.
Unity
atau keutuhan adalah menunjukkan adanya sesuatu yang utuh, yaitu adanya hubungan yang berarti, bermakna antara semua unsur-unsurnya, yang satu
memerlukan kehadiran yang lain, dan saling mengisi.
Intensity
atau penonjolan pada bentuk karya seni mempunyai maksud mengarahkan perhatian orang yang menikmatinya kesuatu hal yang dipandang
lebih penting dari yang lain. Penonjolan dapat dicapai dengan cara misalnya mengeraskan suara pada musik dan melakukan perubahan kecepatan gerak pada
sebuah tari. Dengan terarah, yang akan menimbulkan suatu daya tarik atau kekuatan pada karya. Kekuatan atau penonjolan ini yang akhirnya akan
memberikan rasa indah dan juga memberikan ciri pada suatu karya seni.
commit to user
30
Complexity
atau kerumitan yang ada pada suatu karya seni menurutnya juga merupakan salah satu yang menyebabkan karya seni menjadi lebih bermutu.
Kerumitan dapat dihadirkan dengan cara diantaranya membuat adanya hal-hal yang menjadikan sesuatu menjadi kontras, seperti kuat dan tidak kuat, seimbang
dan tidak seimbang. Keseimbangan dalam bentuk karya seni terjadi oleh adanya dua bagian yang sama seperti misalnya tubuh manusia, pinang dibelah dua, sayap
kupu-kupu dan sebagainya. Keseimbangan semacam ini dapat memberikan rasa tenang juga memberi kesan stabil. Sebalinya kerumitan juga dapat dihadirkan oleh
adanya ketidak seimbangan, yang menimbulkan kesan tidak stabil dan ada rasa dinamis, seolah-olah akan berubah, berkesan akan bergerak. Dengan faktor inilah
ketidakseimbangan juga mempunyai daya tarik bagi orang yang menyaksikannya. De Witt H. Parker 1945 menyebutkan, keseimbangan sebagai sebuah prinsip
bentuk estetik adalah persamaan dari elemen-elemen yang bertentangan atau berlawanan.
Dalam keseimbangan yang dimaksud, walaupun elemen-elemen tersebut bertentangan, namun yang satu memerlukan kehadiran yang lain dan secara
bersama-sama menciptakan kesatuan. Seperti halnya dalam tari berpasangan yang masing-masing bergerak ke arah yang berlawanan, dan bertentangan, perbedaan
ini untuk mencapai keseimbangan dalam ruang. Unsur penonjolan atau
intensity
yang dapat memberikan kekuatan pada karya seni yang dikemukakan monroe ini digunakan untuk mengkaji nilai estetik
yang ada pada seni Tari Srimpi Ludiramadu. Unsur keutuhan
unity
dan unsur kerumitan
complexity
digunakan untuk melihat bentuk dan makna Tari Srimpi
commit to user
31 Ludiramadu dari yang sebelum berubah sampai yang sudah mengalami perubahan
pada vokabuler-vokabuler
gerak, perubahan
sekaran-sekaran gendhing,
pengurangan pada waktu pertunjukan, rias dan busana yang sudah menyesuaikan pada kebutuhan pertunjukan untuk pariwisata budaya, untuk misi kesenian, untuk
festifal, untuk resepsi dalam pernikahan dan lain-lain. Perubahan yang terjadi pada tari juga dapat diungkap menggunakan teori
tentang mitos menurut Barthes, pengertian mitos yang ada dalam Tari Srimpi Ludiramadu yang diungkapkan dalam simbol-simbol memang memiliki tugas
untuk memberikan justifikasi alamiah kepada maksud-maksud historis, tetapi masyarakat sebagai pengguna, pelaku, pencipta diberikan hak untuk memberikan
makna dan menggunakan makna, sehingga masyakakat pengguna dan penikmat Tari Srimpi Ludiramadu diberikan wewenang untuk memaknai makna yang ada
dalam Tari Srimpi Ludiramadu. Barthes, 1972:155. Hal itulah yang menjadi dasar tanda merupakan yang bergerak dan
dipahami dari benda yang dikonsepkan untuk memahaminya. Pemaknaan tanda dari Saussure dengan mengacu pada “oposisi” baik x buruk dari setiap benda
akan menentukan eksistensinya cara ini dapat dimungkinkan terjadi interpretasi yang hanya dugaan semata. Semiotika menjadi ilmu yang sangat luas karena
tanda-tanda dapat bergerak kemana saja. Disekeliling kehidupan, akan ditemukan banyak sekali tanda bergerak, sejauh manusia itu mencermatinya. Apapun bisa
menjadi tanda ketika adanya hubungan fenomena dengan fenomena lain membentuk makna.
commit to user
32 Masyarakat merupakan yang menciptakan tanda sehingga akan terbentuk
tanda baru Ferdinand de Saussure 1993:146 memahami bahwa bahasa yang ada pada Tari Srimpi Ludiramadu yang akan tercipta makna merupakan warisan yang
akan selalu turun temurun sebagai bahasa primer dan juga bahasa sekunder. Seiring dengan perkembangan jaman akan selalu berubah-ubah menyesuaikan
adanya panata sosial, kesepakatan pada masyarakat akhirnya akan merubah pemikiran masyarakat dan terjadinya perubahan pada sosial budaya masyarakat.
Karya tari merupakan realitas yang telah direkonstruksi oleh pencipta kekuatan tanda-tanda yang diungkapkan oleh makna sehingga dapat ditelaah
secara mendalam sehingga dapat mengacu pada teori sosial dalam masyarakat. Sebuah karya tari juga akan memunculkan makna yang baru sebagai upaya
persebaran pengetahuan sebagai kebebasan penonton, penghayat, dan masyarakat pada umumnya yang sama sekali tidak tahu tentang kebudayaan keraton
khususnya tari keraton. Hal ini dapat diungkap dengan teori semiotika tanda. Teori struktural fungsional Talcot Persons, digunakan untuk melihat
keberadaan bentuk dan fungsi seni Tari Tradisional Klasik pada masyarakat pendukungnya. Teori sistem sosial ini menganggap, masyarakat merupakan
sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan, Herbert Spenser menyebut
masyarakat adalah laksana organisme hidup, untuk itu Spenser membahas masyarakat sebagai suatu organisme hidup sebagai berikut :
1. Masyarakat maupun organisme hidup sama-sama mengalami pertumbuhan
commit to user
33 2.
Semakin besar suatu struktur sosial semakin banyak pula bagian-bagiannya seperti halnya dengan sistem biologis
3. Tiap bagian didalam tubuh organisme biologis maupun organisme sosial
memiliki fungsi dan tujuan tertentu 4.
Dalam sistem organisme maupun sistem sosial, perubahan pada suatu bagian akan mengakibatkan perubahan pada bagian lain dan akhirnya di dalam sistem
secara keseluruhan 5.
Bagian-bagian walaupun saling berkaitan merupakan suatu struktur mikro yang dapat dipelajari secara terpisah Margaret M. Polomo, 1994: 23-25
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat dapat dilihat sebagai suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling tergantung
satu sama lain-lain. Apabila salah satu bagian tidak bekerja, maka sistem tersebut akan terganggu karena tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Seni Tari Tradisi sebagai suatu wujud yang dibentuk oleh kesatuan unsur- unsur tertentu, dan tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Demikian pula Tari Tradisi
sebagai bagian dari kebutuhan hidup manusia. Fungsi dan makna sebagai penolong kehidupan masyarakat yang merupakan unsur yang terlibat kedalam
sistem kehidupan seni dalam masyarakat.
2.2. Penelitian Terdahulu