Perubahan makna yang dulu memiliki nilai filsafat pada Tari Srimpi Ludiramadu

commit to user 142 istana yang mengikuti sistem patrimonial, raja merupakan penguasa tunggal yang menentukan segala sesuatu mengenai kehidupan yang berada di dalam istana. Seni yang berada di keraton dipengaruhi juga oleh gaya kepemimpinan seorang raja yang memerintah. Pada saat itu raja sudah memiliki pengetahuan, pengalaman yang maju untuk menciptakan kebudayaan yang bernilai tinggi bisa dilihat dalam karya tari karawitan, sastra, dan juga sejarah, dengan hal ini keraton digunakan sebagai pusat kebudayaan Jawa pada saat itu dan pada saat sekarang keraton digunakan untuk menandai identitas kebudayaan yang dulu pernah ada dan menjadi tanda kejayaan pada masa lampau walaupun hanya tinggal sedikit sisa kejayaan itu masih dapat kita lihat walaupun banyak sekali terjadi perubahan pada bentuk, fungsi, dan makna.

4.4.3 Perubahan makna yang dulu memiliki nilai filsafat pada Tari Srimpi Ludiramadu

Dapat dilihat pada proses penciptaan Tari Srimpi Ludiramadu yang pada awalnya berfungsi untuk legitimasi kekuasaan raja yang digunakan untuk upacara wetonan raja, penyambutan tamu raja. Tari ini salah satu tari yang digunakan untuk memunculkan status raja yang berkuasa dan keraton yang mereka kuasai hasil kebudayaan digunakan untuk meningkatkan pamor bahwa raja memiliki kuasa penuh dalam pemerintahan dan juga dalam membuat hasil karya kebudayaan. Dalam Tari Srimpi Ludiramadu yang awal penciptaannya diawali dari impian atau mimpi seorang Hamengkunagara III yang diungkap dalam gerak, iringan, dan dalam rias dan busana juga pola lantai pada awalnya memiliki tujuan yang sangat agung karena didalam Tari Srimpi Ludiramadu commit to user 143 juga mengandung cerita dengan awal penciptaan gendhing ludiramadura disini dapat diungkap bahwa Hamengkunagara memiliki darah dari seorang ibu yang berasal dari kerajaan Sumenep Madura sehingga proses penciptaan tari bahwa mencapai tujuan hidup dengan apa yang dia inginkan harus berusaha dengan keras. Di dalam Tari Srimpi Ludiramadu merupakan salah satu tari kelompok yang terdiri dari empat orang penari dengan perannya sendiri-sendiri sudah dipaparkan penulis pada bab IV. Penari-penari itu membawakan peran sebagai ba ta k, gulu, dha dha , da n buncit peran-peran didalamnya bahwa batak merupakan simbol kepala yang berarti manusia harus memiliki akal pikiran dan berpikir yang jernih dalam melakukan sesuatu hal, gulu merupakan perwujudan leher seorang manusia Jawa, dha dha sebagai perwujudan organ tubuh manusia bahwa dhadah adalah tempat untuk mengendalikan hawa nafsu dan sebagai pengendali diri, buncit adalah organ tubuh atau perwujudan pengeluaran manusia atau anus sehingga dapat diungkap bahwa simbol empat orang penari bisa dimaksudkan patjupat lima pancer dan yang berada ditengah adalah yang mengendalikan manusia adalah Allah. Tari Srimpi Ludiramadu adalah tari yang dapat menyeimbangkan bahwa kehidupan manusia ada kekuatan makro cosmos dan mikro cosmos yang keduanya harus dalam keadaan seimbang dan sesuai supaya ada keseimbangan kehidupan dialam semesta sehingga manusia akan terhindar oleh hawa nafsu supiah, aluamah, amarah. commit to user 144 Perwujudan Tari Srimpi ludiramadu di masa sekarang sudah tidak ada pementasan yang digunakan yang memiliki hubungan dengan unsur kekuasaan atau pemerintahan seperti masa lampau. Hal ini karena keraton hanya sebagai tempat melestarikan nilai-nilai dan butir-butir budaya Jawa saja. Tari Srimpi Ludiramadu setelah mengalami pemadatan pada tahun 1970 sekarang sudah digunakan untuk tujuan pariwisata budaya selain itu lebih bertujuan ke hiburan dengan sering diadakannya festifal seni, lomba seni, misi kesenian baik yang diadakan secara nasional maupun secara internasional. Pertunjukan Tari Srimpi Ludiramadu yang sekarang dengan menghilangkan vokabuler-vokabuler gerak yang dirasa tidak perlu karena adanya pengulangan-pengulangan gerak tetapi tetap menggunakan gerak maju beksan, beksan, dan mundur beksan walupun didalamnya sudah berubah untuk menyesuaikan kebutuhan dimana tari itu berfungsi. Kreativitas seniman pada masa sekarang yang memegang peran penting dalam melestarikan budaya, dan makna yang sekarang ada adalah siapa orang yang memaknai sehingga makna hanya pada tingkatan seseorang yang menandai makna itu dan siapa yang menciptakan makna sehingga dapat kita ketahui siapa yang menciptakan karya akan menciptakan makna itu pula. Di era yang sekarang Tari Srimpi Ludiramadu melambangkan keberadaan manusia yang modern yang cenderung pada kehidupan yang praktis, instan dan ekonomis serta mementingkan pada segi hiburan. commit to user 145

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Keberadaan seni tradisional klasik yang pada awalnya hidup dan berkembang di dalam keraton pada dasarnya merupakan kehidupan kultural yang sudah berakar secara turun-temurun yang menjadi salah satu perwujudan budaya. Rentangan sejarah keberadaan keraton sampai sekarang melatarbelakangi kehidupan masyarakat Jawa yang berada disekitar keraton untuk ikut berperan dalam kegiatan berkesenian sampai hasil karya seni yang notabene berada di dalam keraton dapat keluar dari dalam keraton sehingga menjadikan seni yang klasik yang bersifat magis, sakral, religius berubah mengikuti arus zaman. Dari perubahan bentuk, fungsi, dan makna tari kajian tentang Tari Tradisional Klasik yang berupa Srimpi Ludiramadu, penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut. Kedua, yang berkaitan dengan perubahan bentuk, yang terdiri dari vokabuler gerak dengan bagian maju beksan, beksan dan mundur beksan dengan pengulangan pada sekaran-sekaran beksa n la ra s, linca k gaga k, engkyek ludira , sa ngga na mpa ukel a du ma nis yang dilakukan berulang-ulang dipadatkan sehingga tidak terjadi pengulangan pada vokabuler gerak seperti sebelum berubah. Perubahan bentuk gerak tradisi juga pada kecepatan tempo mengalami peningkatan pada tempo setiap gerakan, waktu berubah dikarenakan pemadatan gerak dan kecepatan pada tempo sekarang + 15-18 menit. Iringan yang berupa