136
semua unsur yang ada dalam RPP terdapat dalam skema target dasar belajar Sanggar Anak Alam, namun keduanya berfungsi untuk
memandu kegiatan pembelajaran. Prinsip pembelajaran dalam
perspektif Pedagogi Kritis juga tampak dari keterlibatan pebelajar dalam perencanaan pembelajaran di Sanggar Anak Alam dengan
mengajak pebelajar untuk aktif dalam menyumbangkan ide tentang perencanaan pembelajaran dan pembuatan kesepakatan kelas. Pebelajar
ditempatkan sebagai pribadi aktif yang mampu menentukan dan bertanggung jawab atas pilihannnya. Hal tersebut juga tidak terlepas
dari peran fasilitator Sanggar Anak Alam yang mengedepankan kesepakatan bersama dengan pebelajar, sehingga komunikasi yang
terbangun adalah komunikasi dua arah. Sanggar Anak Alam yang dalam perencanaan pembelajaran menekanan mengenai empat
perspektif kehidupan menunjukkan bahwa terdapat upaya-upaya pengenalan realitas di dalam pembelajaran yang dilakukan.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam pelaksanaan pembelajaran perspektif Pedagogi Kritis terdapat 3 kegiatan pokok yang dilakukan, yaitu kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Penjelasan lebih lanjut terkait kegiatan-kegiatan tersebut telah dibahas pada bab II mengenai kajian
teori. Namun dapat dikatakan bahwa 3 kegiatan pokok tersebut telah sesuai dengan pandangan Pedagogi Kritis. Pada sub bab ini peneliti
137
akan menelaah pelaksanaan pembelajaran di Sanggar Anak Alam dengan pandangan Pedagogi Kritis.
1 Kegiatan Pendahuluan
Pelaksanaan aktivitas pembelajaran Sanggar Anak Alam dilakukan setiap hari senin hingga hari Jumat. Di Sanggar Anak
Alam terdapat pembagian jenjang kelas seperti pada sekolah formal, namun yang membedakan adalah Sanggar Anak Alam
mengedepankan penggunaan pengalaman sebagai bahan belajar dan tidak mengklasifikasian belajar ke dalam mata pelajaran
tertentu. Sanggar Anak Alam menggunakan model pembelajaran yang dinamakan daur belajar. Model daur belajar adalah
serangkaian proses yang akan dilalui oleh pebelajar dengan memanfaatkan pengalaman atau realitas yang ada pada kehidupan
sehari-hari. Perbedaan dengan sekolah formal juga tampak dari kegiatan pembuka pembelajaran sehari-hari Sanggar Anak Alam,
yaitu berdoa dan melakukan pemanasan kecil di lapangan secara bersama-sama oleh seluruh elemen Sanggar Anak Alam. Kegiatan
pemanasan kecil yang dimaksud oleh peneliti adalah melakukan kegiatan gerak tubuh ringan, ice breaking, atau bernyanyi. Peneliti
melihat bahwa kegiatan tersebut dilakukan untuk memotivasi seluruh elemen Sanggar Anak Alam sebelum melakukan aktivitas.
Sanggar Anak Alam memulai pelaksanaan pembelajaran dengan melakukan fase daur belajar yang pertama, yaitu fase
138
melakukan. Berdasarkan hasil penelitian, fase melakukan merupakan kegiatan riset langsung ke kehidupan nyata atau dengan
kata lain pebelajar diajak untuk mengalami suatu realitas. Riset adalah
salah satu
bukti bahwa
Sanggar Anak
Alam mengedepankan penggunaan pengalaman pada peristiwa sehari-
hari dalam kegiatan pembelajaran. Dalam
pembahasan mengenai
tahap perencanaan
pembelajaran disebutkan bahwa pada setiap awal semester fasilitator selalu menyampaikan skema target dasar belajar yang
akan dicapai pebelajar, lalu berdasarkan skema target dasar belajar fasilitator
dan pebelajar
secara bersama-sama
membuat kesepakatan tentang tema dan lokasi riset. Ketika tema riset dan
lokasi riset telah ditentukan, fasilitator mengajak pebelajar untuk melakukan persiapan-persiapan yang dIbutuhkan dalam kegiatan
tersebut. Persiapan-persiapan tersebut antara lain melakukan list kebutuhan barang yang akan dibawa ke lokasi riset, menentukan
subjek yang akan dijadikan narasumber, dan membuat pertanyaan- pertanyaan untuk ditanyakan kepada narasumber. Dalam
menentukan subjek
dan membuat
pertanyaan-pertanyaan, fasilitator mengingatkan pebelajar tentang tujuan mereka
melakukan riset serta data-data seperti apa yang dIbutuhkan pebelajar agar sesuai dengan konteks dan tujuan yang ingin dicapai
dalam skema target dasar belajar.
139
Peneliti melihat hingga tahap ini Sanggar Anak Alam telah melakukan kegiatan yang memiliki kesamaan dengan kegiatan
pendahuluan yang ada pada tahap pelaksanaan pembelajaran perspektif Pedagogi Kritis. Disebutkan dalam bab II mengenai
kegiatan pendahuluan bahwa guru menyiapkan pebelajar secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. Hal ini
peneliti lihat dari kegiatan sehari-hari Sanggar Anak Alam sebelum memulai aktivitas, yaitu berdoa dan melakukan pemanasan kecil
bersama di lapangan. Aktivitas tersebut tidak hanya berpengaruh pada pebelajar namun pada seluruh anggota Sanggar Anak Alam.
Peneliti yang mengikuti aktivitas tersebut melihat bahwa seluruh anggota Sanggar Anak Alam lebih siap secara psikis karena setelah
aktivitas tersebut semua tampak ceria dan secara fisik karena melakukan gerak tubuh ringan. Salah satu poin dari kegiatan
pendahuluan pada tahap pelaksanaan pembelajaran Pedagogi Kritis juga menyebutkan bahwa guru menjelaskan kegiatan yang akan
dilakukan sesuai dengan silabus yang telah disepakati. Hal tersebut peneliti temukan pada diri fasilitator yang dalam pertemuan awal
selalu menyampaikan tentang tujuan riset agar mendapatkan data yang sesuai dengan konteks dan tujuan skema target dasar belajar.
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa skema target dasar belajar memiliki fungsi yang sama seperti silabus dan isinya telah
disepakati oleh pebelajar. Fasilitator yang mengajak pebelajar
140
untuk melakukan persiapan-persiapan yang dIbutuhkan dalam kegiatan riset juga dapat digolongkan sebagai kegiatan yang
dilakukan untuk mempersiapkan pebelajar dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal tersebut termasuk sesuatu yang dilakukan dalam
kegiatan pendahuluan dalam tahap pelaksanaan pembelajaran Pedagogi Kritis.
2 Kegiatan Inti Bagian selanjutnya dalam tahap pelaksanaan pembelajaran
Pedagogi Kritis adalah kegiatan inti. Kegiatan inti dibagi menjadi 3 hal yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
a Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi yang dilakukan adalah
dengan senantiasa melibatkan pebelajar mencari informasi yang luas dalam menentukan topiktema materi yang akan dipelajari
dengan prinsip “alam takambang” jadi guru dan pebelajar belajar dari aneka sumber; guru memfasilitasi interaksi yang
akan terjadi antara sesama pebelajar, pebelajar dengan- lingkungan, dan dengan sumber belajar lainnya; melibatkan
pebelajar secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; guru memfasilitasi pebelajar melakukan percobaan di laboratorium,
studio, atau lapangan. Peneliti melihat bahwa dalam fase pertama daur belajar yaitu fase melakukan memiliki kegiatan
141
yang serupa dengan eksplorasi pada kegiatan inti pelaksanaan pembelajaran Pedagogi Kritis.
Sebelum fase melakukan dimulai, pebelajar terlebih dahulu diajak untuk menentukan tema dan lokasi riset. Setelah
tercapai kesepakatan mengenai tema dan lokasi riset, maka fasilitator dan pebelajar bersama-sama datang ke lokasi riset
untuk mendapatkan data guna kepentingan pembelajaran. Fasilitator memastikan pebelajar melakukan kegiatan yang telah
direncanakan di lokasi riset, yaitu melakukan wawancara dengan responden, melakukan dokumentasi, dan mencatat hal-
hal yang penting. Dapat dikatakan bahwa fasilitator memfasilitasi pebelajar untuk berinteraksi dengan lingkungan
dan melibatkan pebelajar secara aktif. Dalam pengamatan yang dilakukan peneliti, fasilitator selalu mendampingi pebelajar
dalam pelaksanaan riset, pebelajar tidak dilepas begitu saja untuk melakukan riset. Bahkan terdapat fasilitator yang
membuka percakapan dengan responden karena pebelajar merasa tidak percaya diri untuk memulai percakapan. Fasilitator
juga membagi pebelajar ke dalam beberapa kelompok dalam melakukan riset. Pebelajar memiliki peran masing-masing dalam
kelompok tersebut. Hal tersebut adalah bentuk fasilitasi yang dilakukan oleh fasilitator dalam rangka membangun interaksi
yang terjadi sesama pebelajar. Dalam jenjang SMP peneliti
142
bahkan melihat fasilitator memfasilitasi pebelajar untuk mengunjungi perpustakaan kota guna menggali minat pebelajar.
Dalam skala yang lebih luas, Sanggar Anak Alam sendiri juga memfasilitasi pebelajar untuk berinteraksi dengan realitas.
Cara yang ditempuh Sanggar Anak Alam adalah dengan membuat kegiatan pasaran dan wiwitan. Seperti yang telah
dijelaskan pada bab mengenai hasil penelitian, pasaran adalah miniatur dari kegiatan jual beli di pasar dan diadakan sebulan
sekali. Sedangkan wiwitan adalah sebuah tradisi yang berupa kegiatan syukuran untuk menyambut musim panen padi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, kegiatan tersebut diadakan oleh Sanggar Anak Alam untuk mendekatkan
pebelajar dengan realitas kehidupan dan melestarikan tradisi yang ada di masyarakat. Dari hal tersebut peneliti melihat bahwa
Sanggar Anak Alam telah memfasilitasi pebelajar untuk melakukan kegiatan eksplorasi yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran Pedagogi Kritis yakni meningkatkan partisipasi dan keaktifan pebelajar dalam pembelajaran sehingga terwujud
manusia yang aktif dan mampu menemukan sendiri pengetahuannya.
b Elaborasi Seperti yang dijelaskan pada bab 2 mengenai kajian
teori, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam elaborasi adalah
143
membiasakan pebelajar membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna; memfasilitasi
pebelajar melalui
tugas, diskusi
dan lain-lain
untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
memberi kesempatan pebelajar untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi pebelajar dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; memfasilitasi pebelajar untuk membuat laporan
eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; memfasilitasi pebelajar untuk
menyajikan hasil
kerja individual
maupun kelompok;
memfasilitasi pebelajar melakukan pameran dari produk yang dihasilkan; memfasilitasi pebelajar melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri. Peneliti melihat aktivitas elaborasi ada di fase
selanjutnya dari model daur belajar, yaitu fase ungkapkan dan analisis. Kedua fase tersebut dilakukan setelah pebelajar
mendapatkan data dari fase melakukan. Berdasarkan hasil penelitian, data-data pribadi yang dimiliki oleh individu
dituliskan di papan tulis untuk dijadikan data bersama yang dimiliki satu kelas. Dari hal tersebut peneliti melihat bahwa
fasilitator berupaya menciptakan kolaborasi antara sesama
144
pebelajar dengan berbagi data di papan tulis, sehingga data yang dimiliki pebelajar akan semakin lebih lengkap.
Setelah data-data terkumpul di papan tulis, fasilitator memberikan tugas-tugas kepada pebelajar berdasarkan tujuan
pembelajaran yang ada pada skema target dasar belajar. Peneliti melihat dari hasil penelitian pada jenjang SMP misalnya,
terdapat tujuan belajar pada skema target dasar belajar yang menyebutkan bahwa “pebelajar mampu mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karya ilmiah sederhana, teks pidato, surat pembaca”. Dari tujuan belajar
tersebut, fasilitator mengajak pebelajar untuk menuliskan karya ilmiah yang berbentuk deskriptif mengenai pasar dan museum
benteng vredeburg. Pada jenjang sekolah dasar kelas 4 terdapat target dasar belajar yang menyebutkan “mampu menulis jurnal
harian, surat, puisi dan naskah”. Dalam memenuhi tujuan tersebut, maka digunakanlah data terkait riset ke pabrik tahu
yang telah dilakukan oleh pebelajar kelas 4 untuk membuat sebuah puisi. Jenjang kelas 3 yang menggunakan rak-rak telur
pada riset telur asin mereka yang digunakan sebagai media untuk belajar perkalian. Hal tersebut merupakan salah satu
bentuk kegiatan elaborasi yaitu memfasilitasi pebelajar dengan memberikan tugas serta membiasakan pebelajar membaca dan
145
menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna.
Mengenai tujuan belajar yang terdapat dalam skema target dasar belajar Sanggar Anak Alam, peneliti melihat bahwa
hal tersebut ditempatkan sebagai fungsi pendokumentasian pe- ngetahuan karena Sanggar Anak Alam percaya bahwa meng-
kaitkan pengalaman dengan tujuan belajar akan menjadikan pembelajaran lebih bermakna.
Peneliti juga melihat kegiatan elaborasi terdapat dalam fase ketiga dari daur belajar Sanggar Anak Alam yaitu fase
analisis. Sanggar Anak Alam mendefinisikan fase analisis adalah kegiatan mengkaji ungkapan pengalaman, baik
pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain, kemudian mengkaitkannya dengan pengalaman-pengalaman yang me-
ngandung ajaran, nilai-nilai atau makna yang serupa. Dalam praktik fase analisis, peneliti seringkali melihat kegiatan yang
dilakukan adalah mendiskusikan kembali hasil riset. Fasilitator selalu mengarahkan pebelajar untuk melakukan kegiatan
diskusi. Pada jenjang SMP misalnya, Riset mengenai pasar dibahas kembali. Semula yang dibahas adalah komponen-
komponen pasar, lalu meluas mengenai perbedaan pasar tradisional dan pasar modern hingga dampak berkembangnya
pasar modern di masyarakat.
146
Begitupula yang peneliti amati pada jenjang sekolah dasar kelas 2. Setelah pebelajar mengukur perkembangan
tumbuhan yang mereka tanam, bu Avin fasilitator kelas 2 memancing dengan pertanyaan-pertanyaan seputar energi
matahari, seperti “kenapa kok tumbuhan kalian bisa bertambah tinggi?”, “kira-kira kalau tidak ada matahari tumbuhan kalian
bisa tambah tinggi nggak?”. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul jawaban yang berbeda-beda dari setiap
pebelajar, lalu bu Avin sebagai fasilitator membantu pebelajar untuk mengerucutkan kesimpulan.
Berdasarkan hasil
penelitian tersebut,
peneliti menyimpulkan bahwa fase analisis memang identik dengan
kegiatan diskusi. Timbulnya diskusi di kelas merupakan tugas fasilitator. Hal tersebut sesuai dengan kegiatan elaborasi pada
kegiatan inti pelaksanaan pembelajaran Pedagogi Kritis. Kegiatan diskusi akan memberi kesempatan pebelajar untuk
berpikir dan menganalisis. Fase keempat dari daur belajar adalah kesimpulan. fase
kesimpulan memiliki kemiripan dengan kegiatan konfirmasi, sehingga peneliti terlebih dahulu peneliti akan membahas
mengenai fase daur belajar yang terakhir yaitu fase tindakan. Sanggar Anak Alam mendefinisikan fase tindakan adalah
memutuskan dan melaksanakan tindakan-tindakan baru yang
147
lebih baik berdasarkan hasil pemahaman atau pengertian baru atas realitas tersebut, sehingga sangat memungkinkan pula untuk
menciptakan realitas-realitas baru yang juga lebih baik. Peneliti melihat bahwa pada fase tindakan, pebelajar
identik dengan membuat suatu produk berdasarkan dari proses daur belajar yang dialaminya. Pada setiap akhir semester,
Sanggar Anak Alam mengadakan pameran produk yang dibuat oleh para pebelajar dan dihadiri oleh orang tua pebelajar.
Dengan diadakannya pameran produk pada setiap akhir semester, peneliti melihat Sanggar Anak Alam mencoba
memfasilitasi pebelajar untuk menampilkan produk yang dimiliki, sekaligus mengapresiasi hasil kerja para pebelajar. Para
orang tua yang menghadiri acara pameran akan menyaksikan hasil belajar para pebelajar di Sanggar Anak Alam. Hal tersebut
sesuai dengan prinsip kegiatan elaborasi yaitu memfasilitasi pebelajar untuk melakukan pameran dari produk yang
dihasilkan, sekaligus menumbuhkan kebanggaan bagi para pebelajar karena hasil kerja para pebelajar yang diapresiasi.
c Konfirmasi Pada
kegiatan konfirmasi,
hal-hal yang
perlu diperhatikan yaitu memberikan umpan balik positif dan
penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan pembelajar; memberikan konfirmasi
148
terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi pebelajar melalui berbagai sumber; memfasilitasi pebelajar melakukan refleksi
untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan, memfasilitasi pebelajar untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar; guru memfasilitasi dengan membantu menyelesaikan masalah; guru memberi acuan
pebelajar dalam pengecekan hasil eksplorasi; membantu pebelajar untuk mendapatkan informasi untuk bereksplorasi
lebih jauh; guru memberikan motivasi kepada pebelajar yang kurang berpartisipasi secara aktif.
Hal pertama yang peneliti temukan dalam pembelajaran Sanggar Anak Alam yang sesuai dengan prinsip konfirmasi
adalah prinsip mengenai memfasilitasi pebelajar untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai
kompetensi dasar. Hal tersebut sudah dapat dilihat sejak awal pembelajaran yang dilakukan oleh Sanggar Anak Alam.
Kegiatan pembelajaran Sanggar Anak Alam selalu dimulai dengan melakukan sesuatu untuk memperoleh pengalaman.
Seperti yang telah diketahui pula bahwa pengalaman tersebut dlakukan untuk mencapai kompetensi yang ada pada skema
target dasar belajar Sanggar Anak Alam. Prinsip kegiatan konfirmasi yang lain peneliti temukan
dalam fase kesimpulan. Fase kesimpulan dilakukan setelah fase
149
analisis selesai dilakukan. Pada fase kesimpulan fasilitator membantu pebelajar untuk mengerucutkan hasil diskusi.
Sesekali untuk mengerucutkan hasil diskusi, fasilitator menyampaikan pandangan-pandangan mengenai tema yang
sedang dibahas. Misalnya saja pada jenjang SMP yang berdiskusi tentang nasionalisme. Pada mula diskusi pebelajar
mengungkapkan gagasan mengenai nasionalisme, lalu ketika mereka berdiskusi dan belum menemukan kesimpulan,
fasilitator memberikan pandangan sendiri tentang nasionalisme. Dari pandangan fasilitator tersebut, akhirnya para pebelajar bisa
menghasilkan kesimpulan. Pada jenjang kelas 4 peneliti juga melihat peran fasilitator dalam mengonfirmasi tugas-tugas yang
dikerjakan pebelajar. Fasilitator yang bernama mbak Vian melakukan koreksi kesalahan pada puisi yang dibuat oleh
pebelajar dan dilakukan pembenaran bersama-sama sehingga pebelajar mengetahui letak-letak kesalahannya. Hal tersebut
sesuai dengan prinsip konfirmasi yang menyebutkan bahwa guru memfasilitasi dengan membantu menyelesaikan masalah dan
guru memberi acuan pebelajar dalam pengecekan hasil eksplorasi.
Peneliti juga menemukan bahwa fasilitator mencoba mengajak pebelajar untuk melakukan pengecekan dengan
menggunakan sumber lain atas hasil belajar yang didapat.
150
Seperti yang peneliti temukan pada jenjang kelas 4 dan jenjang SMP. Fasilitator mengarahkan para pebelajar untuk mencari
informasi lain di internet tentang hal-hal yang telah mereka pelajari. Peneliti melihat hal tersebut sebagai upaya untuk
menambah khasanah pebelajar melalui berbagai sumber. Hal tersebut sesuai dengan prinsip kegiatan konfirmasi yang
menyebutkan bahwa
guru membantu
pebelajar untuk
mendapatkan informasi untuk bereksplorasi lebih jauh. Prinsip kegiatan konfirmasi yang terakhir yaitu guru
memberikan motivasi
kepada pebelajar
yang kurang
berpartisipasi secara aktif juga peneliti temukan dalam kegiatan- kegiatan pembelajaran di Sanggar Anak Alam, yaitu pada
jenjang kelas 1, kelas 4 dan SMP. Pada jenjang kelas 1, fasilitator bernama bu Wiwin memberikan motivasi kepada para
pebelajar yang tampak kurang berpartisipasi aktif dengan mengajak seluruh pebelajar melakukan ice breaking. Fasilitator
mbak Vian juga melakukan hal yang serupa ketika melihat beberapa pebelajar kelas 4 tampak kurang antusias dalam
belajar. Cara lain dilakukan oleh fasilitator jenjang SMP untuk memotivasi pebelajar dalam belajar. Peneliti melihat pada suatu
waktu terdapat salah satu pebelajar jenjang SMP yang bernama tanya dan vena kehilangan semangat dalam kegiatan menulis
cerita mengenai kunjungan museum yang telah dilakukan.
151
Fasilitator bernama mbak Indah memotivasi Tanya dan vena dengan membujuk dan memberi semangat. Akhirnya kedua
pebelajar tersebut mau untuk menuliskan cerita.
3 Kegiatan penutup Pada kegiatan penutup hal-hal yang harus diperhatikan
adalah guru bersama-sama dengan pebelajar untuk membuat rangkuman atau kesimpulan; melakukan refleksi terhadap kegiatan
yang telah dilaksanakan; guru memberikan umpan balik terhadap proses yang telah dilakukan.
Peneliti melihat kegiatan penutup memiliki ciri-ciri yang sama dengan kegiatan konfirmasi karena keduanya menekankan
pada kesimpulan dan refleksi yang dilakukan bersama-sama oleh guru dan pebelajar. Seperti yang telah peneliti paparkan pada
pembahasan mengenai konfirmasi, bahwa setelah fase analisis dilakukan, fasilitator dan pebelajar masuk ke fase kesimpulan.
Pada fase kesimpulan fasilitator dan pebelajar bersama-sama mengerucutkan analisis mereka menjadi suatu kesimpulan. Namun
setelah fase kesimpulan dilakukan, fasilitator dan pebelajar masuk ke fase daur belajar yang terakhir yaitu fase tindakan yang identik
dengan pembuatan produk. Sehingga peneliti melihat bahwa kesimpulan yang dimaksud dalam kegiatan konfirmasi dengan
kesimpulan pada kegiatan penutup merupakan sesuatu yang
152
berbeda. Peneliti melihat bahwa kesimpulan pada kegiatan konfirmasi adalah kesimpulan untuk yang dilakukan pada topik
atau tema tertentu. Sedangkan kesimpulan dan refleksi pada kegiatan penutup adalah kesimpulan dan refleksi yang dilakukan
untuk menutup kegiatan pembelajaran. Kegiatan kesimpulan dan refleksi sebagai kegiatan penutup
peneliti temukan pada kegiatan pembelajaran Sanggar Anak Alam. Kegiatan kesimpulan dan refleksi dilakukan menjelang waktu
pulang sekolah. Pada kegiatan tersebut, fasilitator mengajak pebelajar untuk mengungkapkan kembali hal-hal apa saja yang
dipelajari pada hari itu. Masing-masing pebelajar mengungkapkan tentang pelajaran yang mereka dapatkan hari itu, sedangkan
fasilitator berusaha mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menjadi refleksi untuk hari itu.
Pemaparan mengenai kegiatan inti pembelajaran di Sanggar Anak Alam memperlihatkan bahwa selama kegiatan tersebut unsur
yang paling utama adalah pemanfaatan alam atau realitas sebagai sumber belajar utama. Upaya Sanggar Anak Alam dalam
memanfaatkan alam atau realitas sebagai sumber belajar senada dengan pemikiran tokoh Pedagogi Kritis Paulo Freire. Freire
menyebutkan bahwa menjadi manusia berarti menjalin hubungan dengan manusia dan dengan dunia, menjadi manusia adalah
mengalami dunia sebagai realitas objektif yang tidak tergantung
153
kepada siapapun dan dapat dimengerti Paulo Freire, 1984:3. Dalam kegiatan pembelajaran di Sanggar Anak Alam yang
menghadapkan pebelajar dengan realitas sesungguhnya telah membantu pebelajar untuk berproses menjadi manusia.
c. Penilaian hasil pembelajaran