Perencanaan pembelajaran Proses Pembelajaran Sanggar Anak Alam Yogyakarta dari Perspektif Pedagogi Kritis

132 meninjau kurikulum nasional. Dalam perencanaan pembelajaran Sanggar Anak Alam, dibuat sebuah skema target dasar belajar yang mengambil standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk dijadikan tujuan belajar.

2. Proses Pembelajaran Sanggar Anak Alam Yogyakarta dari Perspektif Pedagogi Kritis

Pada Bab II mengenai kajian teori telah disebutkan tahap-tahap pembelajaran Pedagogi Kritis. Tahap-tahap tersebut merupakan serangkaian proses yang dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. Pemaparan kajian teori di dalam Bab II mengenai tahap-tahap pembelajaran telah disesuaikan dengan perspektif Pedagogi Kritis, sehingga dari kajian teori tersebut dapat dilihat tentang proses pembelajaran di Sanggar Anak Alam dari perspektif Pedagogi Kritis.

a. Perencanaan pembelajaran

Pada bab II mengenai kajian teori telah dijelaskan mengenai perencanaan pembelajaran dalam perspektif Pedagogi Kritis. Dalam perencanaan pembelajaran tersebut dijelaskan bahwa perlunya penggunaan silabus dan RPP untuk memandu kegiatan pembelajaran. Di dalam RPP dan silabus terdapat identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. Perencanaan pembelajaran dalam Pedagogi Kritis memang perlu memperhatikan hal-hal di atas, namun perlu diperhatikan bahwa 133 perencanaan yang dibuat tidak terlalu kaku seperti dalam pembelajaran konvensional dan dilakukan bersama-sama antara guru dan pebelajar dengan dialog. Hal tersebut perlu dilakukan karena Pedagogi Kritis menjunjung terciptanya ruang demokratis. Peneliti melihat perencanaan pembelajaran di Sanggar Anak Alam dilakukan setiap akan memasuki semester baru dalam acara workshop fasilitator. Yang dihasilkan dari workshop fasilitator Sanggar Anak Alam adalah sebuah skema yang dinamakan skema target dasar belajar. Skema target dasar belajar adalah sebuah panduan bagi fasilitator dan pebelajar dalam melaksanakan pembelajaran. Peneliti melihat skema target dasar belajar memiliki fungsi yang sama seperti RPP pada sekolah formal. Dalam skema target belajar tersebut terdapat beberapa komponen yang ada dalam RPP, yaitu: identitas kelas, tujuan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi yang ditulis sebagai konteks yang akan dicapai. Tidak seluruh aspek dalam RPP ada dalam skema target dasar belajar Sanggar Anak Alam, karena peneliti melihat bahwa Sanggar Anak Alam tidak mengklasifikasikan pembelajaran ke dalam mata pelajaran-mata pelajaran tertentu seperti pada sekolah formal. Perbedaan tersebut bukan berarti Sanggar Anak Alam sepenuhnya berbeda dengan sekolah formal. Tujuan pembelajaran yang ada pada skema target dasar belajar Sanggar Anak Alam diambil dari standar kompetensi yang ada pada kurikulum nasional sesuai 134 dengan jenjang masing-masing. Standar kompetensi yang diambil sebagai tujuan pembelajaran berasal dari pelajaran matematika dan bahasa Indonesia. Sanggar Anak Alam menempatkan matematika sebagai tujuan berhitung dan bahasa Indonesia sebagai tujuan membaca. Tujuan berhitung dan tujuan membaca tersebut ditempatkan sebagai fungsi dokumentasi bagi pengalaman-pengalaman yang dialami oleh pebelajar. Sanggar Anak Alam mengedepankan pengalaman atau realitas kehidupan sebagai unsur pokok dalam pembelajaran, sehingga yang tercantum dalam skema target dasar belajar adalah hal yang berkaitan dengan pengalaman yang dialami pebelajar. Dalam skema target dasar belajar ditekankan mengenai empat perspektif kehidupan yaitu pangan, kesehatan, lingkungan, dan sosial budaya. Keempat perspektif tersebut menjadi dasar bagi Sanggar Anak Alam untuk menetapkan konteks. Konteks yang dimaksud dalam hal ini memiliki kesamaan dengan indikator pencapaian kompetensi yang terdapat pada RPP kurikulum nasional, karena terdapat perilaku yang dapat diukur dan di observasi. Konteks yang ada pada target dasar belajar akan menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan tema riset. Skema target dasar belajar yang telah selesai dibuat dalam workshop fasilitator Sanggar Anak Alam akan dipaparkan ke pebelajar sebagai bahan diskusi antara fasilitator dan pebelajar. Diskusi antara fasilitator dan pebelajar tersebut dilaksanakan pada hari-hari pertama 135 persekolahan. Dalam diskusi tersebut fasilitator mula-mula menyampaikan tentang tujuan dan konteks yang ada dalam skema target dasar belajar dan dilanjutkan dengan menentukan riset yang akan dilakukan oleh pebelajar dan fasilitator guna mencapai tujuan dan konteks yang ada di skema target dasar belajar. Peneliti juga melihat bahwa pebelajar diperbolehkan untuk memberi masukan terkait konteks dan tujuan yang ada pada skema target dasar belajar, bahkan pebelajar dipersilahkan untuk memilih tema dan lokasi riset yang sesuai dengan konteks dan tujuan yang akan dicapai. Fasilitator bertugas untuk memfasilitasi para pebelajar untuk menyampaikan gagasan dan berdiskusi hingga tercapai kesepakatan yang diterima semua pihak. Peneliti juga menemukan fakta mengenai dibuatnya kesepakatan kelas berisi aturan-aturan dalam pelaksanaan pembelajaran yang dibuat pada awal semester. Pembuatan kesepakatan kelas tersebut dilakukan bersama-sama dengan menampung ide para pebelajar untuk menentukan hal yang diperbolehkan dan dilarang dilakukan selama pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan pemaparan di atas peneliti melihat dalam perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh Sanggar Anak Alam telah sesuai dengan perencanaan pembelajaran dalam perspektif Pedagogi Kritis. Hal tersebut dikarenakan Sanggar Anak Alam memiliki skema target dasar belajar yang memiliki fungsi yang sama dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP. Walaupun tidak 136 semua unsur yang ada dalam RPP terdapat dalam skema target dasar belajar Sanggar Anak Alam, namun keduanya berfungsi untuk memandu kegiatan pembelajaran. Prinsip pembelajaran dalam perspektif Pedagogi Kritis juga tampak dari keterlibatan pebelajar dalam perencanaan pembelajaran di Sanggar Anak Alam dengan mengajak pebelajar untuk aktif dalam menyumbangkan ide tentang perencanaan pembelajaran dan pembuatan kesepakatan kelas. Pebelajar ditempatkan sebagai pribadi aktif yang mampu menentukan dan bertanggung jawab atas pilihannnya. Hal tersebut juga tidak terlepas dari peran fasilitator Sanggar Anak Alam yang mengedepankan kesepakatan bersama dengan pebelajar, sehingga komunikasi yang terbangun adalah komunikasi dua arah. Sanggar Anak Alam yang dalam perencanaan pembelajaran menekanan mengenai empat perspektif kehidupan menunjukkan bahwa terdapat upaya-upaya pengenalan realitas di dalam pembelajaran yang dilakukan.

b. Pelaksanaan Pembelajaran