Kedudukan penelitian dalam perspektif Teknologi Pendidikan

59

c. Penilaian hasil pembelajaran

Penilaian pembelajaran dilakukan untuk mengukur kompetensi yang telah didapatkan oleh pebelajar. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematis, dan terprogram dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek atau produk, portofolio, serta penilaian diri. Rusman, 2011:13. Apapun bentuk penilaian yang akan digunakan, dalam pandangan Pedagogi Kritis hal tersebut harus berdasarkan kesepakatan antara guru dan pebelajar. Dengan terjadinya sebuah kesepakatan, maka pebelajar dapat bertanggungjawab terhadap bentuk penilaian yang dipilih.

D. Kedudukan penelitian dalam perspektif Teknologi Pendidikan

Teknologi Pendidikan merupakan keilmuan yang senantiasa berkembang mengikuti perubahan zaman dan meliputi berbagai permasalahan- permasalahan pendidikan yang ada di dalamnya. Perkembangan keilmuan Teknologi Pendidikan tidak terlepas dari upaya-upaya perbaikan yang dilakukan melalui kajian-kajian teori dan kegiatan penelitian. Pengembangan bidang garapan dilakukan melalui kajian teori serta penelitian, teori yang ada digunakan untuk memandu para praktisi apa yang harus mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan klien, selanjutnya hasil dari lapangan diuji keilmiahannya agar menjadi masukan bagi perkembangan keilmuan Teknologi Pendidikan Dewi Salma Prawiradilaga, 2012:30. Upaya tersebut tidak lain 60 adalah agar keilmuan Teknologi Pendidikan menjadi lebih kukuh dan dinamis sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan dari pendidikan itu sendiri. Berkembangnya keilmuan Teknologi Pendidikan, baik itu secara teori maupun praktik, tidak terlepas dari perkembangan keilmuan-keilmuan yang lain. Seperti disebutkan dalam Yusuf Hadi Miarso, 2009:121 bahwa Teknologi Pendidikan merupakan bidang garapan yang tidak digarap oleh bidang atau disiplin ilmu lain, Penggarapannya ditopang oleh sejumlah teori, model, konsep, dan prinsip dari bidang dan disiplin ilmu lain seperti ilmu perilaku, ilmu komunikasi, ilmu kerekayasaan, teorikonsep sistem, dan lain- lain yang tidak dapat diperinci satu per satu, penggarapan itu dilakukan dengan sistematik dan sistemik. Hal tersebut justru merupakan keunikan dari keilmuan Teknologi Pendidikan. Teknologi Pendidikan berusaha untuk mensinergiskan berbagai hal-hal terkait, yang sebelumnya merupakan bagian-bagian yang terpisahparsial, untuk digunakan dalam kepentingan pendidikan. Termasuk dalam hal ini adalah konsep Pedagogi Kritis yang merupakan pendekatan mengajar yang berupaya untuk menumbuhkan kesadaran kritis. Kedudukan penelitian yang dilakukan dalam bidang keilmuan Teknologi Pendidikan, perlu disesuaikan dengan definisi Teknologi Pendidikan itu sendiri. Definisi Teknologi Pendidikan menurut AECT Association for Educational Communication and technology tahun 2004 yaitu: “Educational Technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating, using, and managin appropriate technological processes and recourcess” Januszewski Molenda, 2008:1. 61 Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa salah satu yang membuat keilmuan Teknologi Pendidikan exist dan berkembang adalah aktif dalam melakukan penelitian-penelitian yang dimaksudkan untuk memperkaya dan mengkukuhkan Teknologi Pendidikan sebagai keilmuan. Kata Study atau kajian dalam definisi Teknologi Pendidikan menurut AECT tahun 2004 merupakan representasi atas komitmen Teknologi Pendidikan dalam menempatkan penelitian sebagai upaya mengembangkan keilmuan Teknologi Pendidikan. Istilah study atau kajian dimunculkan sebenarnya melanjutkan tugas dan fungsi seorang Teknologi Pendidikanpembelajaran untuk melanjutkan apa yang sudah dilakukan dalam kerangka definisi tahun 1994, yaitu pelaksanaan penelitian dalam Teknologi Pendidikanpembelajaran Dewi Salma Prawiradilaga, 2012:57. Adapun kegiatan kajianpenelitian merupakan sesuatu yang lingkupnya luas dan tidak terbatas oleh hal-hal yang bersifat teknis. Kajian, seperti yang diuraikan oleh Molenda, dipersepsikan sebagai sesuatu yang lebih dari penelitian yang biasa dilakukan, yang tidak terbatas dari metode, hipotesis, atau pengolahan data, bagi Molenda, kajian, “...is intended to include quantitativee and qualitative research as well as others forms of discipline inquiry, theorizing, philosophical analysis, historical investigations, development projects, fault analysis, system analysis, and evaluation” Dewi Salma Prawiradilaga, 2010:57. Dari argumen yang dikemukakan di atas oleh Molenda tentang kajianpenelitian dalam ranah Teknologi Pendidikan, maka dapat diketahui bahwa banyak aspek yang ingin disentuh Teknologi Pendidikan melalui kegiatan penelitian. Aspek-aspek yang disebutkan Molenda seperti; theorizing, philosophical analysis, historical investigations, development projects, fault 62 analysis, system analysis, and evaluation- adalah sesuatu yang konstruktif bagi keilmuan Teknologi Pendidikan. Selain makna study dalam definisi Teknologi Pendidikan tahun 2004, terdapat kata learning dalam definisi Teknologi Pendidikan tahun 2004. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, kata Learning berarti Belajar. Dalam kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, “proses pembelajaran” merupakan aspek yang menjadi titik perhatian. Kata “pembelajaran” memiliki kata dasar “belajar” yang diterjemahkan dalam Dewi Salma Prawiradilaga, 2012:58 dari definisi Teknologi Pendidikan tahun 2004 adalah bukan hanya menghafal, mengingat, tetapi belajar yang dimaksud adalah bagaimana seseorang mampu mengembangkan diri berdasarkan persepsinya terhadap yang dipelajari, lingkungan dan masyarakat di mana seseorang berada, mewujudkan impiannya, dan sebagainya. Dengan terteranya kata “Learning” dalam definisi Teknologi Pendidikan tahun 2004, maka semakin jelas bahwa “Belajar” merupakan diskursus utama dari keilmuan Teknologi Pendidikan. Oleh sebab itu, peneliti yang merupakan teknolog pendidikan, akan melakukan penelitian terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh Sanggar Anak Alam dengan menggunakan perspektif Pedagogi Kritis. Pedagogi Kritis sendiri bukan merupakan hal yang asing bagi keilmuan Teknologi Pendidikan. Beberapa ahli Teknologi Pendidikan juga menulis karya nya dengan menggunakan pendekatan kritis, salah satu nya adalah Hlyna dan Belland 1991 berjudul Paradigm Regained: The Uses of Illuminate, semiotic, and post-modern Criticism as Modes of Inquiry in Educational Technology. 63 Pedagogi Kritis merupakan pendekatan yang melihat kondisi sosio kultur dan realitas kontekstual sebagai faktor utama yang berpengaruh terhadap pendidikan. Sebagai suatu keilmuan yang dinamis dan berkembang secara terus menerus, Teknologi Pendidikan akan memerlukan Pedagogi Kritis sebagai teori yang menyokongnya dalam melihat kondisi sosio kultur dan realitas kontekstual. Seperti yang disebutkan oleh Subkhan dalam Tilaar 2011:137 dalam esai yang berjudul “Pedagogik Kritis dalam Teknologi Pendidikan” menyebutkan bahwa sebuah kajian Teknologi Pendidikan tidak dapat melepaskan dirinya dari konteks sosiokultural dan implementasi Teknologi Pendidikan juga harus berangkat dari realitas kontekstual tersebut. 64

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu Sugiyono, 2013:3. pendekatan penelitian secara umum juga dibedakan menjadi dua, yaitu pendekatan penelitian kuantitatif dan pendekatan penelitian kualitatif. Adapun pengertian dari masing-masing metode penelitian tersebut seperti yang dinyatakan oleh Soedarsono dalam Sutrisno Hadi 1988:4 yaitu: metode penelitian kualitatif adalah informasi atau data yang dikumpulkan tidak berwujud angka dan analisisnya berdasarkan prinsip logika, sedangkan metode penelitian kuantitatif adalah semua informasi atau data yang diwujudkan dalam bentuk kuantitatif atau angka dan analisisnya berdasarkan angka tersebut dengan menggunakan analisis statistik. Tatang M Amirin 1986 :108-119 juga menggolongkan penelitian menurut taraf pemberian Informasi, yaitu: penelitian deskriptif, penelitian asosiasi, dan penelitian kausal. Dalam penelitian ini, penulis berupaya untuk mendeskripsikan proses pembelajaran yang dilangsungkan oleh Sanggar Anak Alam dengan menggunakan perspektif Pedagogi Kritis. Penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus, karena data-data yang akan diperoleh penulis tidak berwujud angka dan mengamati gejala dengan apa adanya. Lalu jika dilihat dari jenis menurut tahap pemberian informasi seperti yang digolongkan oleh Tatang M Amirin 1986:108-119, maka penelitian ini