Model-model pembelajaran berbasis konstruktivistik

42

5. Model-model pembelajaran berbasis konstruktivistik

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pembelajaran Pedagogi Kritis berpijak pada teori belajar konstruktivistik. Karakteristik pembelajaran yang ada dalam Pedagogi Kritis juga tidak berbeda dari konstruktivistik yang menekankan pada keaktifan pebelajar dan memandang pembelajaran sebagai suatu hal yang tidak kaku. Beberapa model pembelajaran berbasis konstruktivistik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Pedagogi Kritis antara lain: a. Model pembelajaran kontekstual Nurhadi dalam Rusman, 2011:189 mengungkapkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata pebelajar dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Model pembelajaran kontekstual menekankan terciptanya hubungan antara hal-hal yang dipelajari pebelajar bersama guru dengan kehidupan pebelajar sehari-hari agar tercipta makna dan kesadaran kritis dari pebelajar terhadap kondisi realitas. Teori belajar konstruktivistik tampak sangat mempengaruhi model pembelajaran kontekstual, karena dalam model ini hubungan antara guru dan pebelajar tidak lagi sebagai transformasi pengetahuan, namun sebagai kegiatan fasilitasi belajar oleh guru terhadap pebelajar. 43 Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model yang memberikan fasilitas kegiatan belajar pebelajar untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang bersifat lebih konkret terkait dengan kehidupan nyata melalui keterlibatan aktivitas pebelajar dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri, sehingga pembelajaran tidak sekedar berorientasi pada produk atau hasil namun sebagai sebuah proses Rusman, 2011:190. Adapun skenario pembelajaran kontekstual yang disebutkan oleh Rusman 2011:199 adalah sebagai berikut : 1 Mengembangkan pemikiran pebelajar untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna apakah dengan cara sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus dimiliki. Guru harus membimbing pebelajar untuk menempuh hal-hal yang disebutkan di atas. 2 Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan. 3 Mengembangkan sifat ingin tahu pebelajar dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan. 4 Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok, berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya. 5 Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media sebenarnya. 44 6 Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. 7 Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap pebelajar. b. Model pembelajaran berbasis masalahproblem based instruction. Dalam sub bab mengenai pembelajaran versi Pedagogi Kritis telah dijelaskan bahwa Paulo Freire yang merupakan tokoh Pedagogi Kritis telah mempromosikan bentuk pembelajaran yang lebih demokratis dan dilandasi atas realitas, yaitu problem posing atau yang lebih familiar disebut dengan problem based instruction. Bern dan Erickson dalam Kokom Komalasari 2010:59 menyebutkan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang melibatkan pebelajar dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Pembelajaran berbasis masalah mengajak pebelajar untuk aktif berhadapan dengan masalah dan menggunakan berbagai disiplin ilmu dalam melihat masalah yang ada. Dalam pembelajaran berbasis masalah terdapat langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru dan pebelajar. Menurut Kokom Komalasari 2010:59 langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut: 45 1 Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dIbutuhkan. Guru memotivasi pebelajar untuk terlibat akivitas pemecahan masalah yang dipilih. 2 Guru membantu pebelajar mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut menetapkan topik, tugas, jadwal, dll 3 Guru mendorong pebelajar untuk mengumpulkan informasi yang sesuai eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah. 4 Guru membantu pebelajar dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya. 5 Guru membantu pebelajar untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. c. Model pembelajaran kooperatif Tom V. Savage dalam Rusman 2011:203 menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar yang dilakukan oleh pebelajar dengan menekankan kerjasama dalam kelompok. Kegiatan pembelajaran dengan model kooperatif membagi pebelajar ke dalam beberapa kelompok dan menuntut tanggung jawab pebelajar sebagai pribadi dan sebagai anggota kelompok. Hal tersebut didukung oleh Slavin dalam Kokom Komalasari 2010:62 yang menyebutkan 46 bahwa keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individu maupun secara kelompok. Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Rusman 2011:211 adalah sebagai berikut : Tabel. 1 langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran kooperatif Tahap Tingkah laku guru Tahap 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi pembelajar Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan elajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi pebelajar belajar Tahap 2 Menyajikan Informasi Guru menyajikan informasi atau materi kepada pebelajar dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan Tahap 3 Mengorganisasikan pebelajar ke dalam kelompok-kelompok belajar Guru menjelaskan kepada pebelajar bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien Tahap 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar ada saat mereka mengerjakan tugas mereka Tahap 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Tahap 6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. d. Model pembelajaran Inquiry Pembelajaran Pedagogi Kritis sangat menekankan pada proses penemuan pengetahuan sendiri oleh pebelajar. Telah disebutkan dalam sub bab mengenai pembelajaran versi Pedagogi Kritis bahwa belajar yang baik menurut salah satu tokoh pendidikan progresif John Dewey adalah dengan menggunakan cara-cara seperti ilmuan atau eksperimen. Cara-cara seperti ilmuwan yang dimaksud adalah dengan 47 learning by doing atau belajar sambil melakukan. Model pembelajaran yang menggunakan konsep learning by doing adalah model pembelajaran inquiry. Menurut piaget mulyasa, 2008:108 bahwa model pembelajaran inquiry adalah model pembelajaran yang mem-persiapkan pebelajar pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan pebelajar lain. Dengan kata lain, pebelajar akan diajak melakukan pengalaman nyata untuk berhadapan dengan masalah agar mampu menemukan solusi dari proses yang telah dijalani sebagai seorang subjek yang mencari ilmu pengetahuan. Alam adalah sumber belajar dari model pembelajaran inquiry, karena aktivitas yang dijalani berpusat pada pencarian pengetehuan atau eksperimen. Manfaat dari model pembelajaran inquiry adalah pebelajar mampu kemampuan berfikir secara sistematis, logis dan kritis, sehingga pebelajar akan terbiasa melihat realitas sebagai suatu hal yang utuh dan saling berhubungan. Dengan demikian, dalam pembelajaran inquiry pebelajar tak hanya di tuntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang di milikinya secara optimal Sanjaya, 2006:195. 48 Menurut Sanjaya 2006:202 langkah-langkah model pembelajaran inquiry ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1 Orientasi Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsive. Langkah ini guru mengondisikan pebelajar siap melaksanakan proses pembelajaran. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap ini adalah: a menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh pebelajar, b menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh pebelajar untuk mencapai tujuan. 2 Merumuskan masalah Merumuskan masalah adalah langkah membawa pebelajar kepada persoalan yang mengadung teka teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang pebelajar untuk berpikir memecahkan teka teki itu. 3 Merumuskan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. 49 4 Mengumpulkan data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dIbutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. 5 Menguji hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. 6 Merumuskan kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temu- an yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

6. Tahap-tahap pembelajaran dalam Pedagogi Kritis