Teori belajar yang menjadi pijakan Pedagogi Kritis

33 Pembelajaran, 2011:152. Materi merupakan sesuatu yang di produksi dan diolah di dalam proses pembelajaran. e. Media Yusuf Hadi Miarso 2009:458 mengatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali. Dapat dikatakan bahwa media adalah hal yang mendukung terjadinya proses pembelajaran yang lebih kreatif dan menyenangkan, serta dapat memberikan rangsangan-rangsangan untuk berpikir lebih aktif. f. Lingkungan Adalah tempat di mana proses belajar mengajar berlangsung, yaitu meliputi keadaan, kondisi, dan berbagai macam perlengkapan yang tersedia Yusuf Hadi Miarso, 2009:534. Lingkungan yang mampu menunjang proses pembelajaran dengan baik, akan menghasilkan hasil yang baik pula.

3. Teori belajar yang menjadi pijakan Pedagogi Kritis

Seperti telah diketahui bahwa Pedagogi Kritis adalah sebuah konsep pedagogi yang bertransformasi untuk menghadapi tantangan sosial, politik, dan historis. Tujuan utama Pedagogi Kritis adalah menumbuhkan kesadaran kritis pebelajar terhadap kondisi sosial yang menindas. Untuk 34 mewujudkan kesadaran kritis tersebut, Pedagogi Kritis mengubah pandangan tentang kegiatan pembelajaran yang konvensional. Pedagogi Kritis menolak pembelajaran konvensional yang mengedepankan guru sebagai sumber ilmu utama. Dalam pembelajaran konvensional, guru melakukan transfer ilmu kepada pebelajar dan menganggap pebelajar adalah objek-objek yang tidak mengerti apa-apa sehingga perlu diberi materi-materi pelajaran. Dalam istilah Pedagogi Kritis, pembelajaran yang menempatkan guru sebagai sumber ilmu utama disebut dengan pembelajaran gaya bankteacher talk. Paulo Freire 1985:51-52 menyebutkan ciri-ciri pembelajaran gaya bankteacher talk adalah sebagai berikut: a guru mengajar dan pebelajar diajar, b guru mengetahui segala sesuatu dan pebelajar tidak tahu apa-apa, c guru berfikir dan pebelajar difikirkan, d guru bercerita dan pebelajar mendengarkan, e guru menentukan peraturan dan pebelajar diatur, f guru memilih serta memaksakan pilihan dan pebelajar menyetujui, g guru berbuat dan pebelajar membayangkan dirinya berbuat melalui perbuatan guru, h guru memilih bahan serta isi pelajaran dan pebelajar tanpa diminta pendapat diminta untuk menyesuaikan diri dengan pelajaran itu, i guru mencampuradukkan kewenangan ilmu pengetahuan dan kewenangan jabatan, yang guru lakukan untuk menghalangi kebebasan pebelajar, j guru adalah subjek dalam belajar dan pebelajar adalah objek belaka. Pembelajaran gaya bank membuat pebelajar tidak mampu mengembangkan kesadaran kritis, menghilangkan daya kreatif pebelajar, 35 dan menimbulkan kemandegan ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, pendekatan yang dipakai dalam pembelajaran konvensional adalah pendekatan teacher centered. Pembelajaran gaya bank merupakan salah satu perwujudan dari teori belajar pembelajaran behavioristik. Behavioristik menekankan pemberian stimulus yang diberikan oleh guru dan respon yang dihasilkan oleh pebelajar. Dalam pandangan ini, belajar merupakan perubahan tingkah laku yang disebabkan interaksi antara stimulus dan respon. Walaupun dari para ahli koneksionis terdapat beberapa perbedaan, namun mereka bersepakat untuk memandang persoalan pembelajaran sebagai persoalan hubungan antara stimuli dan respon Hill Winfred, 2012:32. Stimulus merupakan masukan atau input, sedangkan respon merupakan keluaran atau output. Teori behavioristik cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif, pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan pebelajar untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi Asri Budiningsih, 2008:25-26. Behavioristik cenderung mementingkan hasil daripada proses. Hasil yang didapatkan pebelajar harus sesuai dengan apa yang diberikan oleh guru. Pandangan pembelajaran Pedagogi Kritis memiliki bentuk-bentuk yang sama seperti teori belajar pembelajaran konstruktivistik. Kedua pandangan tersebut sama-sama menolak pembelajaran behavioristik yang 36 mengedepankan hubungan searah dari guru kepada pebelajar, menolak belajar berdasarkan pada faktakonsepkaidah yang kaku untuk dihafalkan, dan menolak belajar yang berisi materi-materi dari guru berupa fakta-fakta yang lepas dari pengalaman pebelajar. Pembelajaran Pedagogi Kritis dan konstruktivistik sama-sama menekankan pada keaktifan pebelajar. Konstruktivistik menawarkan kegiatan yang bermakna bagi pebelajar. Adapun ciri-ciri pembelajaran konstruktivistik yang dikemukakan oleh Baharuddin Wahyuni 2009:109 adalah sebagai berikut: a memberi peluang kepada pebelajar untuk membina pengetahuan baru melalui keterlibatan dalam dunia yang sebenarnya, b mendorong ide-ide pebelajar sebagai panduan merancang pengetahuan, c mendukung pembelajaran secara kooperatif, d mendorong dan menerima usaha dan hasil yang diperoleh pebelajar, e mendorong pebelajar untuk mau bertanya dan berdialog dengan guru, f menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran, g mendorong proses inkuiri pebelajar melalui kajian dan eksperimen. Disebutkan pula oleh Asri budiningsih 2008:65 bahwa pembelajaran konstruktivistik memiliki karakteristik yang membebaskan pebelajar dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas yang sudah ditetapkan, menempatkan pebelajar sebagai kekuatan timbulnya interes untuk membuat hubungan diantara ide dan gagasan pebelajar itu sendiri lalu memformulasikan kembali ide-ide tersebut dan membuat kesimpulan, dan memahami bersama-sama bahwa proses belajar serta penilaian merupakan 37 suatu usaha yang kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak mudah dikelola. Pembelajaran Pedagogi Kritis dan konstruktivistik menggunakan pendekatan student centered.

4. Karakteristik pembelajaran dari perspektif Pedagogi Kritis