37
suatu  usaha  yang  kompleks,  sukar  dipahami,  tidak  teratur,  dan  tidak mudah  dikelola. Pembelajaran  Pedagogi  Kritis dan  konstruktivistik
menggunakan pendekatan student centered.
4. Karakteristik pembelajaran dari perspektif Pedagogi Kritis
Dalam  sub  bab sebelumnya  telah  diketahui  bahwa  di  dalam pembelajaran  terdapat  komponen-komponen  yang  bekerja  sebagai  suatu
sistem yang saling terintegrasi satu dengan yang lain. Setiap pembelajaran yang  dilakukan  memiliki  karakteristik  komponen  pembelajaran  yang
berbeda. Pedagogi  Kritis sebagai  suatu  pembelajaran yang  menggunakan
pendekatan student
centered memiliki
karakteristik komponen
pembelajaran  yang  berbeda dari  karakteristik pembelajaran konvensional. Adapun karakteristik komponen pada pembelajaran Pedagogi Kritis adalah
sebagai berikut : a. Tujuan Pembelajaran
Pedagogi  Kritis memiliki  tujuan-tujuan  pembelajaran  yang  ingin dicapai. Adapun tujuan pembelajaran Pedagogi Kritis adalah :
1 Meningkatkan  partisipasi  dan  keaktifan  pebelajar  dalam pembelajaran  sehingga  terwujud  manusia  yang  aktif  dan  mampu
menemukan sendiri pengetahuannya. 2 Pedagogi Kritis dibangun atas dasar critical thinking untuk selalu
mempertanyakan dan mengkritisi Rakhmat hidayat, 2013:7.
38
3 Membawa  pebelajar  beralih  dari kesadaran  semi-intransitif menjadi  transitif-kritis  berdasarkan  tipologi  kesadaran  Paulo
Freire. 4 Winter  dalam  Rakhmat  Hidayat  2013:7  menyebutkan  bahwa
Pedagogi  Kritis merupakan  proyek  politik  yang  mencoba mengubah  struktur  kekuasaan  dari  kehidupan  sehari-hari  ,  di
lembaga-lembaga budaya seperti pendidikan dan media. 5 Tujuan  akhir  Pedagogi  Kritis
adalah  melahirkan  praksis pendidikan  yang  egaliter,  humanis,  demokratis  berbasiskan
critical  thinking di  kalangan  pebelajar.  Pedagogi  Kritis juga merupakan  gerakan  sosial  yang  ingin  membongkar  praktik
pendidikan  yang  membelenggu  dan dilakukan  di  kalangan  status quo Rakhmat Hidayat, 2013:8.
Tujuan  pembelajaran  merupakan  hal  mendasar  yang  di  dalamnya dapat  diketahui  sebab-sebab  diselenggarakan  kegiatan  pembelajaran.
Dari  kelima  tujuan  di  atas dapat  disimpulkan  bahwa  Pedagogi  Kritis memiliki  tujuan  untuk  memberdayakan  pebelajar  agar terlibat  aktif
dan  partisipatif  dengan  praktik  pendidikan  yang  egaliter,  humanis, demokratis dan membawa pebelajar memperoleh kesadaran kritis.
b. Pebelajar Pebelajar  merupakan    alasan  utama  kegiatan  pembelajaran
diselenggarakan.  Pebelajar  sebagai  pihak  yang  berkepentingan  di dalam  proses  belajar  mengajar,  sebab  tujuan  yang  harus  dicapai
39
semata-mata  untuk  pebelajar, sehingga  lebih  bijaksana  jika  dalam faktor  belajar  mengajar  didasarkan  atas  faktor  pebelajar  Tim
Pengembang MKDP Kurikulum  Pembelajaran, 2011:156. Pada  Sub  bab mengenai  teori  belajar  yang  menjadi  pijakan
Pedagogi  Kritis telah  disebutkan  bahwa  Pedagogi  Kritis memiliki tipikal  pembelajaran  yang  sama  dengan  konstruktivistik,  yaitu
menolak  peran  pasif  dari  pebelajar  dan  dominasi  guru  dalam pembelajaran.  Pembelajaran  Pedagogi  Kritis mengajak  pebelajar
untuk berperan aktif dalam pencarian ilmu pengetahuan. Dalam sub bab mengenai pembelajaran versi Pedagogi Kritis telah
disebutkan  beberapa  peran  aktif  pebelajar  dalam  pembelajaran Pedagogi  Kritis.  Bentuk  peran  aktif  pebelajar  misalnya  tampak  pada
aktivitas  yang  pernah  dilakukan  Ira  Shor  yang  merupakan  tokoh Pedagogi  Kritis.  Ira  Shor  membantu  kelas  dengan  mempersilahkan
pebelajar  untuk  menentukan  kelas  dengan  aturan  mereka,  silabus, perencanaan, dan bagaimana mereka akan di evaluasi, serta pebelajar
wajib  untuk  menandatangani  kontrak  untuk  kelas  yang  mereka  ingin terima  tersebut  Rakhmat  Hidayat,  2013:101.  Dalam  contoh
pembelajaran Pedagogi Kritis seperti yang dilakukan Ira Shor tersebut menjelaskan  bahwa  Pedagogi  Kritis memberikan  wewenang  kepada
pebelajar  untuk  mengatur  sendiri  pembelajaran  yang  akan  dilakukan karena pebelajar adalah pusat pembelajaran.
40
c. Guru Telah disebutkan sebelumnya pada sub bab mengenai teori belajar
yang menjadi pijakan Pedagogi Kritis bahwa Pedagogi Kritis menolak dominasi  guru  di  dalam  kelas  seperti  dalam  pembelajaran
konvensional. Keesing
dalam Rakhmat
Hidayat 2013:7
menyebutkan  bahwa  Pedagogi  Kritis merupakan  respons  pendidikan untuk relasi kekuasaan yang menindas dan terjadinya ketidaksetaraan
dalam  lembaga  pendidikan,  sehingga  posisi  guru  yang  mendominasi tidak  boleh  terjadi  karena  hal  tersebut  merupakan  bentuk
pengejawantahan dari penindasan John  Dewey  mengemukakan  bahwa  dalam  pendidikan  progresif
guru  harus  menempatkan  diri  sebagai  fasilitator  yang  mendorong pebelajar  untuk  melakukan  berbagai  aktivitas  pembelajaran  yang
diminati  Rakhmat  Hidayat,  2013:46.  Guru  tidak  lagi  sebagai pendominasi kelas yang membuat posisi pebelajar sebagai objek yang
harus  diisi  dengan  pengetahuan.  Guru  dalam  Pedagogi  Kritis harus percaya  bahwa  pebelajar  mampu  untuk  menemukan  pengetahuan
sendiri  dan  perlu  untuk  diberikan  motivasi  dan  dorongan  agar pebelajar  benar-benar  berada  di  jalur  penemuan  pengetahuan.  Henry
Giroux  dalam  Rakhmat  Hidayat  2013,91  menyebutkan  bahwa  guru adalah intelektual  transformatif  yang  dapat  mendidik  pebelajar  untuk
aktif,  kritis  dan  berbicara  menentang  ketidakadilan  ekonomi,  politik, dan  sosial  baik  di  dalam  maupun  di  luar  sekolah.  Dengan  kata  lain,
41
guru  harus  mampu  menjadi  fasilitator  bagi  pebelajar  untuk berhubungan dengan dunia nyata dan merasakan kondisi realitas agar
pebelajar mampu menemukan sendiri pengetahuannya. d. Materi Pembelajaran
Materi  pembelajaran  dalam  Pedagogi  Kritis bukan  merupakan sesuatu  yang  baku  yang  sudah  ditentukan  sebelumnya  seperti  dalam
pembelajaran konvensional,
akan tetapi
sepenuhnya materi
pembelajaran  didasarkan  atas  diri  pebelajar  terutama  pengalaman- pengalaman  pebelajar. Sebagai  tokoh  Pedagogi  Kritis Paulo  Freire
mempromosikan kegiatan
pendidikan yang
didasarkan atas
pengalaman  hidup  peserta,  karena  sesungguhnya  hal  tersebut merupakan upaya pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri
Rakhmat Hidayat, 2010:28. Pengalaman pebelajar dijadikan sebagai bahan  untuk  materi  agar  tercipta  hubungan  antara  ilmu  pengetahuan
dan realitas pengalaman pebelajar sehari-hari. e. Lingkungan
Pedagogi  Kritis sesungguhnya  menekankan  penggunaan  ruang yang  fleksibel  dan  tidak  terbatas  di  dalam  ruang  kelas.  Paulo  Freire
justru  menyarankan  penggunaan  alam  sebagai  lingkungan  natural dalam  pembelajaran  yang  dikenal  dengan  istilah  pendidikan  populer.
Pendidikan  populer  adalah  berbasis  di  alam  dan  menolak  gagasan pendidikan satu arah Rakhmat Hidayat, 2010:30.
42
5. Model-model pembelajaran berbasis konstruktivistik