23
Keterbatsan tersebut dipengaruhi oleh faktor kurangnya rangsangan penginderaan dan kurangnya sosialisasi dengan sekitarnya.
Berdasakan keterbatasan anak tunanetra tersebut dapat dipahami bahwa keterbatasan penglihatan memperngaruhi aspek mental kognisi, psikis
sosial dan emosi, dan fisik mobilitas anak tunanetra. Kognisi anak tunanetra yang mengalami hambatan, misalnya kemampuan pemahaman
terhadap informasi atau materi IPA. Anak tunanetra mengalami hambatan untuk memahami materi IPA yang abstrak, membutuhkan variasi pengalaman
yang memudahkan memahami konsep materi IPA. Aspek mental, fisik, dan psikis anak tunanetra memberlukan
penyesuaian kondisi dan potensi anak tunanetra. Penyesuaian tersbut dapat dilakukan memalui pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan konteks dan
menggunakan media yang memberikan pengalaman non visual yaitu secara verbal. Terutama pada pemahaman materi IPA yang pada beberapa materi
tidak memungkin adanya pengalaman melalui indera perabaan.
3. Pembelajaran Bagi Siswa Tunanetra a. Strategi Pembelajaran Bagi Siswa Tunanetra
Strategi pembelajaran dalam pendidikan siswa tunanetra didasarkan pada upaya memodifikasi lingkungan agar sesuai dengan
kondisi anak dan upaya pemanfaatan secara optimal indera-indera yang masih berfungsi, untuk mengimbangi kelemahan yang
disebabkan hilangnya fungsi penglihatan.
24
Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus membutuhkan suatu strategi tersendiri sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Demikian juga dalam pembelajaran untuk siswa tunanetra, terdapat prinsip-prinsip dasar layanan pendidikan yang harus diperhatikan
Sari Rudiyati; 2002, yaitu: 1 prinsip totalitas; 2 prinsip individual, 3
prinsip kekonkritan;
4 aktivitas
mandiri; 5
prinsip berkesinanmbungan. Prinsip-prinsip tersebut dapat dimaknai sebagai
berikut:
1 Prinsip Totalitas
Prinsip totalitas adalah dasar keutuhan dalam memberikan layanan pendidikan bagi siswa tunanetra berupa pengetahuan
atau keterampilan yang utuh atau lengkap, sehingga akan memberikan pembelajaran untuk hidup normal di dalam
masyarakat dan mendapatkan kehidupan yang layak.
2 Prinsip Individual
Prinsip individual adalah prinsip umum dalam pembelajaran di manapun di sekolah umum maupun sekolah luar biasa.
Adanya perbedaan antar individu mengharuskan guru merancang pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa.
3 Prinsip Kekonkritan atau Pengalaman Penginderaan
Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru harus memungkinkan siswa tunanetra mendapatkan pengalaman
25
secara nyata dari apa yang dipelajarinya. Untuk mendapatkan pengalaman yang nyata, diperlukan alat dan media pembelajaran
yang mendukung dan sesuai dengan materi.
4 Prinsip Aktifitas Mandiri Self Activity
Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru harus memungkinkan atau mendorong siswa tunanetra belajar secara
aktif dan mandiri tidak hanya sekedar mendengar dan mencatat materi. Namun anak belajar mencari dan menemukan, sementara
guru sebagai fasilitator yang membantu memudahkan siswa untuk belajar dan motivator yang membangkitkan keinginannya
untuk belajar.
5 Prinsip Berkesinambungan
Prinsip berkesinambungan adalah asas berkelanjutan dalam layanan pendidikan siswa tunanetra. Program-program layanan
pendidikan bagi siswa tunanetra harus berkelanjutan atau berkesinambungan,
artinya program
layanan pendidikan
merupakan satu paket program utuh yang terdapat bagian-bagian atau kelanjutan dari program yang saling berhubungan dengan
yang lainnya. Jika diputus ditengah tidak akan kurang bermakna bagi siswa, sehingga program tersebut harus diselesaikan.
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut dapat ditegaskan bahwa proses pembelajaran memperhatikan kesatuan materi dan
karakteristik siswa tunanetra. Keterbatasan utama akibat gangguan
26
penglihatan yang dialami anak dengan kelaian penglihatan yang meliputi keterbatasan dalam hal variasi dan luasnya pengalaman,
keterbatasan mobilitas dan keteerbatasan interaksi, maka diperlukan prinsip pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi dan
karakteristik siswa tunanetra.
b. Media Pembelajaran Bagi Siswa Tunanetra 1 Definisi Media Pembelajaran untuk Siswa Tunanetra
Menurut Arif S. Sadiman 2008:7 tantang media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan. Jadi, media pembelajaran untuk siswa tunanetra merupakan alat bantu kegiatan
belajar mengajar yang digunakan sesuai dengan tujuan dan isi materi pelajaran yang bisa dipakai dan sesuai dengan karakteristik
anak tunanetra Tujuan penggunaan media pembelajaran untuk mempermudah penyampaian informasi dari sumber belajar kepada
siswa, sehingga diharapkan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Pemilihan media pembelajaran harus memperhatikan kondisi
siswa karena siswa tunanetra berbeda kondisinya, sehingga memrlukan kekhususan dalam pembelajaran.
2 Media Pembelajaran untuk Siswa Tunanetra.
MnurutSadiman, dkk 1990, fungsi media media pendidikan secara umum, adalah sebagai berikut; 1 memperjelas
penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat visual; 2 mengatasi