Kelemahan Kelebihan dan Kelemahan Media Audio Pembelajaran

20 Perasaan rendah diri ini desabkan karena tunanetra merasa diabaikan dan kurang dihargai oleh orang disekitarnya sehingga menganggap dirinya lebih rendah dari orang lain e. Adatan Adatan merupakan upaya rangsang bagi anak tunanetra melalui indera non visual. Adatan dilakukan oleh anak tunanetra sebagai pengganti bila dalam suatu kondisi anak yang tidak memiliki rangsangan baginya, sedangkan bagi anak awas dapat dilakukan melaui indera penglihatan dalam menncari informasi di lingkungan sekitar. f. Suka berfantasi Kegiatan memandang, melihat-lihat dan mencari infromasi saat-saat terntentu tidak dapat dilakukan oleh anak tunanetra sehingga anak tunanetra hanya dapat berfantasi saja. Daya imajinasi tunanetra bermanfaat untuk mempermudah memahami sesuatu yang abstrak. g. Kritis. Keterbatasan dalam penglihatan dan kekuatan berfantasi mengakibatkan tunanetra sering bertanya pada hal-hal yang belum dimengerti sampai ia dapat memecahkan permasalaahan secara fokus dan kritis berdasarkan informasi yang ia peroleh sebelumnya serta terhindar dari pengaruh visual yang dapat dialami oleh anak awas. h. Pemberani. Tunanetra akan melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh tanpa ragu- ragu. Sikap ini terjadi bila mereka mempunyai konsep dasar yang benar 21 tentang gerak dan lingkungannya, sehingga kadang-kadang menimbulkan kekawatiran bagi orang lain yang melihat Widdjajantin, 1996:11. Berdasarkan pendapat tersebut, memberikan pemahaman bahwa karakteristik khas yang dimiliki anak tunanetra merupakan dampak dari kehilangan infromasi secara visual. Karakeristik tersebut menunjukkan adanya potensi dan kekurangan yang dimiliki anak tunanetra. Potensi yang dimiliki anak tunanetra dapat dikembangkan sebagai kemampuan awal dalam meminimalisir kekurangannya. Potensi dan kekurangan tersebut memerlukan pemahaman bagi orang disekitarnya untuk mencari nilai positif dari karakteristik anak tunanatra. Karakteristik anak tunanetra yang berupa potensi yaitu sikap pemberani, berpikir kritis, dan suka berfantasi. Karakeristik tersebut dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi. Hal tersebut dapat dilihat bahwa anak tunanetra dapat aktif dalam proses pembelajaran dengan sikap berani, kritis, dan berfantasi pada materi IPA. Dengan memperhatikan karakteristik tunanetra tersebut, diperlukan pengembangan media pendidikan yang sesuai bagi pembelajaran tunanetra. Pengembangan media audio pembelajaran merupakan salah satu upaya yang cukup efektif untuk memecahkan permasalahan pendidikan bagi siswa tunanetra. Media ini akan mampu mengatasi karakteristik negatif dan mampu mendorong karakteristik positif siswa tunanetra. Misalnya pada karakteristik fantasi yang kuat untuk mengingat sesuatu objek dan karakteristik kritis,