16
10 Portable, praktis mudah dibawa dan digunakan di mana pun dan
kapan pun. 11
Memudahkan penyiapan mata pelajaran, artinya pengajar bisa merekam mata pelajaran terlebih dahulu dengan baik, untuk
kemudian diperdengarkan kepada siswa di kelas. 12
Pilihan mudah ditempatkan, artinya berkas audio dapat dengan mudah di tempatkan ke dalam media penyimpanan yang sesuai
dengan kebutuhan. 13
Tahan kerusakan, berkas audio yang disimpan baik di dalam CD maupun MP3 tahan terhadap kerusakan, goresan biasa pada CD
tidak akan mempengaruhi kualitas suara.
b. Kelemahan
1 Perhatian terhadap hak cipta masih kurang sehingga berkas audio
dengan mudah dapat diperbanyak tanpa izin resmi illegal. Hal tersebut menimbulkan pelanggaran hak cipta atau pembajakan
produk. 2
Tidak memantau perhatian, artinya ketika rekaman audio diperdengarkan siswa mungkin saja mendengarkan tetapi tidak
menyimak dan memahaminya dengan baik, dan guru tidak dapat mengetahui kondisi tersebut.
3 Kesulitan dalam penentuan kecepatan, artinya dengan beragamnya
kemampuan belajar siswa guru akan sulit menentukan durasi pemutaran.
17
4 Membutuhan perlengkapan digital dan piranti lunak untuk
menggunakan media audio.. 5
Urutan yang kaku, artinya berkas audio yang sudah terekam tidak dapat dengan mudah dimajukan atau diundur seperti pada media
cetak. 6
Kesulitan dalam menempatkan segmen. 7
Berpotensi terjadi penghapusan yang tidak disengaja.
B. Kajian Tunanetra 1. Pengertian Anak Tunanetra
Definisi tunanetra menurut Kamus Bahasa Indonesia yang diterbitkan Balai Pustaka, 1990:971 dalam Rancangan Media Audio SPLASH
2014:11 terdiri dari, kata “tuna” diartikan sebagai luka, rusak, kurang atau tiada memiliki, sedangkan “netra” berarti mata atau dria penglihatan. Jadi
tunanetra berarti kondisi luka atau rusaknya mata atau dria penglihatan, sehingga mengakibatkan kurang atau tiada memiliki kemampuan persepsi
penglihatan. Kondisi dimaksud disebabkan oleh adanya gangguan pada organ mata dan atau syarafnya. Istilah lain untuk tunanetra adalah “gangguan
penglihatan” atau“visual impairment” dalam literatur lain. Dari kedua istilah tersebut, tunanetra diartikan “anak yang mengalami gangguan penglihatan”.
Menurut White Conference dalam Rancangan Media Audio SPLASH 2014:11-13, pengertian tunanetra adalah seseorang yang dikatakan buta baik
18
total maupun sebagian low vision dari ke dua matanya, sehingga low vision yaitu yang dapat membaca dibantu dengan kacamata atau alat bantu baca
lainnya. Berdasarkan acuan tersebut, siswa tunanetra dapat diklasifikasikan
menjadi 2, yaitu: 1 buta, dan 2 low Vision. Dari klasifikasi tersebut dapat dimaknai lebih lanjut sebagai berikut :
a. Buta
Dikatakan buta, jika anak sama sekali tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar. .
b. Low Vision
Penyandang low vision adalah anak yang masih mampu menerima rangsangan cahaya dari luar, tetapi ketajamannya lebih dari 621, yang
artinya berdasarkan tes hanya mampu membaca huruf pada jarak 21 messter, atau jika hanya mampu mebaca headline pada surat kabar
Dari definisi tersebut, dapat dijelaskan bahwa tunanetra atau gangguan penglihatan diklasifikasikan berdasarkan dua aspek, yaitu aspek klinis yang
didasarkan pada pengukuran dan aspek fungsional, yaitu didasarkan pada bagaimana anak memanfaatkan penglihatannya untuk menguasai lingkungan.
Ketunaan dalam penglihatan siswa dapat menghambat penerimaaan informasi dan ilmu pengetahuan, sehingga siswa tunanetra memerlukan media
pembelajaran yang dapat membantu mereka dalam menerima informasi dan pengetahuan. Namun sebelum membahas media pembelajaran yang sesuai