Teori kematangan pekerjaan dan kematangan psikologis menurut Hersey dan Blanchard.

kemauan. Kematangan pekerjaan dikaitkan dengan kemampuan untuk melaksanakan sesuatu yang berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan sedangkan kematangan psikologis dikaitkan dengan kemampuan atau motivasi untuk melakukan sesuatu yang erat kaitannya dengan rasa yakin. Agar pendelegasian lebih efektif, pemimpin perlu menyeleksi dan menyusun tugas yang dilimpahkan, menyeleksi orang yang tepat, berkemampuan dan memiliki komitmen terhadap pekerjaan dan yang terakhir memberikan arahan dan motivasi kepada bawahan Nursalam, 2002: 110. Untuk bawahan yang mempunyai tingkat kesiapan tinggi, pemimpin memberi tahu tujuan secara umum dan memberikan otoritas dan tanggung-jawab kepada seseorang atau kelompok untuk mengerjakan pekerjaan, persetujuan awal dari pemimpin mungkin atau mungkin tidak perlu diminta sebelum keputusan itu diimplementasikan dan bawahan dinilai mampu untuk mengerjakannya Daft, 2003. Pada waktunya, pemimpin mungkin dibutuhkan untuk konsultasi dan berdiskusi, atau untuk memberikan pengarahan dan dorongan positif. Interaksi seperti itu tidak direncanakan secara teratur, tetapi akan terjadi karena kebutuhan meningkat Monica, 1998: 74.

2.1.7. Teori kematangan pekerjaan dan kematangan psikologis menurut Hersey dan Blanchard.

Kematangan dalam pekerjaan adalah kemampuan seseorang untuk menyelesaikan masalah, termasuk pengetahuan dan pengalaman. Kemampuan ability adalah menunjukkan potensi orang untuk melaksanakan pekerjaan, sedangkan kemauan adalah keinginan dan minat yang timbul dari diri 18 Universitas Sumatera Utara seseorang untuk melakukan pekerjaan. Adapun kematangan psikologis adalah keinginan seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan kepercayaan diri dan penghargaan diri Hersey, Blanchard, 1977. Dengan menggunakan variabel kemampuan dan kemauan, Hersey dan Blanchard 1977 dalam Monica 1998: 59 mendesain empat batasan dalam tingkat-tingkat kematangan: Tingkat kematangan Karakteristik bawahan M1- Kematangan rendah Tidak mau dan tidak mampu M2- Kematangan moderat Mau tetapi tidak mampu M3- Kematangan moderat Mampu tetapi tidak mau M4- Kematangan tinggi Mampu dan mau Sumber : Monica, 1998 Secara rinci keempat kuadran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Kuadran M1: Tingkat kematangan bawahan rendah, yaitu kondisi dimana kemampuan bawahan dalam melaksanakan tugas rendah, bawahan tidak mau memikul tanggung-jawab dan ketidakyakinan untuk dapat melakukan sesuatu. Penyebabnya tugas yang diembannya jauh di atas kemampuannya, kurang mengerti kaitan antara tugas dan tujuan organisasi Rivai, 2003: 74. b. Kuadran M2: Tingkat kematangan bawahan rendah ke sedang atau moderat rendah, yaitu kondisi dimana kemampuannya melaksanakan tugas masih rendah tetapi memiliki rasa tanggung-jawab sehingga ada upaya berprestasi. Mereka yakin akan pentingnya tugas dan tahu pasti tujuan yang ingin dicapai. Penyebabnya bawahan belum berpengalaman atau belum mengikuti pelatihan 19 Universitas Sumatera Utara dan pendidikan atau kurang memiliki ketrampilan pada saat sekarang tetapi memiliki motivasi yang tinggi Rivai, 2003: 74. c. Kuadran M3: Tingkat kematangan bawahan sedang ke tinggi atau moderat tinggi, yaitu bawahan mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas tetapi karena suatu hal tidak yakin akan keberhasilan sehingga tugas itu tidak dilaksanakan. Penyebabnya misalnya bawahan merasa kecewa karena dipindahtugaskan ke bidang yang lain dan tidak puas dengan penempatan yang baru Rivai, 2003: 75. d. Kuadran M4: Tingkat kematangan bawahan tinggi, yaitu bawahan mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menyelesaikan tugas ataupun memecahkan masalah dan punya motivasi tinggi serta besar tanggung-jawabnya. Bawahan mendapat kepuasan atas prestasinya dan yakin akan selalu berhasil Rivai, 2003: 75. Misalkan pada sebuah Rumah Sakit, dimana pimpinan menengah di bagian emergensi ingin merubah model pelayanan keperawatan dari keperawatan dalam tim menjadi keperawatan primer. Sistem ini akan berada pada tingkat kematangan M1 tidak mau dan tidak mampu jika mayoritas anggotanya tidak mengenal konsep keperawatan primer dan tidak memiliki pengalaman dalam keperawatan primer dan para anggota secara verbal dan non-verbal mencerminkan ketidakinginan mereka untuk berubah. Jika para anggota antusias dengan perubahan tersebut, ingin memperoleh pengetahuan meskipun keperawatan primer adalah hal yang baru, maka sistem akan didiagnosa sebagai M2 Monica, 1998. 20 Universitas Sumatera Utara Sistem akan berada pada tingkat kematangan M3 mampu tetapi tidak mau jika mayoritas para anggota sistem memiliki pengetahuan tentang keperawatan primer dan telah memiliki pengalaman terlebih dahulu, tetapi tidak mempunyai pengalaman positif dengan model itu dan telah merasa bahwa keperawatan tim adalah model yang mereka inginkan. Jika mayoritas para anggota mempunyai pengetahuan tentang dan berpengalaman dengan keperawatan primer, menyukainya dan bersemangat untuk memasukkan model tersebut ke dalam pekerjaan di unit mereka, maka sistem akan berada pada tingkat kematangan M4 Monica, 1998. Faktor lain untuk diingat ketika menggunakan teori ini adalah bahwa seseorang itu akan mau atau tidak mau dan mampu atau tidak mampu. Tidak ada daerah kelabu atau yang setengah- setengah. Sebagai contoh, jika seseorang mau mencoba sesuatu meskipun ia meragukan manfaatnya, maka sebenarnya orang itu tidak mau. Orang dikatakan mampu apabila mereka mampu ditinggalkan sendiri sepenuhnya Monica, 1998.

2.1.8. Menentukan perilaku kepemimpinan yang tepat