Proses Enkulturasi Budaya Jawa Di Sekolah

108 108 keindahan dunia. Dan hendaknya diingat di setiap saat, bahwa kehidupan yang sesungguhnya dan bersifnya abadi adalah kelak jika sudah berada di akherat; dan ingat bahwa hidup akan mati. Begitu pekatnya kesadaran pada orientasi spiritual dalam kelompok karawitan ini. Sekilas kelompok anggota masyarakat tersbut sedang berada pada buaian suasana yang menghibur dan dengan canda tawa, namun sesungguhnya mereka sedang merajut nilai dan mencoba menerapkan rajutan tersebut dalam laku kehidupannya.

5.3. Proses Enkulturasi Budaya Jawa Di Sekolah

Peran sekolah sebagai institusi formal pada dasarnya memiliki fungsi strategis bagi pembentukan karakter anak. Hal demikian disebabkan karena sekolah memiliki seperangkat kurikulum tertulis yang memuat satuan-satuan mata pelajaran yang diatur dalam sebuah struktur yang sistemik dan berjenjang sesuai dengan perkembangan usia anak. Dari kurikulum tersebut dapat diketahui seberapa besar materi-materi pelajaran tersebut disusun mampu memberi konstribusi bagi pembentukan nilai-nilai kepribadian pada anak, dan kemanakah orientasi pendidikan diarahkan. Disamping kurikulum tertulis tersebut, sekolah juga memiliki kurikulum yang bersifat tidak tertulis hidden Curiculum, salah satu diantaranya yaitu seluruh kemampuan dan perhatian guru dalam mengelola siswa baik di dalam maupun di luar kelas. Sekolah Dasar Islam Siti Sulaechah di Mayangsari menggunakan kurikulum terpadu, yaitu mengguinakan kurikulum nasional yang dipadu dengan materi pendidikan agama Islam. Sesuai dengan misi sekolah yaitu meningkatkan 109 109 kualitas pembelajaran serta aklaqul karimah bagi para Siswa, maka penekanan pembentukan sikap dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah tersebut menjadi demikian penting. Terbentuknya aklaq mulia dalam diri anak adalah persoalan pembinaan budi pekerti, dan budi pekerti luhur dalam orientasi religi tersebut memiliki kesamaan dengan orientasi nilai dalam kultur Jawa. Gambar : 26 Suasana kegiatan proses belajar mengajar di kelas Pada dasarnya Sebagaimana sekolah dasar yang lain pada saat ini sekolah dasar tersebut sedang menerapkan kurikulum nasional KTSP. Jika ditanyakan melalui mata pelajaran yang manakah kurikulum tersebut memberi konstribusi bagi penanaman nilai budaya Jawa kepada anak-anak. Sebagaimana amatan di lapangan dan hasil konfirmasi dengan para guru di sekolah tersebut maka dapat 110 110 dijelaskan bahwa upaya penanaman nilai tersebut dilakukan integratif dalam setiap melaksanakan mata pelajaran apa saja, khususnya mata pelajaran Agama dan Bahasa Jawa. Nilai-nilai budaya Jawa yang sangat menekankan; sikap sopan santun yang mengedepankan kehalusan budi, hormat-menghormati kepada semua orang, taat kepada orang tua dan guru, kejujuran, temen atau kesungguhan dalam melakukan pekerjaan , tlaten atau teliti dalam mengerjakan setiap pekerjaan, sabar dalam menghadapi cobaan, rukun dengan semua teman, bertaqwa kepada Allah SWT, dll. pada dasarnya menjadi materi sisipan yang masuk pada mata pelajaran apa saja. Para guru di sekolah tersebut memahami betul bahwa untuk menanamkan nilai-nilai tersebut tidak harus ekaplisit berdiri sebagai mata pelajaran, disamping tidak adanya mata pelajaran yang menampung hal tersebut; namun di sisi lain pembiasaan untuk menekankan penanaman nilai-nilai tersebut dirasa penting bagi sekolah. Hal yang menarik berkenaan dengan penanaman nilai-nilai budaya tersebut, dikarenakan nilai-nilai budaya Jawa berjalan sejajar dengan nilai-nilai religi khususnya Islam; maka pada dasarnya kesadaran yang muncul ketika para guru tersebut berupaya menanamkan nilai-nilai budaya, sesungguhnya sama saja mereka menanamkan nilai-nilai religi yang dianggap sebagai sebuah kewajiban dalam kerangka amar ma’ruf nahi mungkar, bertanggung jawab menghantarkan anak-anak menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt serta mampu menjalankan syariat Islam sebagaimana yang dituntunkan oleh Nabi Muhammad SAW. 111 111 Penanaman nilai-nilai tersebut di atas hidden curiculum sekolah telah mengatur anak-anak dimulai sebelum mereka memasuki kelas. Sebelum masuk ruangan kelas anak-anak dibiasakan tertib berbaris di depan pintu kelas, kemudian bersama sama mengucapkan janji siwa dengan lafal sebagai berikut: Kami siswa-siswi SD Islam Siti Sulaechah Semarang, demi baktiku kepada Illahi dan cintaku kepada Islam yang tinggi, aku berjanji: 1. Rajin sholat sepanjang hayat 2. Tak lupa mengaji setiap hari 3. Berbakti kepada ayah dan ibu 4. Taat dan hormat kepada guru 5. Menuntut ilmu tiada jemu 6. Setia kawan dan saling memaafkan. Setelah masuk ruangan kelas, anak-anak duduk tertib, kemudian bersama- sama membaca doa, dengan lafal sebagai berikut: Allahumma inni as-aluka rizqon thoyyiba, wa’ilman naafi’aa, wa’amalan mutaqaabalaa. Allahummaf tahlanaa hikmataka wansyur ‘alainaa rahmatika min khozaainii rahmatika. Amin, yaa arhamarraahimiin. Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada Mu rizki yang baik, dan ilmu yang bermanfaat, serta amal yang diterima. Ya Allah bukalah untuk kami hikmah-hikmah-Mu, dan taburkanlah pada kami rahmat-Mu. Ya Allah kabulkanlah permohonan kami, hai dzat yang Maha pengasih dan Maha penyayang. Kemudian dilanjutkan dengan bacaan Al Qur’an hafalan surat-surat pendek, untuk setiap hari Senin sampai Kamis, sedangkan pada hari Jum’at dan Sabtu membaca Asmaul Husnah atau menyebut 99 nama Tuhan. Lafal asmaul Husnah tersebut adalah sebgai berikut: 112 112 Bismillaahir Rahmaanir Rahiim Bismillahi badakna – Wal hamdu lirobbina – Washsholatu wassalam – Linnabi habiibinaa. Dengan nama Allah kami mulai membaca, Segala puji bagi Allah Tuhan kami, rakhmat dan keselamatan untuk Nabi kekasih kami Ya Allah ya Robbana – Anta Maqshuudunaa Ridloka Mathubuna – Dunyanaa wa ukhronaa Ya Rohmaanu ya Rohiim – Ya Maliku ya Qudduus Ya Salaamu ya Mukmin – Ya Muhaiminu ya ‘Aziiz Ya Jabbar Mutakabbir – Ya Kholigu ya Bari’ Ya Mushowwiru ya Ghoffar – Ya Qohhaaru ya Wahhaab Ya Rozzaaqu ya Fattaah – Ya ‘Aliimu ya Qobidl Ya Baasithu ya Chofidl – Ya Roofi’u ya Mu’izz Ya Mudzillu ya Samii’ – Ya Bashiru ya Hakam Ya ‘Adlu ya Lathiifu – Ya Chobiiru ya Haliim Ya ‘Adziimu ya Ghofur – Ya Syakuru ya ‘Aliyy Ya Kabiiru ya Khafiidz – Ya Muqiitu ya Hassibu Ya Jaliilu ya Karim – Ya Roqiibu ya Mujiib Ya Waasi’u ya Hakiim – Ya Waduudu ya Majiid Ya Baa’itsu ya Syahiid – Ya Haaqqu ya Wakiilu Ya Qowiyyu ya Matiin – Ya Waliyyu ya Hamiid Ya Muhshii ya Mubdiu – Ya Mu’iidu ya Muhyii Ya Mumiitu ya Hayyu – Ya Qoyyuumu ya Waajid Ya Maajidu ya Waahid – Ya Ahadu ya Shomadu Ya Qodir ya Muqtadir – Ya Muqoddim ya Muaakhir Ya Awwalu ya Akhhir – Ya Dzohiru ya Baathin Ya Waali Muta’aalii – Ya Barru ya Tawwaabu Ya Muntaqimu ya ‘Afuww – Ya Ro uufu ya Maalik Maalikal Mulki – Dzal Jalaali wal Ikroom Ya Muqsithu ya Jaami – Ya Ghoniyyu ya Mughnii Ya Maaniu ya Dloorr – Ya Nafiu ya Nuur Ya Haadii ya Badii’ – Ya Baaqii ya Waarits Ya Rosyiidu ya Shobuur – ‘Azza Jalla Dzikruhu Bi Asmaa ikal Husnaa – Ighfir lanaa dzunubana Waliwaalidii naa – Wa dzurriyyatinaa Kaffir ‘an sayyi-atina – Wastur ‘alaa ‘uyubinaa Wajbur ‘alaa nuqshoninaa – Warfa’ darojaatinaa Wazidnaa ‘ilman nafi’a – Wa rizqon wasi’a Halalan thoyyibaa – Wa ‘amalan sholihaa Wa Nawwir Quluubana – Wa yaasir umuuronaa Wa shohhih ajsadana – Da ima hayatinaa Ilal Khoiri Qorrib naa – ‘Anisy Syarri baa’idnaa 113 113 Wal Qurbaa rojaa-unaa – Akhiron nilnal munnaa Balligh maqooshidanaa – waq dli hawaa-ijanaa Wal hamdu li illahinaa – Al ladzi hadaanaa Sholli wa saliim ‘alaa – Thoha Cholilir Rohmaan Wa aalihii wa shohbihii – Ilaa akhiriz zamaan Setelah dilakukan pengkondisian awal dengan ritual-ritual tersebut, kemudial baru memasuki materi pelajaran. Demikian pula jika hendak mengakhiri pelajaran, anak-anak senantiasa dibiasakan berdoa. Lafal bacaan mengakhiri pelajaran adalah sebagai berikut : Bismillahhir rakhmanir rahim Wal ‘asr Innal insana lafi khusr Illal lazina amanu wa .amilus salihati Wa tawa sau bil haqqi Wa tawasau bis sabr Robbana atina fidunya khasanah Wafil akhiroti khasanah wakhina adzabanar Allahuma firli wali wali dayah Warkhamhuma khama robayani shoghiroh Kemudian dilanjutkan salam dan hormat kepada guru, kemudian pulang. Mata pelajaran yang memberi konstribusi paling besar dalam menanamkan pengetahuan tentang nilai-nilai budaya Jawa kepada siswa adalah mata pelajaran Bahasa Jawa. Pengetahuan tentang kebudayaan Jawa tersebut termasuk di dalamnya adalah pengenalan terhadap tokoh-tokoh wayang diperoleh Siswa dari mengikuti mata pelajaran tersebut.. Buku pelajaran bahasa Jawa untuk siswa adalah: ‘Aku Seneng Basa Jawa’, tulisan Dr. Sudi Yatmana dkk. Dan buku pengayaan adalah, ‘Sari-sari Basa Jawa Pepak’, tulisan M Abi Tofani. Pada buku pengayaan tersebut di dalamnya terdapat banyak gambar tokoh-tokoh wayang yang dapat dikenali oleh siswa. 114 114 Proses pendidikan lain yang terjadi diluar interaksi pembelajaran di kelas, pada dasarnya para guru telah berusaha mengoptimalkan perhatian dalam rangka membantu perkembangan potensi kejiwaan para peserta didiknya. Bentuk perhatian tersebut diantaranya adalah pengawasan pada saat anak-anak bermain di saat jam istirahat, mengarahkan anak-anak di saat makan siang, menertibkan anak-anak saat hendak masuk mobil antar jemput, menertibkan anak untuk rajin menabung dll. Dapat disimpulkan bahwa proses pendidikan yang terjadi di sekolah tersebut pada dasarnya menjadi bentuk usaha yang dilakukan oleh sekolah dalam hal ini seluruh pelaku pendidikan untuk mengoptimalkan pelayanan kepada anak-anak sebagaimana yang telah diamanatkan oleh masyarakat, menggunakan seperangkat kurikulum baik yang bersifat tertulis maupun bersifat Hidden curiculum, agar anak dapat berkembang seluruh potensi dirinya, serta memiliki karakter pribadi yang mampu merefleksikan dirinya sebagai manusia Jawa yang religius. Penataan kelas menjadi bagian yang tak terpisahkan dari tujuan mengkondisikan terjadinya iklim kultural sekolah yang kondusif bagi penanaman nilai. Beberapa kelas terlihat memajang gambar-gambar wayang disamping gambar tokoh-tokoh pahlawan revolusi dan kaligrafi. Berdasarkan informasi Guru, gambar-gambar tersebut sering difungsikan sebagai alat peraga untuk menjelaskan karakter tertentu serta memberikan pemahaman kepada siswa berkaitan dengan pengenalan nama tokoh wayang serta pemaknaan simbol-simbol yang melingkupinya. 115 115 Gambar : 27 Salah satu gambar pajangan kelas, tokoh Punakawan 116

BAB 6 FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG

PROSES ENKULTURASI NILAI BUDAYA JAWA Menanamkan nilai kebudayaan dalam suatu proses edukasi baik dalam hubungan formal, informal dan non formal, nampaknya tak semudah menanam sebutir biji yang diharapkan akan senantiasa tumbuh dan kelak akan berbuah. Banyak variabel yang menjadikan proses edukasi tersebut berjalan efektif atau tidak, atau sangat tergantung dari faktor penghambat dan pendukung prores tersebut. Berikut ini penulis paparkan berbagai faktor penghambat dan pendukung proses enkulturasi nilai budaya tradisi Jawa di wilayah Mayangsari dan sekitarnya.

6.1. Faktor Penghambat.

Modernisme yang ditandai dengan perkembangan teknologi, telah membawa perubahan besar terhadap wajah kebudayaan kita, lebih khusus lagi bagi kebudayaan tradisi yang masih hidup di sekitar kita. Perubahan itu menjadi berubahnya orientasi kehidupan masyarakat tradisional dari yang bersifat spiritual menjadi material dan praktis, kolektivitas menjadi individual, keguyuban menjadi egoisme yang penuh pamrih, dsb. serta perubahan tersebut sudah barang tentu akan berpengaruh pula bagi cita rasa estetis masyarakat. , baca Khayam, 1981: 58 Kondisi demikian terjadi pula dalam kehidupan masyarakat di wilayah Mayangsari dan sekitarnya, bahwa proses inkulturasi nilai tradisi yang mereka