230
230 menemui hambatan yang berarti dalam penguasaan media tersebut, dan garis-garis
yang dihadirkan dapat digunakan mengalir lancar sebagaimana yang diharapkan.
7.5.5 Ungkapan Gambar Anak Sebagai Tanda
Ungkapan gambar anak pada dasarnya dapat menjadi sebuah teks yang dapat dibaca sebagai sebuah tanda signifier dan menjadi sebuah petanda signified
tertentu. Lihat Pradopo, 1987:121 Sebagai sebuah tanda ungkapan gambar tersebut dapat berfungsi, sebagai ikon, indeks, dan simbol. Yang dimaksud
dengan fungsi tersebut hubungannya dengan ungkapan gambar anak dapat dijelaskan sebagai berikut:
7.5.5.1 Ungkapan Gambar Sebagai Ikon Yang dimaksud ikon sebagai tanda yaitu tanda yang digunakan untuk
menandai suatu gejala tersebut memiliki hubungan bentuk atau asosiasi tertentu dengan gejala yang ditandai. Kedudukan ungkapan gambar anak-anak yang dibuat
oleh para Siwa SD Siti Sulaechah ini mengamati proses yang mereka lakukan pada dasarnya langkah awalnya didorong oleh keinginan menjadikan gambarnya
seperti gambar yang dicontoh atau yang diinginkan. Keinginan meniru bentuk dengan gejala yang diamati tersebut sesungguhnya dapat dipahami bahwa
ungkapan gambar tersebut sebagai ikon. Dengan pertimbangan yang demikian maka dapat dikenali bahwa gambar-gambar tersebut menyajikan ikon yang dapat
dikenali tokoh-tokohnya dan dapat diidentifikasi sesuai dengan ciri-ciri yang
231
231 dikenali pada pencitraan yang sebenarnya. Sebagai ikon dapat dikatakan bahwa
ungkapan gambar anak-anak tersebut cukup berhasil, barangkali prosentasinya relatif kecil ungkapan mereka yang relatif sulit untuk diidentifikasi sebagai ikon
tokoh tertentu .
232
232 Gambar : 81
Gambar tokoh wayang yang agak sulit dapat diidentifikasi menggambarkan tokoh tertentu dalam perpektif wayang klasik
Ikon yang disenangi oleh anak, pada dasarnya dapat diurutkan sebagai berikut: BimaWerkudara, ArjunaJanaka Gathotkaca, Kresna, Puntadewa, dan
Punakawan. Alasan yang muncul mengapa mereka memilih tokoh-tokoh tersebut
233
233 pada dasarnya didasari rasa senang terhadap tokoh tersebut. Ada sebagian diantara
mereka yang mengidentikan tokoh tersebut dengan dirinya khususnya tokoh Bima, dan Gathotkaca. Dan berkaitan dengan hal tersebut mereka merasa senang
dan cocok memilih tokoh-tokoh tersebut untuk digambar, sehingga sebagian besar tidak memilih tokoh-tokoh jahat.
7.5.5.2 Ungkapan Gambar Sebagai Indeks. Yang dimaksud dengan indeks yaitu tanda yang mewaliki keseluruhan gejala
yang ditandai. Fungsi ungkapan gambar anak-anak tersebut sebagai indeks dapat dijelaskan
bahwa: 1 Pemilihan tokoh-tokoh yang berwatak baik, pada ungkapan gambar mereka
dalam prosentase yang cukup besar, dapat menjadi indeks bahwa mereka masih berpikir selektif terhadap sekian banyak alternatif tokoh yang dapat mereka
gambar. Anak-anak masih memiliki kedekatan dengan tokoh-tokoh yang menjadi idolanya. Tokoh-tokoh yang diidolakan oleh mereka itupun ternyata masih relefan
dengan pilihan yang diidealkan oleh budayanya. Anak-anak masih dapat memahami dan dapat membedakan dengan baik mana tokoh yang patut diteladani
dan mana tokoh yang harus disingkiri.
2 Kerincian ungkapan gambar anak-anak dalam menyatakan tokoh-tokoh pilihannya, khususnya dalam menempatkan atribut dan asesori dalam gambarnya
menunjukkan tingkat keunikan yang cukup tinggi. Hal demikian menjadi
234
234 indikator bahwa ungkapan estetis mereka masih menunjukkan gejala involutif
serta kecenderungan ungkapan yang berkarakter alus. Dari gejala tersebut maka dapat dipahami jika ungkapan gambar anak-anak ini dapat berfungsi sebagai
indeks bahwa ungkapan estetis mereka masih sejalan dengan ungkapan estetis dalam budaya Jawa yang diidealkan.
3 Ungkapan gambar buatan anak-anak ini pada dasarnya dapat difungsikan sebagai indeks mewakili gejala pada kondisi sosial yang sama. Jika anak-anak
hidup di tengah-tengah masyarakat yang berbudaya Jawa, dan para anggota masyarakat tersebut masih memiliki kepedulian terhadap upaya pelestarian dan
pewarisan nilai-nilai tradisinya, atau dapat dikatakan bahwa dalam kehidupan masyarakat tersebut proses inkulturasi budaya tersebut masih berjalan cukup baik;
ternyata ungkapan estetis mereka masih kental merefleksikan karakter budayanya itu. Dengan begitu maka pada gilirannya perilaku kehidupan merekapun masih
kental mengekspresikan nilai-nilai kejawaan.
7.5.5.3. Ungkapan gambar anak berfungsi sebagai simbol Yang dimaksud dengan simbol yaitu, tanda yang digunakan untuk menandai
suatu gejala tertentu; dimana penggunaan tanda tersebut dilakukan secara abitrary, atau manasuka. Dikarenakan ungkapan gambar anak-anak tersebut
dibuat dalam kerangka pewacanaan seni yang bersifat tradisional maka sifat manasuka tersebut diikat oleh konvensi dalam kehidupan kelompok
235
235 masyarakatnya. Kelompok masyarakat itulah yang menentukan bentuk tandanya
dan yang menentukan makna dari tanda tersebut. Pada dasarnya kehadiran bentuk sosok tokoh wayang adalah representasi simbol
dari karakter tertentu. Secara garis besar terdapat dikotomi karakter yang disimbolkan dalam wayang, yaitu karakter baik dan buruk, atau halus dan kasar.
Pada ungkapan gambar wayang buatan anak-anak, perbedaan karakter baik dan buruk itu pada dasarnya hanya dibedakan dari bentuk wajah, khususnya anatomi
mulut; dinyatakan dengan bentuk membuka atau menutup. Jika anatomi mulutnya membuka dan betaring berarti tokoh itu jahat terkecuali tokoh Punakawan, dan
jika anatomi mulutnya menutup berarti tokoh itu termasuk tokoh baik.
236
236 Gambar : 82
Perbedaan anatomi bentuk mulut pada gambar tokoh wayang Untuk membedakan tokoh baik dan buruk
Sementara ungkapan warna pada gambar wayang mereka, fungsi warna sebagai simbol sangat bersifat abritrery yang personal, atau sangat subjektif.
Sehingga jika dipahami ungkapan warna tersebut sebagai simbol keterkaitannya dengan convensi yang digunakan oleh kelompok masyarakatnya maka agak sulit
untuk dikategorisasikan. Kehadiran warna yang digunakan oleh anak-anak dalam gambar wayangnya lebih bersifat sebagai ungkapan ekspresi yang bebas, anak-
anak tidak membebankan pada maksud simbol tertentu, atau berorientasi pada pengungkapan karakter tertentu.
Simbol yang digunakan oleh anak-anak pada ungkapan gambarnya tersebut, masih menggunakan simbol yang digunakan oleh orang dewasa pada kelompok
masyarakatnya. Pemahaman dan penggunaan simbol tersebut masih cukup dipahami oleh anak-anak, dengan begitu dapat disimpulkan bahwa anak-anak ini
237
237 benar-benar masih menjadi bagian integral dari kehidupan lingkungannya, baik
secara fisik maupun kultural. Simbol-simbol visual yang biasa digunakan untuk menyatakan kebutuhan berekspresi kelompok masyarakatnya, masih dapat
dipahami, dikenali, dan digunakan oleh mereka secara baik.
7.6. Interpretasi Anak-anak Terhadap Gambar Wayangnya