228
228 kenal dengan baik terhadap tokoh-tokoh wayang tersebut. Dan dari hasil
wawancara dalam bentuk tanya jawab dengan mereka dapat ditarik kesimpulan bahwa mereka relatif cukup banyak mengenal tokoh-tokoh wayang. Proses
pengenalan tersebut antara lain melalui pengkondisian yang dilakukan oleh guru, melalui Mata Pelajaran Bahasa Jawa, dimana anak harus memiliki buku Pepak
Basa Jawa; yang di dalamnya banyak mengenalkan tokoh-tokoh wayang.
7.5.2. Penguasaan detail anatomi dan atribut wayang
Dari sejumlah data yang dikumpulkan hampir 75 ungkapan gambar mereka mampu menghadirkan rincian atribut serta anatomi bentuk organ-organ tubuh
wayang; hampir mendekati pencitraan yang diidealkan oleh masyarakatnya. Rincian detail yang membedakan antara tokoh satu dengan yang lain pada
dasarnya dapat ditengarai dari 1 Bentuk wajah yang meliputi karakteristik bentuk hidung, mulut, mata serta kemiringan wajah. 2 Bentuk mahkota: gelung,
topong, gelung ukel, kucir dll. 3 Bentuk Praba, untuk menggambarkan tokoh- tokoh tertentu seperti Kresna dan Gathotkaca. 4 Bentuk dodot, rampekan atau
bokongan 5 Bentuk gelang dan kelat bahu, serta atribut yang lain.
7.5.3. Proporsi Gambar dengan bidang Kertas
Ungkapan gambar wayang buatan anak-anak tersebut sebagian besar menunjukkan perbandingan yang cukup proporsional. Di beberapa ungkapan
229
229 gambar yang proporsinya relatif kecil dibanding bidang kertasnya, anak-anak
telah melalukan solusi cerdar dengan menyertakan ornamen tertentu, baik yang difungsikan sebagai representasi dari setting tertentu atau sekedar hiasan tepi serta
spot-spot pengisi bidang kosong. Dengan demikian dapat dirasakan bahwa sesungguhnya walaupun gambar tersebut tampak kecil namun sebenarnya ia telah
bekerja menguasai seluruh ruang atau bidang kertas yang dihadapinya. Hampir di atas 70 anak-anak tersebut memiliki ungkapan bentuk gambar
yang relatif besar. Hal demikian menunjukkan refleksi superioritas terhadap pengakuan atas kebudayaan tradisinya yang digunakan sebagai acuan dalam
perilaku kehidupannya. Dari ungkapan ekspresi yang demikian menjadi indikator bahwa mereka masih memiliki kebanggaan terhadap kesenian tradisinya.
7.5.4. Kelancaran Ungkapan Garis
Refleksi dari dimilikinya kedekatan anak dengan wayang salah satu indikatornya adalah dimilikinya rasa percaya diri ketika mereka menyatakan
ungkapannya dalam bentuk gambar terhadap tokoh wayang yang dikehendaki. Ungkapan rasa percaya diri tersebut pada dasarnya dapat ditengarai dari
kelancaran ungkapan garis yang digunakan untuk membangun bentuk tokoh yang diinginkan. Dari data yang diperoleh pada dasarnya hampir 75 anak-anak
tersebut mengungkapkan garisnya dengan spontan, tegas, lancar, dan pasti. Dengan penggunaan alat spidol untuk menyatakan garis, menjadi sarana yang
relatif gampang untuk menengarai apakah anak tersebut dapat bekerja dengan lancar atau tersendat. Pada kenyataan ternyata dijumpai rata-rata mereka tidak
230
230 menemui hambatan yang berarti dalam penguasaan media tersebut, dan garis-garis
yang dihadirkan dapat digunakan mengalir lancar sebagaimana yang diharapkan.
7.5.5 Ungkapan Gambar Anak Sebagai Tanda