Pelaksanaan Pendampingan Desa Mandiri dan Produktif

62 Dalam perencanaan tersebut, warga Dusun Gamplong juga terlibat aktif dalam penentuan konsep kegiatan, dengan didampingi oleh pekerja sosial mereka bersama-sama untuk membahas konsep kegiatan bimbingan teknis yang akan diadakan. Sebagaimana pernyataan Bapak “WL” tentang pendampingan pekerja sosial dalam perencanaan kegiatan sebagai berikut : “Pendampingannya kalau dalam perencanaan itu lebih ke mengarahkan kami untuk menentukan bagaimana konsep kegiatannya mbak. Kami ditanya mau bagaimana pelatihan outboundnya. Seperti nanti tema pelatihan outbound itu mau yang gimana nanti mereka yang akan menyusun rancangannya” Bapak WL : Warga, CW 3.11, Lamp hal 155. Serupa dengan pernyataan di atas, Bapak “GN” juga menyampaikan sebagai berikut : “Kalau diperencanaannya mereka yang membantu membuat konsep dan tema acara, kalau dari warga sini ya yang menyediakan tempat” Bapak GN : Warga, CW 4.11, Lamp hal 162. Berdasarkan hasil wawancara dengan warga di atas, dapat disimpulkan bahwa pendampingan oleh pekerja sosial dalam perencanaan program pendampingan desa mandiri dan produktif dilakukan melalui pendampingan saat pembuatan konsep kegiatan bimbingan teknis.

b. Pelaksanaan

Untuk pelaksanaan pendampingan desa mandiri dan produktif, teridir atas dua kegiatan, yaitu bimbingan teknis outbound dan bimbingan teknis pengolahan pangan 63 1 Bimbingan Teknis Outbound Bimbingan teknis outbounddilaksanakan sebagai perwujudan dari permintaan warga akan kebutuhan pelatihan. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak “SR” sebagai berikut : “Hubungan bimbingan teknis outboundsama desa mandiri dan produktif yaa itu mbak, bimbingan teknis outboundadalah perwujudan dari usaha masyarakat untuk lebih mengembangkan diri demi desa wisata mereka. Mereka ingin lebih produktif karena salah satu ciri desa mandiri dan produktif itu SDM nya kreatif, inovatif, dan produktif. Nah outboundini kan inisiatif dari masyarkat juga untuk menambah kegiatan di desa wisata mereka, sehingga kegiatan bimbingan teknis outboundini sebagai awal mula dalam mengembangkan kegiatan outbund di desa wisata Gamplong” Bapak SR : Pekerja Sosial, CW 2.16, Lamp hal 148. Bapak “PW” juga menyampaikan kaitan antara bimbingan teknis outbounddengan desa mandiri dan produktif sebagai berikut : “Kaitannya dengan desa mandiri dan produkif itu jadi tema kegiatan atau acara bimbingan teknis itu adalah “Membangun Kompetensi Pemuda Wujudkan Gamplong Desa Wisata Produktif”. Jadi diharapkan yang mendukung pengembangan desa wisata tidak hanya ibubapak pengrajin ATBM namun dari pemudanya juga ikut terlibat melalui kegiatan outboundini, sehingga warga Dusun Gamplong mampu menjadi pribadi yang produktif yang bisa meningkatkan kualitas dirinya dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan” Bapak PW : Pekerja Sosial, CW 1.16, Lamp hal 137. Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa kaitan antara bimbingan teknis outbounddengan desa mandiri dan produktif yaitu kegiatan bimbingan teknis outboundini bertema “Membangun Kompetensi Pemuda Wujudkan Gamplong Desa Wisata Produktif” sesuai dengan pendampingan yang diadakan untuk mewujudkan desa mandiri dan produktif. Salah satu ciri desa mandiri dan produktif adalah masyarakatnya kreatif, inovatif, dan 64 produktif. Bimbingan teknis outboundini sebagai implementasi dari permintaan warga keinginan mereka untuk mengembangkan desa wisatanya. Pelaksanaan program pendampingan desa mandiri dan produktif dimulai dengan pelaksanaan bimbingan teknis outbound. Pelaksanaan bimbingan teknis outbound seperti yang diungkapkan oleh Bapak “PW” sebagai berikut : “Pelaksanaan bimbingan teknis outboundwaktu itu dilaksanakan sehari penuh dilapangan dan diperkebunan Dusun Gamplong 1. Narasumbernya dari kami sendiri, metode pelatihan yang kami gunakan ya penyampaian secara teori terlebih dahulu atau ceramah kemudian dilanjut praktek supaya peserta bisa langsung learning by doing. Prosesnya dimulai dengan pembukaan oleh kepala dukuh, lalu perkenalan dari tim kami, waktu itu kami 8 orang, pesertanya ada kurang-lebih 30an, kemudian penyampain maksud dan tujuan lalu dinamika kelompok, lalu mulai permainan- permainan kelompok besar, kelompok sedang dan kelompok kecil, lalu ada refleksi umum dan terakhir penutup” Bapak PW : Pekerja Sosial, CW 1.13, Lamp hal 135. Pernyataan di atas didukung dengan pernyataan Bapak “SR” sebagai berikut : “Proses pelaksanaanya dimulai dengan pembukaan oleh kepala dukuh Dusun Gamplong 1 Bapak “KD” lalu perkenalan dari tim kami yang akan memberikan pelatihan outbound, lalu bina suasanan atau pencairan suasana supaya peserta bisa rileks, kemudian permainan-permainan outboundsederhana, setelah itu refleksi umum, dan kami juga juga mengajarkan nanti kalau sama pengunjung yang disampaikan begini, sudah ada materinya disiapkan. Setelah refleksi umum kemudian penutupan” Bapak SR : Pekerja Sosial, CW 2.13, Lamp hal 146. Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa kegiatan bimbingan teknis outbounddiikuti oleh 30 warga Dusun Gamplong dan dipandu oleh 8 pekerja sosial dari BBPPKS Yogyakarta. Dalam kegiatan ini yang menjadi narasumber atau pelatih outboundadalah para pekerja sosial dari BBPPKS Yogyakarta. Metope pembelajaran dalam pelatihan yaitu ceramah untuk

Dokumen yang terkait

PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGAWASAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN MOYUDAN KABUPATEN SLEMAN

5 25 90

GAMBARAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PENENUN ALAT TENUN BUKAN MESIN (ATBM) DI DUSUN GAMPLONG IV, GAMBARAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PENENUN ALAT TENUN BUKAN MESIN (ATBM) DI DUSUN GAMPLONG IV, SUMBER RAHAYU, MOYUDAN, SLEMAN.

0 3 13

PENDAHULUAN GAMBARAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PENENUN ALAT TENUN BUKAN MESIN (ATBM) DI DUSUN GAMPLONG IV, SUMBER RAHAYU, MOYUDAN, SLEMAN.

0 5 5

LANDASAN TEORI GAMBARAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PENENUN ALAT TENUN BUKAN MESIN (ATBM) DI DUSUN GAMPLONG IV, SUMBER RAHAYU, MOYUDAN, SLEMAN.

1 6 8

KESIMPULAN DAN SARAN GAMBARAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PENENUN ALAT TENUN BUKAN MESIN (ATBM) DI DUSUN GAMPLONG IV, SUMBER RAHAYU, MOYUDAN, SLEMAN.

0 2 14

ANALI ANALISI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA PENGRAJIN (Studi Kasus pada Centra Industri Kerajinan Ayaman dan Tenun ATBM di Desa Gamplong Kelurahan Sumber Rahayu Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011).

0 2 18

PENDAHULUAN ANALISI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA PENGRAJIN (Studi Kasus pada Centra Industri Kerajinan Ayaman dan Tenun ATBM di Desa Gamplong Kelurahan Sumber Rahayu Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011).

0 4 13

TINJAUAN PUSTAKA ANALISI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA PENGRAJIN (Studi Kasus pada Centra Industri Kerajinan Ayaman dan Tenun ATBM di Desa Gamplong Kelurahan Sumber Rahayu Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011).

0 2 19

Peran Koperasi dalam Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada Sentra Industri Kecil Kerajinan dan Anyaman Tenun Bukan Mesin di Desa Gamplong, Kelurahan Sumber Rahayu, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman.

0 2 33

KONTRIBUSI JUMLAH MODAL, TENAGA KERJA, DAN BAHAN BAKU TERHADAP HASIL PRODUKSI INDUSTRI TENUN TRADISIONAL DI DESA GAMPLONG SUMBER RAHAYU KECAMATAN MOYUDAN KABUPATEN SLEMAN

0 0 115