Motivator Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

77 “Sebagai pendamping yang kami lakukan ya mendampingi mereka bila ada pertemuan, lalu pada pelaksanaan pelatihan itu, kemudian saat bertemu dengan narasumber kami juga mendampingi mereka. Kami bertugas untuk menjembatani aspirasi warga” Bapak SR : Pekerja Sosial, CW 2.6, Lamp hal 143. Dari hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa pekerja sosial berperan sebagai pendamping dalam mengadakan pertemuan dengan sumber dari luar, kemudian pendamping dalam perencanaan pembuatan konsep kegiatan bimbingan teknis, dan pendamping dalam pelaksanaan bimbingan teknis outbound dan pengolahan pangan.

c. Pembangun Kesepakatan

Pembangun kesepakatan artinya pekerja sosial harus membangun kesepakatan yang memuaskan seluruh anggota masyarakat, karena membangun kesepakatan dibutuhkan pengertian dan pemahaman terhadap adanya perbedaan tiap-tiap anggota. Bapak “PW” mengungkapkan peran pekerja sosial sebagai pembangun kesepakatan sebagai berikut : “Saat perkumpulan itu kan pasti ada yang ada yang berbeda pendapat, ya kita sebagai pendamping berusaha untuk memediasi supaya terbangun kesepakatan dengan tujuan yang sama. Misalnya saat TNA bersama ibu-ibu, dari mereka muncul beberapa pendapat ingin pelatihan membuat makanan dari bahan lele, ketela, dan macam-macam, sehingga kami bentuk kesepatakan untuk membuat pelatihan pengolahan pangan” Bapak PW : Pekerja Sosial, CW 1.7, Lamp hal 132. Dari hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa pekerja sosial berusaha untuk menjadi mediator supaya pendapat-pendapat yang disampaikan oleh warga bisa mencapai satu suara. Hal serupa didukung dengan pernyataan Bapak “SR” sebagai beikut : 78 “Kita mengadakan kesepakatan, kita memberikan kepada warga kira-kira apa yang akan dikembangkan di desa wisata ini, lalu mereka mengatakan bahwa mereka belum banyak pengetahuan tentang resep-resep masakan. Lalu dari itu kita membangun konsensus untuk mengadakan pelatihan pengolahan pangan yang bisa disajikan untuk tamu wisata yang berkunjung ke sana” Bapak SR : Pekerja Sosial, CW 2.7, Lamp hal 143. Dari hasil wawancara dengan pekerja sosial diatas, dapat simpulkan tugas yang dilakukan pekerja sosial dalam perannya sebagai pembangun kesepakatan dengan menjadi mediator warga melalui kegiatan Training Need Assesment TNA atau Analisis Kebutuhan Pelatihan sehingga warga dapat menyampaikan pendapat-pendapat tentang pelatihan apa yang akan diadakan, kemudian pekerja sosial berperan untuk menjembatani pendapat-pendapat tersebut supaya menjadi satu suara dan terjalin kesepakatan, terbukti dalam kegiatan TNA dengan ibu-ibu, akhirnya terjalin kesepakatan untuk membuat bimbingan teknis pengolahan pangan. Dari sudut pandang yang lain, warga juga menyampaikan hal yang mendukung pernyataan dari pekerja sosial, sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak “WL” sebagai berikut : “Ya biasa mbak, kalau dalam pertemuan itu kan pasti banyak kepala sehingga banyak yang berbeda pendapat, jadi sebisa mungkin kami mencapai musyawarah mufakat. Kalau dari Pak “SR” sendiri membantu dalam menentukan pelatihan apa yang disetujui oleh semua warga. Beliau dan Pak “PW” yang membantu kami untuk konsep acara yang disepakati oleh semua warga. Jadi tentang pelatihan itu ya kami setuju saja” Bapak WL : Warga, CW 3.7, Lamp hal 154. Sejalan dengan pemikiran di atas, Bapak “GN” juga mengungkapkan sebagai berikut : “Yang dilakukan ya itu mbak membantu kami untuk memilah milih ide-ide, yang sini pengennya ini yang situ pengennya 79 begitu, nah mereka membantu kami untuk menentukan mana yang sesuai dengan kami, jadi kami semua bisa sepakat” Bapak GN : Warga, CW 4.7, Lamp hal 161. Kemudian didukung oleh pernyataan Ibu “IS” yang juga peserta dalam program pendampingan desa mandiri dan produktif kegiatan bimbingan teknis outbound dan pengolahan pangan sebagai berikut : “Waktu yang kegiatan sebelum pelatihan masak kan kita kumpul dulu mbak, membahas kami ibu-ibu ingin dilatih apa, nah disitu kan juga banyak pendapat. Ya Pak “SR” itu membantu kami untuk menentukan kalau kami akan dilatih memasak, jadi kami ya setuju. Begitu mbak” Ibu IS : Warga, CW 5.7, Lamp hal 167. Hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa dalam pertemuan antara warga dengan pekerja sosial banyak perbedaan pendapat dan ide tentang penentuan pelatihan apa yang diadakan. Sehingga pekerja sosial dalam perannya sebagai pembangun kesepakatan yaitu membantu untuk memilah usul-usul dari warga, membantu dalam pengambilan keputusan supaya terjalin mufakat, dan menentukan kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan warga,

d. Pelatih

Pekerja sosial tidak selalu orang yang memberikan pelatihan, mereka membantu masyarakat untuk mendapatkan pihak yang dapat bertindak sebagai pelatih. Tetapi dalam program pendampingan desa mandiri dan produktif ini, pekerja sosial juga berperan sebagai pelatih yang memberikan pelatihan dalam bimbingan teknis outbound. Sebagaimana pernyataan dari Bapak “PW” selaku pelatih dalam bimbingan teknis outbound sebagai berikut : “Saya dan teman-teman bertujuan mengembangkan desa wisata Gamplong itu dengan cara menfasilitasi mereka seperti memberikan bimbingan teknis outbound . Dalam bimbingan

Dokumen yang terkait

PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGAWASAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN MOYUDAN KABUPATEN SLEMAN

5 25 90

GAMBARAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PENENUN ALAT TENUN BUKAN MESIN (ATBM) DI DUSUN GAMPLONG IV, GAMBARAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PENENUN ALAT TENUN BUKAN MESIN (ATBM) DI DUSUN GAMPLONG IV, SUMBER RAHAYU, MOYUDAN, SLEMAN.

0 3 13

PENDAHULUAN GAMBARAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PENENUN ALAT TENUN BUKAN MESIN (ATBM) DI DUSUN GAMPLONG IV, SUMBER RAHAYU, MOYUDAN, SLEMAN.

0 5 5

LANDASAN TEORI GAMBARAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PENENUN ALAT TENUN BUKAN MESIN (ATBM) DI DUSUN GAMPLONG IV, SUMBER RAHAYU, MOYUDAN, SLEMAN.

1 6 8

KESIMPULAN DAN SARAN GAMBARAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PENENUN ALAT TENUN BUKAN MESIN (ATBM) DI DUSUN GAMPLONG IV, SUMBER RAHAYU, MOYUDAN, SLEMAN.

0 2 14

ANALI ANALISI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA PENGRAJIN (Studi Kasus pada Centra Industri Kerajinan Ayaman dan Tenun ATBM di Desa Gamplong Kelurahan Sumber Rahayu Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011).

0 2 18

PENDAHULUAN ANALISI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA PENGRAJIN (Studi Kasus pada Centra Industri Kerajinan Ayaman dan Tenun ATBM di Desa Gamplong Kelurahan Sumber Rahayu Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011).

0 4 13

TINJAUAN PUSTAKA ANALISI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA PENGRAJIN (Studi Kasus pada Centra Industri Kerajinan Ayaman dan Tenun ATBM di Desa Gamplong Kelurahan Sumber Rahayu Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2011).

0 2 19

Peran Koperasi dalam Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada Sentra Industri Kecil Kerajinan dan Anyaman Tenun Bukan Mesin di Desa Gamplong, Kelurahan Sumber Rahayu, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman.

0 2 33

KONTRIBUSI JUMLAH MODAL, TENAGA KERJA, DAN BAHAN BAKU TERHADAP HASIL PRODUKSI INDUSTRI TENUN TRADISIONAL DI DESA GAMPLONG SUMBER RAHAYU KECAMATAN MOYUDAN KABUPATEN SLEMAN

0 0 115