81 Bapak “GN” selaku peserta bimbingan teknis
outbound juga menyatakan sebagai berikut :
“Jadi yang waktu pelatihan outbounditu yang jadi
narasumbernya ya dari Pak “SR”, Pak “PW” dan teman- teman yang lain itu mbak. Ya mereka menjelaskan hal-hal
tentang outbound, permainan-permainan juga mereka yang
mandu” Bapak GN : Warga, CW 4.8, Lamp hal 161. Pernyataan di atas juga diperkuat dengan pendapat dari Ibu “IS” sebagai
berikut : “Kalau Pak “SR” dan kawan-kawan itu yang jadi pelatih waktu
pelatihan outbound itu mbak, kalau yang memasak itu beda
lagi” Ibu IS : Warga, CW 5.8, Lamp hal 167. Dari hasil wawancara dengan warga Dusun Gamplong di atas, dapat
disimpulkan bahwa pekerja sosial juga berperan sebagai pelatih dalam bimbingan teknis
outbound. Dalam perannya sebagai pelatih pekerja sosial menjalankan tugas yaitu memberikan arahan untuk mengawali kegiatan
outbound, menjelaskan tentang permainan outbound, memandu dalam setiap permainan, dan menyampaikan kesimpulan refleksi yang bisa dipelajari dari
setiap permainan outboundyang dilakukan.
e. Pencari Narasumber
Pekerja sosial tidak selalu menjadi orang yang memberikan pelatihan, mereka membantu masyarakat untuk mendapatkan pihak yang dapat bertindak
sebagai pelatih. Sebagaimana peran pekerja sosial sebagai pencari narasumber, pekerja sosial berperan dalam membangun jaringan diantara masyarakat
dengan pihak-pihak terkait. Ibu “IS” mengungkapkan peran pekerja sosial sebagai pencari narasumber sebagai berikut :
82 “Waktu pelatihan memasak itu kami dikenalkan sama Pak
“BN” sama Pak “ABD” juga. Itu yang mengundang mereka dari
Pak “SR” kan untuk melatih kami. Kami juga diberi nomor HP nya nanti kalau butuh bantuan ya bisa minta tolong” Ibu IS :
Warga, CW 5.9, Lamp hal 167. Hal serupa didukung dengan pernyataan Bapak “WL” sebagai berikut:
“Iya jadi Pak “SR” itu juga yang mencarikan narasumber, waktu
itu beliau juga yang mengenalkan kami sama Pak “ABD” waktu pelatihan memasak itu. Jadi kalau kami butuh apa-apa untuk
membuat masakan itu bisa minta tolong sama beliau. Pak “SR” juga mengenalkan kami sama Pak “BN” yang jadi narasumber
pas hari kedua pelatihan memasak” Bapak WL : Warga, CW 3.9, Lamp hal 154.
Mendukung pernyataan Bapak “WL”, Bapak “GN” juga mengungkapkan sebagai berikut :
“Waktu pelatihan memasak itu kan ada yang jadi pembicara, ya itu yang
mendatangkan Pak “SR”“. Bapak GN : Warga, CW 4.9, Lamp hal 162.
Dari hasil wawancara dengan warga Dusun Gamplong 1 di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pekerja sosial dalam perannya sebagai penghubung dengan
narasumber bertugas untuk mendatangkan dan mengenalkan pelatih pada masyarakat ketika bimbingan teknis pengolahan pangan.
Pernyataan dari warga juga sejalan dengan yang disampaikan oleh pekerja sosial yaitu :
“Tugas kami sebagai pekerja sosial juga sebagai pencari narasumber yaitu kami mendatangkan Bapak “BN” Telo
sebagai narasumber untuk pelatihan pangan. Selain untuk mendapatkan sumber kami juga mendorong terbentuknya
jaringan kerjasama pihak luar dengan warga Dusun Gamplong, mendorong adanya jaringan, jaringan itu contohnya seperti
menghubungkan dengan dinas pariwisata” Bapak PW : Pekerja Sosial, CW 1.9, Lamp hal 132.
83 Mendukung pernyataan di atas, dalam wawancara dengan Bapak “SR”
mengungkapkan sebagai berikut : “Peran kami dalam
mendapatkan sumber contohnya berkaitan waktu itu kami menghubungkan dengan pihak yang
berkompeten dalam hal pengolahan pangan” Bapak SR : Pekerja Sosial, CW 2.9, Lamp hal 144.
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sebagai penghubung dengan narasumber yang dilakukan oleh pekerja sosial adalah mendatangkan
pelatih pada saat bimbingan teknis pengolahan pangan, selain itu pekerja sosial juga menjadi perantara antara warga Dusun Gamplong satu dengan pihak dinas
pariwisata supaya lebih terjalin kerja sama antara dengan dinas pariwisata dengan desa wisata Gamplong.
f. Perencana Kegiatan Kesejahteraan Sosial
Pekerja sosial merupakan penggerak masyarakat untuk melakukan suatu kegiatan. Pekerja sosial berperan dalam mengadakan kegiatan yang
bertujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Pekerja sosial dalam melaksanakan pendampingan didasarkan pada mandat Menteri Sosial dalam
diskusi terbuka yang mewajibkan supaya desa-desa di Indonesia menjadi desa yang mandiri dan produktif. Pendapat Ibu “IS” mengatakan tentang pekerja
sosial adalah sebagai berikut : “Pekerja sosial itu ya yang bekerjanya dibidang sosial seperti
membantu masyarakat, ya seperti Pak “SR” itu pekerja sosial mereka membantu kami dengan mengadakan pelatihan kepada
kami mbak. Jadi yang merancang pelatihannya dari Pak “SR”
itu kami tinggal terima jadi mengikuti kegiatan” Ibu IS : Warga, CW 5.4, Lamp hal 166.