85 diinginkan oleh warga” Bapak SR : Pekerja Sosial, CW 2.10,
Lamp hal 144. Sebagai penggiat program pendampingan desa mandiri dan produktif jelas
bahwa pekerja sosial juga terlibat aktif dalam perencanaan kegiatan. Sebelum diadakan bimbingan teknis, pekerja sosial bersama warga merumuskan konsep
kegiatan pelatihan yang akan dilaksanakan. “Sebagai perencana yang kami lakukan addalah mengadakan
pertemuan dengan warga untuk mengkonfirmasi keinginan mereka akan kebutuhan pelatihan tersebut, kemudian kami
melakukan pertemuan lagi untuk assesment kebutuhan pelatihan, selanjutnya kami bersama tim pekerja sosial yang
lain merancang desain kegiatan yang akan dilaksanakan untuk selanjutnya kami sosialisasikan terlebih dahulu dengan warga”
Bapak PW : Pekerja Sosial, CW 1.10, Lamp hal 133. Dari hasil wawancara dengan pekerja sosial di atas dapat disimpulkan
bahwa, pekerja sosial dalam perannya sebagai perencana kegiatan kesejahteraan sosial bertugas untuk mengadakan TNA atau analisis kebutuhan
pelatihan supaya mendapat gambaran pelatihan apa yang dibutuhkan warga, kemudian merancang desain pelatihan, dan sosialisasi pelatihan kepada warga
sebelum pelatihan atau bimbingan teknis tersebut dilaksanakan.
5. Hasil Pendampingan Desa Mandiri dan Produktif
Tujuan dari pendampingan desa mandiri dan produktif ini adalah agar masyarakat Dusun Gamplong lebih mengembangkan desa wisatanya. Demi
mengingkatkan kesejahteraan sosial warganya dengan hasil pendampingan yang diharapkan adalah meningkatnya kunjungan pariwisata ke Desa Wisata
Gamplong yang berdampak pada meningkatnya penghasilan warga. Kegiatan bimbingan teknis
outbound dilakukan supaya warga memiliki keterampilan
86 tentang
outbound dan nantinya dapat dipraktekkan kepada warga yang berkunjung ke desa wisata mereka. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Bapak “WL” sebagai berikut : “Manfaatnya ya kami bisa mengetahui cara-cara
outbound ya mbak, untuk hasilnya kemarin itu udah dipraktekkan untuk
mengajar outbound di SD Gamplong sini, rencananya supaya yang
dari SD juga ikut mempromosikan desa wisata ini. Rencananya juga kan saat ini baru bikin brosur, nanti di brosur itu juga diselipin
ada kegiatan outboundnya. Kalau yang memasak itu kemarin juga
udah dipraktekkan yang waktu ada rombongan dari SMK mana itu kesini terus konsumsinya yang ayam krispi itu. Mereka membantu
kami waktu ada masalah dengan pihak bank itu untuk pembuatan showroom bersama, jadi sekarang kami punya showroom bersama”
Bapak WL : Warga, CW 3.13, Lamp hal 156. Selain itu dampak dari kegiatan
outbound juga memberikan hiburan tersendiri bagi warga, sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak “GN”
sebagai berikut : “Ya yang
outbound itu bikin semangat, terus terhibur juga karena banyak permainan. Terus sekarang kami juga punya tim
outbound, nanti rencananya kalau misal jadi ada kegiatan
outbound buat pengunjung kan sudah ada yang jadi penanggung jawabnya. Kalau
prakteknya yang outbound itu udah pernah dilakukan tapi baru
sekali ke SD Gamplong sini mbak. Manfaatnya ya bisa nambah pengetahuan, pengalaman, terus bisa buat promosi juga” Bapak
GN : Warga, CW 4.13, Lamp hal 163. Berbeda dengan Ibu “IS” yang mengikuti kegiatan bimbingan teknis
pengolahan pangan, beliau mengungkapkan hasil yang dirasakan setelah mengikuti kegiatan pendampingan dari pekerja sosial sebagai berikut :
“Manfaatnya ya saya jadi bisa bikin ayam krispi mbak, selain buat konsumsi pengunjung juga buat dimakan sendiri. Itu mbak siapa
itu udah bikin terus buat dijual, bisa buat nambah penghasilan. Nambah pengetahuan juga tentang resep-resep masakan” Ibu IS :
Warga, CW 5.13, Lamp hal 169.
87 Dari hasil wawancara dengan warga di atas dapat disimpulkan
bahwa hasil yang dirasakan warga dengan adanya pendampingan desa mandiri dan produktif yaitu warga memperoleh pengetahuan dan
keterampilan tentang cara-cara permainan outbound, warga sudah
memraktekkan kegiatan outbound di SD Gamplong hal tersebut bertujuan
untuk memromosikan bahwa di Desa Wisata Gamplong tersedia fasilitas kegiatan
outbound, masyarakat merasa terhibur dengan adanya kegiatan outbound dan menjadi lebih bersemangat, kemudian berkat bimbingan teknis
pengolahan pangan ibu-ibu mengetahui resep-resep masakan dan bisa dipraktekan untuk dibuat makanan suguhan atau dijual kembali sehingga bisa
menambah penghasilan. Selain itu dengan adanya pendampingan warga merasa terbantu oleh pekerja sosial yang membantu dalam koordinasi dengan
pihak bank terkait masalah showroom bersama.
Sebagaimana hasil yang dirasakan oleh warga, pandangan pekerja sosial dalam keberhasil kegiatan yang telah mereka lakukan yaitu seperti
yang disampaikan sebagai berikut : “Kalau untuk keberhasilnnya mungkin masih belum kelihatan ya
mbak, soalnya kan kalau seperti itu pasti butuh proses yang lama juga dan pelatihannya nggak hanya sekali-dua kali. Tapi paling
enggak dari sananya sudah mau untuk diajak kearah yang lebih berkembang lagi dalam mengembangkan desanya, buktinya dari
mereka sendiri yang meminta pelatihan itu artinya ada kesadaran dari masyarakat untuk berkembang lebih baik, terus sekarang
dalam struktur organisasi kelompok mereka ada tim outboundnya”
Bapak PW : Pekerja Sosial, CW 1.21, Lamp hal 139. Serupa dengan pernyataan di atas, Bapak “SR” mengungkapkan pernyataan
sebagai berikut :