60 akan ada kelanjutannya mbak” Bapak SR : Pekerja Sosial, CW
2.11, Lamp hal 145. Berdasarkan hasil wawancara diatas, observasi dan dokumentasi
dalam rangka pendampingan desa mandiri dan produktif kegiatan yang telah dilaksanakan adalah bimbingan teknis
outbounddan bimbingan teknis pengolahan pangan.
a. Perencanaan
Pelaksanaan pendampingan desa mandiri dan produktif tidak terlepas dari proses perencanaan, pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi. Perencanaan
kegiatan pendampingan desa mandiri dan produktif bermula dari pertemuan pekerja sosial dengan warga Dusun Gamplong, sebagaimana yang sampaikan
oleh Bapak “PW” sebagai berikut : “Perencanaanya dimulai setelah pertemuan dengan warga untuk
membahas keinginan mereka untuk dilatih outbound, kemudian
pertemuan lagi dengan beberapa pengurus di Dusun Gamplong 1 untuk membahas tema dan konsep acara. Sebelumnya kami
melakukan koordinasi dengan Kepala Dukuh untuk perijinan mengadakan pelatihan bagi warga Dusun Gamplong. Setelah
pembahasan konsep kami mempersiapkan perlengkapan outbound,
menentukan jenis permainan yang akan diajarkan” Bapak PW: Pekerja Sosial, CW 1.12, Lamp hal 134.
Kemudian beliau juga menambahkan bahwa setelah kegiatan pertama pada perencanaan di atas dilaksanakan dilanjut dengan perencanaan kegiatan
yang kedua, sebagaimana pernyataan beliau sebagai berikut : “Setelah pelaksanaan bimbingan teknis
outbound itu kami mengadakan TNA Training Need Assesment atau analisis
kebutuhan pelatihan untuk pelatihan selanjutnya. Jadi setelah bimbingan teknis
outbound itu dari ibu-ibu ingin dilatih untuk memasak resep masakan yang variasi, ada yang ingin membuat
abon lele, dan resep-resep lain. Pekerja sosial menfasilitasi untuk diadakan TNA sehingga kami dapat menangkap maksud warga
61 ingin dilatih apa. Kegiatan TNA adalah diskusi, setelah TNA tim
peksos mulai untuk menyusun desan pelatihan, bagaimana konsep pelatihannya, menentukan siapa narasumbernya, menentukan
bagaimana susunan acaranya, dan tanggal waktu pelaksanaannya” Bapak PW : Pekerja Sosial, CW 1.12, Lamp hal 134.
Pernyataan di atas juga mendapat dukungan dari pernyataan Bapak “SR” sebagai berikut :
“Perencanaan pendampingan ada dua kegiatan bimbingan teknis outbound dan pengolahan pangan. Bimbingan teknis itu bermula
dari permintaan warga untuk dilatih outbound, kemudian kami
mengadakan pertemuan untuk mengkonfirmasi permintaan itu, selanjutnya selaku pekerja sosial meminta ijin terlebih dahulu
dengan pemerintah Desa Sumber Rahayu dan Dusun Gamplong terkait dengan perijinan mengadakan pelatihan, kemudian kami
melakukan pertemuan lagi dengan beberapa pengurus untuk membahas konsep dan tema acara, lokasi, dan bagaimana susunan
acaranya” Bapak SR : Pekerja Sosial, CW 2.12, Lamp hal 145. Beliau juga menambahkan pernyataan sebagai berikut :
“Setelah itu kami mengadakan TNA untuk bimbingan teknis selanjutnya yaitu pengolahan pangan. Kami mengadakan TNA
untuk mengetahui kebutuhan pelatihan ibu-ibu. Setelah TNA kami menyusun desain pelatihan itu seperti apa, menentukan tema dan
konsep acara, menentukan siapa narasumber, dan waktu pelaksanaanya” Bapak SR : Pekerja Sosial, CW 2.12, Lamp hal
145. Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa
perencanaan pendampingan desa mandiri dan produktif di Dusun Gamplong terdiri atas 1 Pertemuan dengan warga, 2 Koordinasi perijinan pengadaan
pelatihan dengan pemerintah Desa, 3 Analisis kebutuhan pelatihan atau TNA Training Need Assesment, 4 Penyusunan Desain Pelatihan, 5 Pembahasan
konsep kegiatan, susunan acara, penentuan narasumber, metode pelatihan, dan perlengkapan yang dibutuhkan.