Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Interaksi Sosial Anak Usia SD

14 Berdasarkan beberapa paparan ahli di atas, maka diketahui bahwa syarat- syarat interaksi sosial dalam penelitian ini meliputi kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial berlangsung dalam tiga bentuk yakni kontak sosial antarindividu, antara individu dengan kelompok, dan antarkelompok. Sedangkan komunikasi mencakup proses menyampaikan informasi dari komunikator pada penerima melalui pegetahuan, pembicaraan, gerak-gerik, sikap, perilaku, dan perasaan- perasaan sehingga menimbulkan tafsiran serta pengertian tertentu sebagai tujuan dari penyampaian informasi tersebut pada penerima.

3. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-bentuk interaksi sosial menurut Herimanto dan Winarno 2011: 54 meliputi akomodasi, kerja sama, persaingan, dan pertikaian. Terdapat interaksi sosial yang bersifat positif atau bersifat asosiatif, yakni interaksi sosial yang mengarah pada kerja sama antarindividu atau antar kelompok, meliputi kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi. Sedangkan interaksi sosial yang bersifat negatif atau bersifat disasosiatif merupakan interaksi sosial yang mengarah pada bentuk-bentuk pertikaian atau konflik seperti persaingan, kontroversi, dan permusuhan. Sedangkan Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati 2013: 64 menyebutkan bahwa bentuk-bentuk interaksi sosial meliputi kerja sama cooperation, persaingan competition, dan bahkan dapat berbentuk pertentangan atau pertikaian conflict. Berdasarkan penjelasan para ahli mengenai bentuk-bentuk interaksi sosial di atas, dapat diketahui bahwa interaksi sosial memiliki sifat asosiatif positif dan sifat disasosiatif negatif. Bentuk interaksi sosial yang bersifat asosiatif meliputi 15 kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi. Sedangkan bentuk interaksi sosial yang bersifat disasosiatif meliputi persaingan, kontravensi, pertikaian dan permusuhan.

4. Interaksi Sosial Anak Usia SD

Perkembangan sosial anak pada usia SD menurut Rita Eka Izzaty, dkk 2008: 113-115dipengaruhi oleh interaksi dengan keluarga dan teman sebaya serta guru di sekolah. Pengaruh teman sebaya bagi arah perkembangan sosial anak sangat besar, baik yang bersifat positif maupun negatif. Pengaruh positif dapat dilihat pada pengembangan konsep diri dan pembentukan harga diri. Anak-anak bisa merasakan dan menyadari bagaimana dan dimana kedudukan atau posisi dirinya saat berada di tengah-tengah teman sebaya. Sebaliknya, teman sebaya juga dapat membawa pengaruh negatif yang kerap diikuti dengan ancaman dan pemerasan. Pada masa ini, minat terhadap kegiatan kelompok sebaya mulai timbul dan keinginan untuk diterima dalam kelompoknya sangat besar. Anak berusaha agar teman-teman di kelompoknya menyukai dirinya. Sejalan dengan pendapat di atas, Hurlock 1980: 155-156 menjelaskan bahwa masa anak usia SD ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman- teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok. Seorang anak tidak puas bila tidak bersama teman-temannya. Sejak masuk sekolah hingga masa puber, keinginan untuk bersama dan untuk diterima dalam kelompok semakin kuat. Pengelompokan sosial atau yang biasa disebut dengan geng pada anak usia SD atau masa akhir kanak-kanak memiliki ciri-ciri, a kelompok bermain atau 16 teman baik yang dipilih karena dianggap serupa dengan dirinya sendiri dan memenuhi kebutuhan; b untuk menjadi anggota geng, anak harus diajak; c anggota geng terdiri dari jenis kelamin yang sama; d jumlah anggota geng meningkat seiring bertambah besarnya anak dan bertambahnya minat pada olahraga; e geng anak laki-laki sering terlibat dalam perilaku sosial buruk daripada anak perempuan; f kegiatan geng yang popular meliputi permainan dan olahraga, pergi ke bioskop dan berkumpul untuk berbicara atau makan bersama; g geng mempunyai pusat pertemuan; h mempunyai tanda keanggotaan, misalnya memakai pakaian yang sama;dan i pemimpin geng mewakili ideal kelompok dan hampir dalam segala hal lebih unggul daripada anggota-anggota yang lain. Interaksi sosial pada masa anak-anak akhir menurut Sutjihati Somantri 2006: 47-49 adalah sebagai berikut. a. Kepekaan terhadap penerimaan dan penolakan sosial. b. Kepekaan yang berlebihan. Kepekaan yang berlebihan diartikan sebagai kecenderungan untuk mudah tersinggung dan menginterpretasikan bahwa perkataan dan perbuatan orang lain sebagai ungkapan kebencian. c. Sugestibilitas dan kontra sugestibilitas. Sugestibilitas atau kemudahan dipengaruhi oleh orang lain, bersumber pada keinginan untuk mendapat perhatian dan penerimaan lingkungannya. Sedangkan kontra sugestibilitas merupakan kecenderungan untuk berpikir dan bertindak bertentangan dengan saran orang lain. Anak menunjukkan pemberontakan terhadap orang dewasa dengan menunjukkan kontradiksi dengan orang dewasa tersebut. 17 d. Persaingan. Persaingan pada masa anak-anak terungkap dalam tiga bentuk, yakni 1 persaingan di antara anggota kelompok untuk memperoleh pengakuan di dalam kelompok, 2 konflik di antara geng dengan geng yang menjadi saingan, dan 3 konflik antara geng dengan pihak masyarakat yang terorganisasi. e. Kesportifan. Merupakankemampuan anak untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan aturan permainan, bekerja sama dengan anak-anak lain dengan jalan mengesampingkan kepentingan individu dan meningkatkan semangat kebersamaan kelompok. f. Tanggung jawab, yakni keinginan untuk turut mengambil bagian dalam memikul beban. Kemampuan verbal dan keterampilan motorik anak yang semakin berkembang menyebabkan anak mulai belajar menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri dan juga masalah kelompok. g. Insight sosial. Merupakan kemampuan mengambil dan mengerti arti situasi sosial serta orang-orang yang terlibat di dalamnya. Kemampuan untuk memperoleh insight sosial dipengaruhi oleh a perbedaan jenis kelamin,dimana anak perempuan cenderung lebih matang dibanding dengan anak laki-laki, b kecerdasan, c status anak dalam kelompok, dan d kepribadian anak. h. Diskriminasi sosial. Anak-anak menunjukkan sikap bahwa anggota kelompok mempunya nilai yang sama tetapi orang-orang yang tidak menjadi anggota kelompoknya mempunyai nilai yang lebih rendah. Perbedaan itu dapat disebabkan oleh agama, ras, taraf sosial, ekonomi, dan sebagainya. 18 i. Prasangka. Prasangka terbentuk melalui beberapa cara, yaitu a pengalaman yang tidak menyenangkan ketika berinteraksi dengan suatu kelompok, b nilai-nilai kultur yang diterima begitu saja, c imitasi dari orang tua, guru, teman seusia, d pendidikan yang diperoleh dari orang tua, guru, atau orang dewasa lainnya mengenai prasangka tertentu. Tahap perkembangan sosial anak usia SD 6-11 tahun bahwa pada masa itu anak sudah mampu mengerjakan tugas-tugas sekolah dan memiliki motivasi untuk belajar. Namun, anak usia ini juga masih memiliki kecenderungan kurang hati- hati dan menuntut perhatian Erikson, dalam Dwi Siswoyo, dkk, 2007: 114.Allen dan Marotz 2010: 177-209 menjelaskan bahwa interaksi sosial pada anak usia SD 7-12 tahun meliputi, a mampu bekerja sama;b bersifat terbuka dan senang bercanda;c senang mencari perhatian orang dewasa;c senang tampil di depan orang dewasa dan menantang mereka dalam suatu permainan;d bersikap cukup percaya diri;e meniru pakaian, gaya rambut, dan sikap dari tokoh olahraga dan selebritis yang popular;f bergabung dalam kelompok bermain dimana penerimaan oleh teman sangatlah penting;g mencari persahabatan berdasarkan kesamaan umur dan jenis kelamin dan mengkritik teman yang berbeda jenis kelamin;h senang menghabiskan waktu bersama teman-teman;i mencari persahabatan berdasarkan minat yang sama dan kedekatan;j mengerti dan menghargai kenyataan bahwa beberapa anak lebih berbakat dalam bidang tertentu;k masih terjadi perselisihan dan suka mengadu;l mudah menyalahkan orang lain atau menciptakan alibi untuk menjelaskan kekurangannya atau kesalahannya;m menganggap kritik sebagai serangan pribadi;n mudah frustasi 19 dan jengkel bila tidak mampu menyelesaikan tugas atau ketika hasilnya tidak memenuhi harapan;o menghadapi frustasi dengan ledakan emosi pada usia kelas rendah dan lebih sedikit ledakan emosi pada usia kelas tinggi; serta p menanggapi nama julukan dan godaan bila diprovokasi. Siswa SD memiliki kontak yang intensif dengan teman-teman sebaya. Interaksi dengan teman sebaya merupakan permulaan hubungan persahabatan dan hubungan dengan peer. Persahabatan pada anak SD pada umumnya terjadi atas dasar interes dan aktivitas bersama. Hubungan ini bersifat timbal balik dan memiliki sifat-sifat seperti saling pengertian, saling membantu, saling percaya, dan saling menghargai serta menerima Monks dan Knoers, 2006: 187. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, siswa SD lebih senang membentuk kelompok-kelompok dengan anggota yang dianggap serupa. Keinginan siswa untuk dapat diterima dalam kelompoknya sangat besar, sehingga seorang anak berusaha agar ia disukai oleh teman-temannya. Perbedaan agama, ras, taraf sosial, ekonomi, dan sebagainya kerap menjadi sebab seorang siswa tidak diterima dalam suatu kelompok tertentu.

B. Siswa Bekebutuhan Khusus