21 seusianya. Seorang anak dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang
kurang atau bahkan lebih dalam dirinya. Sejalan dengan pendapat di atas, Yani Meimulyani dan Caryoto 2013: 8
mengemukakan bahwa siswa berkebutuhan khusus yakni siswa yang memiliki perbedaan-perbedaan baik perbedaan interindividual maupun intraindividual yang
signifikan, dan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Siswa berkebutuhan khusus membutuhkan layanan dan atau pendidikan khusus untuk
mengembangkan potensinya. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
siswa berkebutuhan khusus yakni siswa yang mengalami penyimpangan baik dari segi fisik, mental, intelegensi, emosi, sosial, dan kepribadiannya. Penyimpangan
tersebut bisa merupakan penyimpangan ke bawah dimana siswa memiliki kemampuan yang labih rendah dibandingkan dengan siswa rata-rata dan
penyimpangan ke atas dimana siswa memiliki kemampuan luar biasa dibandingkan dengan siswa rata-rata. Oleh sebab itu, untuk mencapai
perkembangan yang optimal, anak membutuhkan layanan khusus sebab penyimpangan yang dialaminya.
2. Klasifikasi Siswa Berkebutuhan Khusus
Klasifikasi anak berkebutuhan khusus menurut Abdul Hadis 2006: 6 disesuaikan dengan jenis kelainan anak. Klasifikasi tersebut mencakup kelompok
anak yang mengalami keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar, gangguan emosional, kelainan fisik, kerusakan atau gangguan pendengaran,
22 kerusakan atau gangguan penglihatan, gangguan bahasa dan wicara, dan
kelompok anak yang berbakat. Kelainan fisik anak berkebutuhan khusus meliputi kelainan pendengaran,
kelainan anggota tubuh, kelainan penglihatan, kelainan mental, termasuk anak yang mempunyai kemampuan di atas normal seperti anak genius, gifted, dan anak
berbakat. Sementara anak kelompok di bawah normal yang terdiri dari anak mampu didik, mampu rawat, dan mampu latih. Ada pula sekelompok anak yang
disebut sebagai anak autistik yang sebagian dari mereka memiliki intelegensi normal atau bahkan di atas normal, namun mereka mengalami kelainan
kecerdasan yang tidak berkembang Mega Iswari, 2007: 4. Pengelompokkan anak berkebutuhan khusus menurut Dedy Kustawan
2013: 22-35 adalah sebagai berikut. a.
Anak Berkebutuhan Khusus Permanen yang Memiliki Kelainan 1
Anak tunanetra, yakni anak yang mengalami hambatan dalam penglihatan.
2 Anak tunarungu, yakni anak yang memiliki hambatan dalam
pendengaran atau kehilangan pendengaran meliputi seluruh gradasi atau tingkatan baik ringan, sedang, berat dan sangat berat yang
mengakibatkan pada gangguan komunikasi dan bahasa. 3
Anak tunawicara, yakni anak yang mengalami kesulitan bicara, yang bisa diakibatkan tidak kurang berfungsinya alat-alat bicara seperti rongga
mulut, bibir, langit-langit, pita suara, dan sebagainya.
23 4
Anak tunagrahita, yakni anak yang memiliki intelegensi yang signifikan berada di bawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam
adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan. 5
Anak tunadaksa, yakni anak yang mengalami ganggguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuromuscular dan struktur tulang yang
bersifat bawaan atau akibat kecelakaan, termasuk cerebral palsy, amputasi amputi polio, dan lumpuh.
6 Anak tunalaras, yakni anak yang mengalami gangguan dalam
mengandalikan emosi dan perilaku atau control sosial. Anak tunalaras biasanya menunjukkan perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan
norma dan aturan yang berlaku di sekitarnya. 7
Anak berkesulitan belajar, yakni anak yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan
penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat mempengaruhi kemampuan berpikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan
karena gangguan persepsi, braininjury, disfungsi minimal otak, dyslexia, dan afasia perkembangan.
8 Anak lamban belajar slow learner, yakni anak yang memiliki potensi
intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita. Anak mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, merespon
rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibandingkan dengan anak tunagrahita.
24 9
Anak autis, yakni anak yang mengalami gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan interaksi sosial.
10 Anak dengan gangguan motorik, yakni anak yang memiliki hambatan
berat dalam perkembangan koordinasi motorik, yang tidak disebabkan oleh retardasi mental, gangguan neurologis yang didapat maupun
congenital. 11
Anak korban penyalagunaan narkoba, obat terlarang, dan zat aditif lainnya.
12 Anak tunaganda, yakni anak yang memiliki dua kelainan atau lebih.
13 Anak dengan kelainan lain, misalnya anak dengan gangguan konsentrasi
dan gangguan hiperaktif. b.
Anak Berkebutuhan Khusus Permanen yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan atau Bakat Istimewa
Anak yang memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa adalah anak yang secara signifikan memiliki potensi di atas rata-rata dalam bidang
kemampuan umum, akademik khusus, kreativitas, kepemimpinan, seni, dan atau olahraga.
c. Anak Berkebutuhan Khusus Kontemporer
Anak berkebutuhan khusus kontemporer adalah anak yang memiliki hambatan belajar dan perkembangan yang penyebabnya berasal dari luar
dirinya yang bersifat temporer atau sementara sehingga memerlukan pendidikan layanan khusus.
25 Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa klasifikasi siswa berkebutuhan khusus mencakup 1 kelompok anak yang mengalami keterbelakangan mental, termasuk diantaranya tunagrahita dan
autistik; 2 ketidakmampuan belajar, meliputi slow learner, siswa berkesulitan belajar, siswa mampu didik, dan siswa mampu latih; 3 gangguan emosional,
seperti tunalaras; 4 kelainan fisik, meliputi tunanetra, tunarungu, tunadaksa, siswa dengan gangguan motorik, dan tunawicara; 5 kelompok anak yang
berbakat, meliputi siswa genius dan gifted; 6 siswa yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba; serta 7 siswa tunaganda.
C. Interaksi Sosial Siswa Berkebutuhan Khusus