Berselisih dengan Teman Interaksi Sosial Siswa Berkebutuhan Khusus di SD Negeri Jlaban

94 Siswa slow learnerdan siswa tunagrahita tidak mempermasalahkan agama, kondisi fisik, kecerdasan ataupun status sosial teman-temannya. Siswa rata-rata bersikap baik dan tidak menghindari siswa slow learner. Hal i ni diperkuat dengan pernyataan GPK bahwa, “Secara umum kalau untuk bermain dengan teman-temannya dari kelas dua sampai kelas lima itu baik. Tidak membeda-bedakan antara yang pandai dan yang kurang itu tidak ada. Terus beda agama juga nggak membeda- bedakan.” Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa slow learnerdan siswa tunagrahita bersikap baik terhadap semua siswa. Siswa slow learnerdan siswa tunagrahita tidak membeda-bedakan antara teman karena perbedaan agama, kondisi fisik, kecerdasan, maupun status sosialnya. Siswaslow learnerdan siswa tunagrahita pada umumnya menerima kehadiran teman-temannya. Begitu pula dengan siswa rata-rata, mereka menerima keberadaan siswa slow learnerdan siswa tunagrahita serta tidak menghindari berinteraksi dengan keduanya. Perkelahian yang kerap terjadi disebabkan karena kesalahpahaman, bukan karena perbedaan-perbedaan tersebut di atas.

g. Berselisih dengan Teman

1 Bertengkar dengan Teman Melalui Kontak Fisik Beberapa perselisihan yang dilakukan oleh siswa berkebutuhan khusus terjadi di SD Negeri Jlaban. Berdasarkan observasi ICP slow learner kelas II dan CM slow learner kelas II bertengkar karena ICP mencampur dua warna pastel milik CM yang dipinjamnya. Merasa tidak terima, CM menarik 95 kerah baju ICP dan terlihat ingin memukul. Namun teman-teman ICP dan CM yang lain segera memisahkan keduanya. Di hari yang lain, FB duduk di kursi yang sedang didorong oleh ICP menuju tempat duduknya sehingga menjadi berat. ICP menegur FB hingga FB marah dan memukul punggung ICP. ICPmengakui bahwa ICP sering berkelahi dengan teman-temannya karena diajak berkelahi. Hal ini dibenarkan teman-teman ICPbahwa ICP kerap bertengkar karena diganggu oleh teman-temannya. Guru kelas IIjuga mengungkapkan bahwa ICP lebih sering dipukul daripada memukul.ICP cenderung kalah saat berkelahi dengan teman-temannya. Penyebab perkelahian yang terjadi di kelas II umumnya karena kesalahpahaman. Berdasarkan beberapa catatan guru, ICP pernah dipukul oleh FB pada bagian perutnya. ICP juga tercatat pernah dipukul oleh FR di bagian dadanyaSementara OHR jarang terlihat berkelahi dengan teman-temannya. OHR jarang membuat masalah sehingga tidak pernah timbul perselisihan dengan temannya. Berdasarkan hasil observasi di kelas III, RNS slow learner terlihat menempeleng kepala temannya saat merasa tidak terima temannya menegur RNS yang gaduh di kelas. RNS mengaku pernah saling pukul dengan RTF namun RTF tidak melawan. Sementara teman-teman RNS mengatakan bahwa RNS pernah hampir memukul GVN namun GVN tidak memberikan perlawanan. Selain itu, RNS sering saling pukul dengan KV yang disebabkan RNS senang mengejek KV. Hal ini diperkuat dengan pernyataan guru kelas 96 III bahwa RNS sering bertengkar dan saling pukul dengan MND atau KV. Berbeda dengan DRA slow learner dan DRI slow learner, keduanya tidak pernah terlihat bertengkar dengan siswa lain. Teman-teman DRA dan DRI mengatakan bahwa keduanya sangat pendiam sehingga tidak pernah melakukan kekerasan di sekolah. Keduanya hanya pernah terlihat saling mencubit karena berebut sesuatu. Di kelas IV, NRW slow learner hampir setiap hari marah dengan beberapa temannya. Berdasarkan hasil observasi, NRW kerap terlihat mengepalkan tangannya pada siswa yang dianggap telah mengganggu NRW. NRW bahkan sempat memukul beberapa siswa dengan berkata-kata seperti “Ngopo koe Wani po pie koe? Ayo gelut”.Di hari lain, NRW masih sering terlihat memukul-mukulkan tangannya pada tubuh temannya yang dianggap mengganggu NRW. Beberapa siswa tampak berani melawan. NRW sering terlihat siap memukul temannya meski akhirnya tidak dilakukan. NRW juga mengakui bahwa NRW pernah berkelahi dengan temannya seperti berikut, “Pernah, saya pukuli, saya tindih. Sama AGG dulu pernah tak giniin sampai sininya benjol ”. Pernyataan di atas dibenarkan oleh teman-teman NRWbahwa NRW pernah memukuli perut temannya karena dipicu dengan aksi saling menjahili. Hal ini diperkuat dengan pernyataan guru kelas IVberikut , “Yo mukul pakai tangan, kalau nggak mukul ya nanti ya ngambil punya temannya apa, mungkin alat tulis”. Jadi dapat dikatakan bahwa NRW kerap melakukan 97 kekerasan saat berselisih dengan temannya sehingga beberapa siswa merasa takut pada NRW. Berbeda dengan NRW, NAS tunagrahita cenderung diam dan jarang membuat masalah yang memicu NAS melakukan kekerasan terhadap siswa lain.Selama peneliti melakukan penelitian, tidak terlihat aksi kekerasan yang dilakukan NAS kepada temannya atau pun sebaliknya. NAS mengakui bahwa dirinya pernah berkelahi namun hanya sekedar bercanda. Itu pun dilakukan karena diajak teman-temannya. Guru kelas IV membenarkan bahwa NAS jarang bertengkar meskipun pernah bertengkar dengan siswa perempuan hingga siswa tersebut menangis. Sementara MIR slow learner kelas V tidak pernah terlihat bertengkar dengan melibatkan kontak fisik atau kekerasan. Meskipun jarang terlihat melakukan kekerasan, teman-teman MIR mengungkapkan bahwa MIR penah saling pukul dengan RSY adiknya namun hanya sekedar bercanda. Hal ini didukung dengan pernyataan guru kelas V bahwa MIR tidak bernah bertengkar yang melibatkan kontak fisik dengan teman-temannya. Berdasarkan beberapa keterangan di atas, disimpulkan bahwa siswa slowlearnerseperti ICP, CM, RNS, dan NRW bertengkar melalui kontak fisik dengan cara saling pukul, mencengkeram, dan menempeleng karena siswa slow learner merasa terganggu. Sedangkan empat siswa slow learnerseperti OHR, DRA, DRI, dan MIR cenderung pendiam dan tidak bertengkar melalui kontak fisik dengan teman-temannya. Sementara siswa tunagrahita seperti 98 NAScenderung pendiam dan jarang membuat masalah sehinggaNAS tidak pernah bertengkar melalui kontak fisik. 2 Bertengkar dengan Teman Melalui Lisan Siswa berkebutuhan khusus di SD Negeri Jlaban kerap terlihat beradu mulut dengan teman-temannya. Di kelas II, CM slow learnersering terlihat saling bantah dengan teman-teman satu kelompok diskusinya karena perbedaan pendapat. CM juga sempat mengamuk ICP saat ICP mencampur pewarna CM sehingga ICP menangis.Di hari yang sama, ICP slow learner terlihat saling bantah dengan beberapa temannya saat cerita yang disampaikan ICP tidak dipercayai oleh temannya. Teman-teman ICP dan CM membenarkan bahwa keduanya sering marah-marah dengan siswa lain dan biasanya dilanjutkan dengan aksi saling pukul.Pernyataan di atas didukung oleh guru kelas II bahwa ICP dan CM seringkali beradu mulut. CM sering berbicara ceplas-ceplos sehingga menimbulkan adu mulut dengan teman- temannya. Berbeda dengan OHR yang cenderung pendiam sehingga tidak pernah terlihat beradu mulut. Seperti yang dikatakan oleh teman OHR, “Nggak. Dia nggak pernah berantem. Tapi walaupun dia berantem dia diem Bu”, OHR hanya diam saat terlibat perselisihan dengan teman. Di kelas III, RNS slow learner senang berbicara dan sering beradu mulut dengan temannya jika ada kesalahpahaman. Guru kelas III mengatakan bahwa RNS sering perang mulut dan pernah mengejek atau pun diejek temanya. Sedangkan DRA dan DRI belum pernah bertengkar baik secara fisik maupun lisan. Hal ini terbukti pada saat observasi, RNS berdebat dengan 99 salah satu temannya karena tidak mau disalahkan. RNS bahkan membantah sambil menggebrak meja. namun tidak terdapat perlawanan dari teman RNS. RNS juga kerap terlihat marah-marah terhadap GVN. Saat bermain kasti, RNS terlihat beradu mulut dengan beberapa teman laki-laki karena menduga ada kecurangan saat bermain. RNS mengamuk hingga RNS sendiri menangis. Berbeda dengan RNS, DRA dan DRI lebih sering terlihat diam selama berada di sekolah. Berdasarkan keterangan teman DRA dan DRI, keduanya tidak pernah terlihat bertengkar baik melalui fisik maupun lisan, bahkan tidak melawan saat diejek siswa lain. Di kelas IV,NRW slow learner kerap terlihat marah-marah pada siswa lain. Guru kelas IV menerangkan bahwa NRW senang berbicara ngawur dan seronok pada temannya. NRW sering beradu mulut dan terlibat saling ejek dengan siswa lain. Hal ini diakui NRW bahwa NRW sangat sering beradu mulut sehingga temannya marah-marah. Awalnya disebabkan NRW yang merasa diganggu terlebih dahulu. Sementara NAS tunagrahita, jarang terlihat beradu mulut dengan teman-temannya. selama pembelajaran, NAS cenderung diam dan tidak banyak berbuat ulah. Begitu pula saat istirahat, NAS bisa mengendalikan diri dengan tidak berbicara sembarangan yang dapat memicu siswa lain terganggu. MIR slow learner kelas V mengaku pernah beradu mulut dengan siswa lain sehingga ada teman yang memisahkan. Sementara selama peneliti melakukan observasi, MIR jarang terlihat berselisih secara lisan dengan teman-temannya. Hanya saja MIR kadang-kadang merasa kesal dan 100 memarahi teman yang mengganggunya selama jam pelajaran. Hal ini ditanggapi dengan wajar oleh teman-temannya, justru beberapa siswa tertawa.Menurut teman-teman MIR, MIR pernah beradu mulut dengan siswa lain seperti saling ejek. Kadang-kadang MIR yang mulai dulu, kadang- kadang teman MIR yang memulai, namun hal ini jarang dilakukan. Guru kelas V mengungkapkan bahwa MIR belum pernah bertengkar secara lisan dengan teman-temannya. Berdasarkan beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa empat siswa slow learnersering bertengkar melalui lisan seperti beradu mulut atau berdebat. Sedangkan empat siswa slow learnerlain cenderung pendiam sehingga tidak pernah terlihat bertengkar melalui lisan.Sementara siswa tunagrahita cenderung pendiam sehingga jarang terlihat berdebat atau bertengkar melalui lisan lainnya dengan teman baik di dalam maupun di luar kelas.

h. Menghadapi Kritik dan Kegagalan