Bergabung dalam Kelompok Bermain

69

d. Bergabung dalam Kelompok Bermain

1 Bergabung bersama Sekelompok Siswa di Luar Jam Pelajaran Kemampuan berinteraksi sosial siswa dapat dilihat dari kegiatan bersama teman-teman bermain. Interaksi sosial dapat terjadi apabila seseorang melakukan kontak dan komunikasi dengan orang lain sehingga orang lain tersebut memberikan respon kepada yang lainnya. Sebagian besar siswa berkebutuhan khusus di SD Negeri Jlaban mampu berbaur bersama teman-temannya diluar jam pelajaran. Siswa slow learner di kelas II merasa senang saat jam istirahat tiba. ICP biasanya akan berkumpul dengan beberapa temannya untuk bermain atau sekedar berbincang-bincang. ICP biasanya jajan di kantin lalu bermain dan bercanda dengan teman-temannya. Begitu pula dengan CM dan OHR, ketiganya tidak menyendiri saat jam istirahat. Berdasarkan hasil observasi, ICP dan OHR berkumpul bersama teman lainnya di bawah tiang bendera. Mereka bercanda dan menertawakan FB yang berakting seperti pemimpin upacara. ICP, OHR dan teman-temannya tampak berinteraksi secara wajar. ICP dan OHR diterima dengan baik dalam kelompoknya. Sementara CM tampak lebih fleksibel dalam berinteraksi dengan teman-temannya. CM tidak selalu terlihat bersama dengan kelompok yang sama. CM sering terlihat bersama OHR atau ICP saat membeli jajan di kantin, lalu CM berjalan-jalan sendiri sambil menyapa beberapa teman yang ditemui. CM kerap terlihat berbicara sendiri. Namun CM juga tidak jarang berkumpul bersama teman-teman perempuan di dalam kelas untuk 70 berbincang bersama. CM diterima baik oleh teman-temannya dan melakukan interaksi secara wajar. RNS slow learner kelas III, NRW slow learner kelas IV, dan MIR slow learner kelas V memiliki kemampuan berkomunikasi cukup bagus. Selama jam istirahat, ketiganya tidak pernah menyendiri. RNS selalu bermain bersama teman-temannya. Bahkan RNS yang mengajak teman-temannya bermain. Selain bermain, RNS juga kerap mengajak teman-temannya bercerita. RNS bermain petak umpet bersama teman-teman laki-laki sekelasnya di dekat mushola sekolah saat jam istirahat. RNS datang terakhir dan tampak ditunggu oleh teman-temannya sebelum memulai hompimpa. RNS mendapatkan giliran berjaga dan tampak gembira saat bermain bersama teman-temannya. NRW juga selalu berkumpul dengan teman-temannya saat di luar jam pelajaran. NRW sering terlihat bermain bersama beberapa temannya di dekat kolam belakang sekolah. Saat tiba jam istirahat, NRW langsung melakukan aktivitas bersama teman-temannya seperti bermain atau untuk bercanda bersama. NRW juga sering terlihat menceritakan banyak hal kepada teman- temannya selama jam istirahat. NRW selalu berusaha untuk berkumpul bersama teman-temannya saat jam istirahat. NRW langsung bergabung dengan beberapa siswa untuk bermain dan bercanda di sekitar kolam belakang sekolah. NRW bisa berkomunikasi secara wajar saat berkumpul dengan teman-temannya. Teman-teman NRW juga bersikap wajar dan tidak mempermasalahkan keberadaan NRW selama tidak ada masalah diantara dua 71 belah pihak. NRW bisa membaur dan menyesuaikan diri dengan kelompok bermainnya. Meskipun memiliki sifat yang cenderung pendiam, MIR tetap berusaha untuk bergabung bersama teman-temannya saat jam istirahat. MIR bergabung dengan teman-teman laki-laki sekelasnya dan berkumpul bersama di dekat kantin sekolah. MIR tampak berinteraksi secara wajar dengan teman- temannya. Teman-teman MIR pun tidak mempermasalahkan keberadaan MIR diantara mereka. Berikut merupakan kutipan hasil wawancara peneliti terhadap guru kelas V, “Iya, sering berkumpul dengan teman-temannya. Sering, selalu t o? Tidak menyendiri kalau MIR”. Guru kelas V membenarkan bahwa MIR tidak pernah menyendiri saat jam istirahat dan selalu berkumpul dengan teman-temannya. Begitu pula dengan NAS tunagrahita, NAS selalu ikut berbaur dengan teman-temannya saat jam istirahat. NAS sering terlihat bermain dan bercanda bersama teman-teman laki-lakinya di dalam maupun di luar kelas. NAS tidak pernah terlihat menyendiri. NAS pun diterima dengan baik oleh teman- temannya dan sering diajak bermain serta bercanda bersama. Teman-teman NAS mengungkapkan bahwa NAS sering ikut bermain dan menyirami tanaman di sekitar kolam belakang sekolah. Hal ini diperkuat dengan penyataan guru kelas V berikut, “NAS ya juga bisa sosialisasi seperti biasa. Jadi bisa dengan temannya, bisa ngobrol biasa. Tidak ada kelainan kalau istirahat itu. Itu bisa saya katakan karena apa? Karena tidak ada teman yang ngadu pada waktu istirahat. „Woo, NAS mengganggu kalau istirahat‟ itu 72 belum pernah. Kemudian si NAS demikian juga „O NAS ini kalau istirahat hanya di dalam kelas terus ‟ atau nggak mau istirahat itu yo nggak” Lain halnya dengan DRA dan DRI yang hanya diam menyendiri saat diluar jam pelajaran. DRA dan DRI jarang berbaur dengan teman-temannya. DRA terlihat duduk-duduk bersama beberapa siswa perempuan di depan ruang kelas III dan DRI berdiri di dekat pintu ruang kelas III tidak jauh dari teman-temannya. Meski berada dekat dengan teman-temannya, DRA dan DRI tidak melakukan komunikasi sedikit pun. DRA dan DRI hanya diam sambil menyaksikan teman-temannya bercanda. Tidak ada respon apapun dari teman-temannya. Teman-teman DRA dan DRI terlihat membiarkan keberadaan DRA dan DRI namun tidak mengajak berbicara atau pun bercanda. Apabila ada teman yang mengajak berbicara, DRA dan DRI hanya menjawab seperlunya dengan suara yang sangat pelan. DRA dan DRI hampir selalu terlihat hanya diam berdua selama jam istirahat. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa siswa slow learnerbergabung dengan teman-temannya saat diluar jam pelajaran untuk bermain atau bercanda. Teman-teman siswa slow learner menerima keberadaan siswa slow learner dan berinteraksi secara wajar. Namun ada dua siswa slow learnerseperti DRA dan DRI yang diam menyendiri saat diluar jam pelajaran tanpa melakukan komunikasi dengan teman-temannya.Teman-teman DRA dan DRI cenderung mendiamkan Sedangkan siswa tunagrahita mampu berbaur dengan teman-temannya saat di luar jam pelajaran. Siswa tunagrahita tidak menyendiri dan sering diajak 73 teman-temannya bermain serta bercanda. Siswa tunagrahita berinteraksi dengan wajar serta diterima dengan baik oleh kelompok bermainnya. 2 Berkomunikasi secara Aktif dalam Kelompok Bermain Berkomunikasi menjadi salah satu syarat terjadinya interaksi sosial. Interaksi sosial siswa dapat dilihat dari bagaimana cara mereka berkomunikasi dengan teman-temannya serta respon yang didapatkan. Komunikasi seringkali menjadi masalah bagi beberapa siswa berkebutuhan khusus karena keterbatasan kemampuannya. Siswa berkebutuhan khusus di SD Negeri Jlaban memiliki kemampuan berkomunikasi yang beragam saat berkumpul bersama teman-temannya. Di kelas II, ICP slow learner dan CM slow learner memiliki kemampuan berkomunikasi cukup baik dengan teman-temannya. ICP dan CM merupakan siswa yang mampu berkomunikasi secara aktif dalam kelompok bermainnya. ICP kerap terlihat antusias bercerita tentang pengalamannya kepada teman-temannya. Teman-teman ICP biasanya bersedia mendengarkan dan memberikan tanggapan yang beragam. Beberapa teman menganggap ICP gaduh dan ada pula yang tidak mempercayai cerita ICP. Beberapa teman yang lain tampak terhibur dengan pembawaan ICP. CM sering mengajak teman-temannya bercanda meskipun dalam suasana mengerjakan tugas kelompok diskusi. Selain itu, peneliti juga pernah menyaksikan CM bermain dengan beberapa penggaris yang ia pinjam dari teman-temannya. CM seolah menjadi dalang yang menjadikan penggaris- penggaris itu sebagai tokoh cerita. Siswa lain tertawa dan memperhatikan 74 tingkah CM. Perlakuan siswa rata-rata terhadap ICP cukup baik. Teman- teman ICP dan CM pun tidak mempermasalahkan keberadaan keduanya dalam kelompok bermain. Berbeda dengan OHR slow learner yang cenderung pendiam. Saat berkumpul dengan teman-temannya pun OHR lebih banyak diam. OHR hanya memperhatikan teman-temannya bercanda. Berdasarkan hasil observasi, OHR cenderung diajak teman-temannya bercanda. Meski demikian, OHR tidak lantas banyak berbicara. OHR hanya tertawa dan menanggapi secukupnya. OHR juga pernah terlibat dalam permainan tembak kijang bersama beberapa temannya. OHR tampak mampu bermain sesuai dengan perannya. Teman-teman OHR bersikap baik dan menerima OHR dalam kelompok bermain. Di kelas III, RNS merupakan salah siswa slow learner yang mampu berkomunikasi aktif dalam kelompok bermainnya. Dalam beberapa observasi yang peneliti lakukan di kelas III, kerap terlihat bahwa RNS mampu mendominasi percakapan saat berkumpul bersama teman-temannya. RNS senang berbagi cerita kepada teman-temannya. RNS pun mendapatkan respon yang positif dari teman-teman bermainnya. RNS tampak selalu mampu berkomunikasi secara wajar bersama teman-temannya. Selain itu, RNS juga mampu berpartisipasi aktif dalam permainan kelompok. RNS tampak berusaha memberikan komando terhadap teman-teman satu timnya agar bisa bermain dengan benar. Hal ini diperkuat dengan informasi yang diperoleh 75 dari hasil wawancara terhadap GPK bahwa, “Kalau RNS biasanya mendominasi. Dia bisa buat ide-ide untuk bermain”. Berbeda dengan RNS, DRA dan DRI slow learner kelas III memiliki sifat yang sangat pendiam dan jarang berbicara dengan teman-temannya. Berdasarkan hasil observasi, DRA dan DRI tidak pernah berbaur dengan teman-temannya. Saat DRA dan DRI berada di dekat beberapa teman, DRA dan DRI sama sekali tidak menjalin komunikasi dengan teman-temannya. DRA dan DRI mengaku bahwa keduanya sering diam dan kadang-kadang siswa lain yang mengajak DRA dan DRI terlebih dahulu. Hal ini diperkuat dengan informasi dari hasil wawancara terhadap guru kelas III bahwa DRA dan DRI tidak pernah ikut berkumpul dengan teman-temannya. Meskipun banyak siswa di dekat DRA dan DRI, keduanya tidak mengajak berbicara atau bergabung untuk berbincang bersama. Sedangkan saat melakukan permainan kelompok. DRA dan DRI memiliki kemauan untuk berpartisipasi secara aktif. Namun teman-teman DRA dan DRI kadang-kadang kurang menerima dengan baik kinerja DRA dan DRI. Seperti pada saat bermain kasti di halaman sekolah, teman-teman DRA marah kepadanya karena DRA terlalu lambat. Kemampuan berkomunikasi DRA dan DRI sangat bertolak belakang dengan NRW slow learner kelas IV. NRW memiliki kemampuan berkomunikasi yang bagus dengan teman-temannya. Tidak hanya mendominasi percakapan, NRW kerap mengajak teman-temannya bermain. NRW terkenal ramai diantara teman-temannya. NRW selalu mendominasi 76 percakapan. NRW sering terlihat banyak berbicara baik saat di dalam maupun di luar pembelajaran. Teman-teman NRW menanggapi sikap NRW dengan cara yang beragam. Beberapa teman dekat NRW tampak antusias mendengarkan dan menanggapi NRW. Namun teman-teman lainnya kadang- kadang merasa terganggu karena NRW selalu bersuara keras saat berbicara. NAS tunagrahita cenderung pendiam. NAS tidak terlalu banyak berbicara saat berkumpul dengan teman-teman bermainnya. NAS perlu mendapat pancingan atau diajak bicara terlebih dahulu untuk bisa ikut berkomunikasi aktif. Apabila tidak diajak, NAS memilih diam dan memperhatikan teman-temannya bermain. Hal ini dibenarkan oleh teman NAS yang menyatakan berikut , “Jarang Bu. Orangnya kan pendiem. Sukanya cuma lihat”.Meski demikian, NAS diterima dengan baik oleh teman- temannya dalam kelompok bermain dan kerap diajak bergabung untuk bermain bersama. MIR slow learner kelas V cenderung pendiam saat berkumpul dengan teman-temannya. Berdasarkan hasil observasi, MIR sering terlihat diam meskipun teman-teman di dekatnya aktif membicaraan sesuatu. MIR lebih sering memposisikan dirinya sebagai pendengar dan kadang-kadang menanggapi seperlunya. Meskipun demikian, keberadaan MIR tampak tidak menjadi masalah bagi teman-temannya. Bahkan teman-teman MIR senang mengajak MIR untuk berbicara terlebih dahulu seperti pernyataan guru kelas V berikut, “Ya biasanya ngobrol-ngobrol. Tapi karena MIR itu pendiam ya yang ngajak bicara itu temennya”. MIR juga kurang mampu dalam 77 menciptakan ide-ide untuk bermain bersama teman-temannya. Sifat MIR yang pendiam menyebabkan MIR cenderung diajak berbicara daripada mengajak berbicara. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, empat siswa slow learnerseperti ICP, CM, RNS, dan NRW berkomunikasi aktif dan cenderung mendominasi dalam kelompok bermainnya. Siswa slow learner yang demikian ditanggapi positif oleh sebagian besar teman, namun beberapa teman kurang menyukai karena menimbulkan gaduh. Dua siswa slow learnerseperti OHR dan MIR tidak berkomunikasi aktif dalam kelompok bermain. Meski demikian, OHR dan MIR diterima dalam kelompok bermain dan cenderung diajak berkomunikasi.Sedangkan duasiswa slow learnerseperti DRA dan DRI tidak berkomunikasi sama sekali dengan teman-temannya. Siswa lain tidak banyak yang mengajak berbicara dan bahkan cenderung mendiamkan.Sementara siswa tunagrahita seperti NAS cenderung pendiam dan tidak banyak berkomunikasi dalam kelompok bermain sehingga teman- teman NAS mengajak bercanda. NAS pun diterima dengan baik oleh kelompok bermainnya.

e. Mencari Persahabatan Berdasarkan Kesamaan Umur dan Jenis