Senang Mencari Perhatian Interaksi Sosial Siswa Berkebutuhan Khusus di SD Negeri Jlaban

63 tunagrahita seperti NAS cenderung pendiam. NAS menceritakan pengalamannya dan ikut bercanda apabila ada siswa lain yang mengajak. Jika tidak, NAS hanya akan diam dan sibuk dengan aktivitasnya sendiri.

c. Senang Mencari Perhatian

1 Senang Tampil di Hadapan Umum Aspek kegiatan mencari perhatian dapat dilihat dari bagaimana siswa memiliki keberanian dan semangat untuk bisa tampil di hadapan umum. Di kelas II, siswa slow learner seperti ICP dan CM memiliki keberanian dan semangat untuk tampil di hadapan umum. CM berani tampil di hadapan umum saat guru olahraga memberikan pertanyaan kepada siswa “Mengapa anak- anak sangat ceria saat melakukan senam?”. Kemudian tampak CM berjalan maju menghampiri guru olahraga dan menjawab pertanyaan dengan percaya diri. CM memiliki kepercayaan diri yang bagus dan berani maju untuk tampil di depan kelas. Meski demikian, peneliti tidak menemukan aktivitas CM saat mengajukan diri maju ke depan kelas dan tampil di hadapan teman-temannya selama pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi, ICP terlihat sangat bersemangat saat guru memberikan tantangan kepada siswa untuk membaca di depan kelas. ICP mengantri di samping meja guru karena ingin cepat-cepat mendapatkan giliran membaca sementara. Semangat ICP untuk maju dan tampil di hadapan teman-temannya muncul kembali saat guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk menjadi dalang dan memainkan wayang di depan kelas. ICP tampak antusias dengan mengangkat jari tinggi-tinggi agar ditunjuk oleh guru 64 kelas. Namun ICP belum mendapatkan kesempatan memainkan wayang karena terpotong oleh materi pelajaran yang lain. Berbeda dengan ICP dan CM, OHR tidak pernah terlihat tampil di hadapan teman-temannya. OHR tidak pernah menerima tantangan guru untuk maju dan tampil di hadapan teman-temannya. OHR memilih diam ketika teman-teman yang lain bersemangat maju untuk tampil di depan kelas. Di kelas III, RNS slow learner, DRA slow learner, dan DRI slow learner tidak pernah maju dan tampil di hadapan teman-temannya saat pembelajaran. RNS mengaku malas maju ke depan kelas khususnya untuk membaca. Menurut teman RNS, RNS belum lancar membaca sehingga RNS tidak pernah maju dan tampil di depan kelas. Demikian halnya dengan DRA dan DRI, DRA dan DRI sangat pasif sehingga tidak pernah maju di hadapan teman-temannya kecuali disuruh oleh guru. Guru kelas III membenarkan bahwa DRA dan DRI tidak pernah maju ke depan kelas. Bahkan guru kelas III mengatakan “DRA DRI ya gitu, kalau disuruh maju ya kelat-kelot. Tapi nanti kalau sudah di depan dia mengerjakan sering terlambat…”. Penyataan tersebut menunjukkan bahwa DRA dan DRI tidak memiliki semangat untuk tampil di hadapan teman-temannya. Sementara itu, NRW slow learner kelas IV memiliki sifat yang bertolak belakang dengan DRA dan DRI. NRW senang tampil di hadapan teman-temannya selama pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi, NRW mengajukan diri untuk membacakan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Padahal ketika itu guru sudah ingin membahas materi pelajaran yang 65 lain. Namun karena NRW merasa belum menampilkan hasilnya, NRW menghampiri guru untuk meminta ijin membacakan hasil diskusi kelompoknya di depan. Di hari lainnya, NRW terlihat paling bersemangat untuk maju dan bernyanyi sebelum pulang sekolah. NRW tampak antusias dan mengacungkan jari meminta guru memulai giliran dari tempat duduknya. Sang guru pun mengabulkan permintaan NRW. NRW tampil bernyanyi di depan kelas meskipun terlihat sedikit malu, namun NRW bernyanyi dengan keras dan lantang. Hal ini diperkuat dengan pernyataan guru kelas IV saat melakukan wawancara dengan peneliti berikut, “Oh kalau itu, si NRW sering tunjuk jari dan maju. Meskipun pas di depan ya seperti itu, tapi ya lumayan…”. NAS tunagrahita memiliki sikap yang berbeda. NAS tidak pernah maju dan tampil di hadapan teman-temannya. NAS kerap terlihat diam dan sibuk sendiri di tempat duduknya. NAS baru akan maju ke depan kelas apabila ada perintah dari guru. Ketika membaca di depan kelas pun NAS bersuara sangat pelan sehingga tidak terdengar oleh teman-temannya. Hal ini dibenarkan oleh teman NAS saat berikut, “Nggak maju. Kalau nggak disuruh ya beneran nggak mau”. Guru kelas IV mengungkapkan hal yang sama seperti berikut, “Kalau NAS tidak pernah maju. NAS diam.” MIR slow learner kelas V cenderung pendiam sehingga juga jarang terlihat tampil di hadapan umum. MIR mengaku hanya akan maju ke depan kelas ketika disuruh oleh guru. Teman MIR mengatakan bahwa MIR jarang 66 maju dan tampil di depan kelas karena takut salah. Sikap MIR yang diam dan tidak memiliki kemauan untuk tampil di depan kelas membuat teman-teman MIR melaporkan MIR kepada guru agar MIR ditunjuk untuk maju ke depan kelas. Berikut merupakan pernyataan guru kelas V saat melakukan wawancar a dengan peneliti “Oh kalau nggak ditunjuk nggak. Kurang percaya diri dia itu”. MIR kurang memiliki kemauan serta semangat untuk tampil di hadapan teman-temannya. Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tiga siswa slow learnerseperti ICP, CM, dan NRW memiliki keberanian serta semangat untuk tampil di hadapan umum. Sedangkan lima siswa slow learnerlain cenderung pasif dimana hanya akan tampil di hadapan umum saat ada perintah dari guru. Sementara siswa tunagrahita seperti NAS lebih banyak diam di tempat duduknya dan tidak pernah mengajukan diri untuk tampil di hadapan teman-temannya. NAS bersedia maju dan tampil di depan kelas apabila ada perintah dari guru. 2 Merasa Senang Ketika Diminta Mengerjakan atau Melakukan Sesuatu Kegiatan mencari perhatian yang dilakukan siswa dapat dlihat dari seberapa sering seorang siswa berupaya ingin menjadi asisten bagi guru dan berjasa bagi teman-temanya. Siswa berkebutuhan khusus di SD Negeri Jlaban jarang melakukan kegiatan saling membantu antarteman ataupun berupaya untuk menjadi asisten guru. Siswa slow learner seperti OHR, DRA dan DRI merupakan siswa yang patuh. Ketiganya mau membantu guru ketika diperintahkan. Namun tidak 67 memiliki inisiatif untuk membantu apabila tidak disuruh. ICP, CM, RNS, NRW dan MIR biasanya juga akan membantu guru apabila ada perintah. CM langsung melaksanakan perintah guru untuk menutup pintu samping kelas meskipun tempat duduknya jauh dari pintu. Namun di hari yang lain, CM tidak memiliki inisiatif untuk ikut beberapa siswa membantu guru membagikan buku siswa yang sudah dikoreksi. Sebagian besar siswa slow learner hanya akan membantu guru apabila ada perintah. Siswa slow learner belum memiliki inisiatif untuk membantu atas inisiatif sendiri. Namun beberapa siswa seperti RNS dan NRW pernah melakukannya. RNS mengaku pernah membantu guru membawakan barang yang berat bersama teman- temannya. NRW juga pernah menawarkan diri untuk menggantikan guru menghapus papan tulis. Kegiatan saling membantu justru lebih sering dilakukan oleh siswa slow learner dengan teman-temannya. Siswa slow learner seperti OHR kelas III, DRA dan DRI kelas III sering diminta teman-temannya untuk membelikan jajan di kantin. Berdasarkan hasil observasi, OHR diminta seorang temannya untuk membelikan gorengan di kantin. OHR dengan segera menerima uang temannya lalu pergi ke kantin meskipun OHR baru saja kembali dari kantin. DRA dan DRI juga kerap pergi ke kantin untuk membelikan jajan teman yang menyuruhnya. ICP slow learner kelas II terlihat membantu FB untuk menyelesaikan lirik lagu Indonesia Raya karena FB belum hafal. ICP juga memastikanFB menulis liriknya dengan benar. Begitu pula RNS slow learner kelas III yang memberikan sedikit uang sakunya kepada salah satu 68 siswa kelas I yang lapar usai olahraga namun tidak memiliki uang saku untuk jajan. Sementara MIR slow learner kelas V mengajari teman sebangkunya yang meminta MIR menjelaskan tentang cara menulis huruf arab pada suatu ayat. MIR pun memastikan temannya memberiharakat pada huruf dengan benar. Sedangkan NAS tunagrahita tidak pernah terlihat melakukan kegiatan untuk membantu guru ataupun teman-temannya. NAS juga tidak memiliki inisiatif untuk membantu guru. NAS bersedia membantu apabila ada perintah dan sesuai dengan keinginannya. Teman-teman NAS juga mengatakan bahwa NAS belum pernah membantu guru. Sementara GPK menyatakan bahwa siswa berkebutuhan khusus bersedia membantu teman yang membutuhkan bantuan. Berdasarkan beberapa paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa slow learner bersedia melakukan kegiatan untuk membantu guru apabila ada perintah. Siswa slow learner juga membantu teman-temannya yang membutuhkan bantuan ketika disuruh, baik di dalam maupun di luar jam pelajaran. Sementara siswa tunagrahita hanya akan memberikan bantuan kepada guru dan teman apabila ada perintah. Siswa tunagrahita tidak berinisiatif untuk menjadi asisten guru atau siswa yang dibutuhkan teman- temannya. 69

d. Bergabung dalam Kelompok Bermain