19 dan jengkel bila tidak mampu menyelesaikan tugas atau ketika hasilnya tidak
memenuhi harapan;o menghadapi frustasi dengan ledakan emosi pada usia kelas rendah dan lebih sedikit ledakan emosi pada usia kelas tinggi; serta p
menanggapi nama julukan dan godaan bila diprovokasi. Siswa SD memiliki kontak yang intensif dengan teman-teman sebaya.
Interaksi dengan teman sebaya merupakan permulaan hubungan persahabatan dan hubungan dengan peer. Persahabatan pada anak SD pada umumnya terjadi atas
dasar interes dan aktivitas bersama. Hubungan ini bersifat timbal balik dan memiliki sifat-sifat seperti saling pengertian, saling membantu, saling percaya,
dan saling menghargai serta menerima Monks dan Knoers, 2006: 187. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, siswa SD lebih senang membentuk
kelompok-kelompok dengan anggota yang dianggap serupa. Keinginan siswa untuk dapat diterima dalam kelompoknya sangat besar, sehingga seorang anak
berusaha agar ia disukai oleh teman-temannya. Perbedaan agama, ras, taraf sosial, ekonomi, dan sebagainya kerap menjadi sebab seorang siswa tidak diterima dalam
suatu kelompok tertentu.
B. Siswa Bekebutuhan Khusus
1. Pengertian Siswa Berkebutuhan Khusus
Siswa atau peserta didik merupakan seseorang atau anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pendidikan Dwi
Siswoyo, dkk, 2007: 96. Sementara dalam pendidikan, istilah luar biasa atau kebutuhan khusus mengandung pengertian ganda, yakni mereka yang
menyimpang ke atas karena mereka memiliki kemampuan yang luar biasa
20 dibanding dengan orang normal pada umumnya dan mereka yang menyimpang ke
bawah, yakni penderita kelainan atau ketunaan serta kekurangan yang tidak diderita oleh orang normal pada umumnya. Anak luar biasa disebut anak
berkebutuhan khusus karena mereka membutuhkan bantuan layanan pendidikan, sosial, bimbingan dan konseling serta layanan lainnya yang bersifat khusus untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya Abdul Hadis, 2006: 5-6. Anak berkebutuhan khusus menurut Kirk, Heward, Orlansky dalam
Mohammad Efendi, 2009: 2adalah anak yang dianggap memiliki penyimpangan dari kondisi rata-rata anak normal, baik dalam hal fisik, mental, maupun
karakteristik perilaku sosialnya. UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 ayat 1 menyatakan bahwa siswa berkebutuhan
khusus merupakan peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan atau
memiliki kecerdasan dan bakat istimewa. Siswa berkebutuhan khusus merupakan anak yang menyimpang dari rata-
rata normal dalam hal ciri-ciri mental, kemampuan-kemampuan sensorik, fisik dan neuromuscular, perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi,
maupun komunikasi dua atau lebih dari hal-hal tersebut, sejauh ia memerlukan modifikasi dari tugas-tugas sekolah, metode belajar atau pelayanan terkait lainnya
yang ditujukan untuk mengembangkan potensi atau kapasitasnya secara maksimal Frieda Mangunsong, 2014: 4. Sementara itu, Dedi Kustawan dan Yani
Meimulyani 2013: 29 berpendapat bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak secara umum atau rata-rata
21 seusianya. Seorang anak dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang
kurang atau bahkan lebih dalam dirinya. Sejalan dengan pendapat di atas, Yani Meimulyani dan Caryoto 2013: 8
mengemukakan bahwa siswa berkebutuhan khusus yakni siswa yang memiliki perbedaan-perbedaan baik perbedaan interindividual maupun intraindividual yang
signifikan, dan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Siswa berkebutuhan khusus membutuhkan layanan dan atau pendidikan khusus untuk
mengembangkan potensinya. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
siswa berkebutuhan khusus yakni siswa yang mengalami penyimpangan baik dari segi fisik, mental, intelegensi, emosi, sosial, dan kepribadiannya. Penyimpangan
tersebut bisa merupakan penyimpangan ke bawah dimana siswa memiliki kemampuan yang labih rendah dibandingkan dengan siswa rata-rata dan
penyimpangan ke atas dimana siswa memiliki kemampuan luar biasa dibandingkan dengan siswa rata-rata. Oleh sebab itu, untuk mencapai
perkembangan yang optimal, anak membutuhkan layanan khusus sebab penyimpangan yang dialaminya.
2. Klasifikasi Siswa Berkebutuhan Khusus