46 1.
Unggul dalam bidang akademik non akademik. 2.
Unggul dalam keterampilan, seni, kerajinan serta olahraga. 3.
Unggul serta bisa menjadi teladan dalam bidang keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Santun dalam pergaulan, berbudaya, dan berakhlak mulia.
Guna mencapai visi tersebut, SD Negeri Jlaban memiliki misi-misi berikut. 1.
Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan intensif untuk mencapai tingkat ketuntasan dan daya serap yang tinggi.
2. Menumbuhkembangkan rasa cinta seni, terampil sehingga mampu berkarya
dan berkreasi. 3.
Menumbuhkan penghayatan dan pengalaman terhadap ajaran agama yang dianut, sehingga tercipta sekolah yang kondusif.
4. Membiasakan berperilaku santun dan menanamkan budaya disiplin, jujur, dan
bertanggung jawab.
B. Deskripsi Subjek Penelitian
Berdasarkan Surat Keputusan Nomor 800300KPTS2012 Tentang Penunjukkan Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif SPPI Dinas
Pendidikan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2012, SD Negeri Jlaban termasuk satu dari 33 sekolah yang ditunjuk sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif
di Kabupaten Kulon Progo. Di SD Negeri Jlaban terdapat 14 siswa berkebutuhan khusus yang tersebar
di setiap kelas. Data tersebut berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan oleh Klinik Psikologi dan Pendidikan SLB Negeri 1 Bantul serta Assesment
47 CenterYogyakarta kepada beberapa siswa. Berikut rincian jumlah siswa
berkebutuhan khusus di SD Negeri Jlaban. Tabel 5. Data Siswa Berkebutuhan Khusus di SD Negeri Jlaban
No Kelas Jumlah Siswa Jumlah ABK
Klasifikasi ABK 1.
I 25
2 -
2. II
27 4
Slow Learner 3.
III 29
3 Slow Learner
4. IV
21 2
Slow Learner Tunagrahita 5.
V 23
1 Slow Learner
6. VI
24 2
Slow Learner Tunadaksa Dari 14 siswa tersebut, peneliti hanya melakukan penelitian terhadap 9
siswa berkebutuhan khusus, yakni 2 siswa slow learner kelas II, 3 siswa slow learner kelas III, siswa slow learner dan siswa tunagrahita kelas IV, dan siswa
slow learner kelas V. Peneliti tidak melakukan penelitian terhadap siswa kelas I karena siswa yang bersangkutan masih dalam status prediksi serta belum
dilakukan asesmen terhadap siswa tersebut saat peneliti melakukan penelitian. Satu siswa yang tercatat sebagai siswa slow learner di kelas II juga tidak masuk
dalam subjek penelitian karena pihak sekolah telah memutuskan bahwa siswa yang bersangkutan sudah mampu mengikuti pembelajaran selayaknya siswa rata-
rata sehingga tidak dianggap sebagai siswa berkebutuhan khusus. Peneliti tidak melakukan penelitian di kelas VI karena siswa kelas VI sedang menjalani
bimbingan belajar intensif untuk mempersiapkan ujian nasional. Subjek penelitian berikutnya yaitu teman sebaya siswa berkebutuhan
khusus. Peneliti memilih beberapa siswa dari setiap kelas yang memiliki
48 hubungan cukup dekat dengan siswa berkebutuhan khusus di sekolah. Hal ini
dilakukan agar peneliti mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang interaksi sosial yang dilakukan siswa berkebutuhan khusus dengan teman-
temannya di sekolah.Subjek penelitian lainnya adalah guru kelas II sampai dengan kelas V. Guru kelas telah mengajar siswa berkebutuhan khusus secara intensif
dalam waktu yang cukup lama sehingga mengetahui aktivitas keseharian siswa berkebutuhan khusus di kelas yang diampu. Selain guru kelas, peneliti memilih
Guru Pendamping Khusus GPK sebagai subjek penelitian karena GPK lebih sering menangani siswa berkebutuhan khusus di SD Negeri Jlaban di sekolah.
C. Hasil Penelitian