77 menciptakan ide-ide untuk bermain bersama teman-temannya. Sifat MIR
yang pendiam menyebabkan MIR cenderung diajak berbicara daripada mengajak berbicara.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, empat siswa slow learnerseperti ICP, CM, RNS, dan NRW berkomunikasi aktif dan cenderung
mendominasi dalam kelompok bermainnya. Siswa slow learner yang demikian ditanggapi positif oleh sebagian besar teman, namun beberapa
teman kurang menyukai karena menimbulkan gaduh. Dua siswa slow learnerseperti OHR dan MIR tidak berkomunikasi aktif dalam kelompok
bermain. Meski demikian, OHR dan MIR diterima dalam kelompok bermain dan cenderung diajak berkomunikasi.Sedangkan duasiswa slow learnerseperti
DRA dan DRI tidak berkomunikasi sama sekali dengan teman-temannya. Siswa lain tidak banyak yang mengajak berbicara dan bahkan cenderung
mendiamkan.Sementara siswa tunagrahita seperti NAS cenderung pendiam dan tidak banyak berkomunikasi dalam kelompok bermain sehingga teman-
teman NAS mengajak bercanda. NAS pun diterima dengan baik oleh kelompok bermainnya.
e. Mencari Persahabatan Berdasarkan Kesamaan Umur dan Jenis
Kelamin
1 Bermain dengan Teman Satu Kelas Saja
Siswa sekolah dasar pada umumnya berkumpul dan berteman dengan anak-anak satu lingkungan serta berada dalam jenjang usia yang sama. Siswa
berkebutuhan khusus di SD Negeri Jlaban tidak berbeda dengan siswa rata-
78 rata lainnya. ICP slow learner kelas II dan OHR slow learner kelas II
mengaku sering bermain dengan teman-teman yang ada di kelasnya. Namun keduanya juga melakukan interaksi dengan beberapa siswa berbeda kelas.
Keduanya jarang melakukan interaksi dengan siswa kakak kelas dan cenderung berinteraksi dengan adik kelas. ICP kerap bermain dengan RF
siswa kelas I dan OHR mengatakan bahwa kadang-kadang OHR bermain dengan adik kelas. ICP dan OHR mendapatkan tanggapan yang baik dari adik
kelas saat melakukan interaksi. Berbeda dengan ICP dan OHR, CM slow learner kelas II jarang terlihat berinteraksi dengan siswa berbeda kelas.
Berdasarkan hasil observasi, tidak terlihat interaksi yang dilakukan CM bersama siswa berbeda kelas.
RNS slow learner kelas III, sering terlihat bermain bersama teman- teman satu kelasnya. RNS berkumpul dengan beberapa teman di dalam kelas.
RNS tampak mendapatkan tanggapan yang baik oleh teman-temannya. Saat RNS keluar kelas, RNS sempat menyapa beberapa siswa kelas II dan
mendapatkan respon yang positif dari adik kelasnya. Hari-hari yang lain tidak jauh berbeda dimana RNS selalu membaur bersama teman-teman sekelasnya.
Meski demikian, RNS kerap bermain bersama siswa kelas VI. Sebelumnya RNS mengatakan bahwa RNS sering diajak siswa kelas VI untuk bermain
bola. Bahkan RNS sering ikut dalam pertandingan bola siswa kelas VI. RNS mendapatkan perlakukan cukup positif dari kakak kelasnya. Teman RNS
mengatakan RNS pernah tinggal kelas sehingga bisa terlihat akrab dengan
79 kakak kelasnya. Begitu pula dengan adik kelas, RNS biasanya bermain
dengan beberapa siswa kelas II dan kelas I. Sementara DRA slow learner kelas III dan DRI slow learner kelas
III hanya terlihat menyediri di lingkungan sekitar kelas III. DRA dan DRI tidak pernah melakukan interaksi dengan siswa berbeda kelas. Bahkan DRA
dan DRI kurang mampu berkomunikasi dengan teman-teman satu kelasnya. DRA dan DRI hanya berkumpul berdua. Kadang-kadang ada beberapa teman
perempuan sekelasnya yang mendekati untuk mengajak berbicara. Namun hal itu jarang terjadi. Guru kelas III menyatakan bahwa DRA dan DRI sangat
pendiam dan tidak menjalin persahabatan dengan teman-temannya. DRA dan DRI tidak pernah berinteraksi dengan teman sekelasnya ataupun kakak kelas
dan adik kelas. NRW slow learner kelas IV berteman dengan banyak siswa, baik
dengan siswa satu kelas maupun siswa berbeda kelas. Berdasarkan hasil observasi, NRW sering terlihat bermain bersama teman-teman sekelasnya.
Selain itu NRW berbaur dan berinteraksi dengan siswa kelas II, kelas III, dan siswa kelas VI. Begitupun di hari yang lain, NRW kerap berjalan berkeliling
sekolah bersama beberapa teman dan melakukan interaksi dengan siswa dari kelas yang lainnya. Beragam ekspresi ditunjukkan oleh siswa yang ditemui
NRW. Sebagian siswa berkomunikasi dengan baik pada NRW, namun ada pula yang merasa jengkel karena NRW senang berbuat jahil. NRW biasanya
bertemu dengan siswa berbeda kelas ketika bermain di sekitar kolam belakang sekolah pada jam istirahat. Di sekitar kolam tersebut sering
80 berkumpul banyak siswa dari berbagai kelas. NRW sering terlihat
berinteraksi secara aktif bersama teman-temannya. Berdasarkan keterangan dari GPK dan teman-teman NRW, NRW pernah tinggal kelas. Hal ini
menyebakan NRW bisa berkomunikasi dan akrab dengan kakak kelas. Teman-teman NRW juga menjalin komunikasi yang baik bersama NRW,
namun merasa kesal ketika NRW mulai mengganggu. Berdasarkan hasil observasi, NAS tunagrahita hanya berkumpul dan
bermain bersama teman-teman sekelasnya. Sementara menurut pengakuan NAS yang didukung oleh teman sebaya, NAS kadang-kadang bermain
bersama kakak kelas maupun adik kelas. NAS pernah bermain dan berbincang dengan KV kelas III. Hal ini diperkuat dengan pernyataan guru
kelas IV berikut, “NAS berkumpul juga dengan temannya siapa saja. Tidak
punya geng dengan ini, ini, ini itu tidak. Dengan siapa saja, dengan kakak kelas dan dengan adik kelasnya, tapi tidak menyendiri gitu lho, tidak karena
di dalam kelas terus diam itu tidak . Bisa berbaur dengan siapa saja”. NAS
juga berinteraksi dengan wajar dan diterima dengan baik oleh teman- temannya.
MIR slow learner kelas V menjalin pertemanan dengan beberapa teman dari kelas yang berbeda. MIR mengaku sering bermain dengan siswa
laki-laki sekelasnya dan kakak kelas. MIR juga mengaku bermain dengan adik kelas, terutama siswa kelas IV dan mendapatkan tanggapan yang positif
dari teman-temannya. Namun setiap jam istirahat, MIR lebih sering terlihat berkumpul dengan teman-teman laki-laki sekelasnya di dekat kantin atau di
81 dalam kelas. Teman-teman MIR mengatakan bahwa MIR juga bermain bola
dengan siswa kelas VI, terutama yang laki-laki. Sementara hubungan MIR dengan adik kelas hanya kadang-kadang terlihat seperti bermain kejar-
kejaran. Guru kelas V menyatakan bahwa MIR juga bermain dengan siswa berbeda kelas, baik kakak kelas maupun adik kelas yang masih seumuran
dengan MIR seperti kelas IV dan kelas VI.Menurut penuturan GPK, MIR pernah tinggal kelas dua kali sehingga bisa berkomunikasi aktif dengan kakak
kelas. MIR mampu berinteraksi dengan wajar bersama teman-temannya baik teman sekelas maupun teman berbeda kelas. Teman-teman MIR menerima
kehadiran MIR dengan baik. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
siswa slow learnermenjalin persahabatan dengan siswa satu kelas karena memiliki jenjang usia yang sama. Tiga siswa slow learnerseperti RNS, NRW,
dan MIR juga menjalin persahabatan dengan kakak kelas maupun adik kelas. Dua siswa slow learnerseperti ICP dan OHRjuga menjalin persahabatan
dengan adik kelas. Teman-teman siswa slow learner bisa menerima kehadiran siswa slow learner dan melakukan interaksi secara wajar selama tidak merasa
terganggu. Sedangkan dua siswa slow learner seperti DRA dan DRI tidak menjalin persahabatan dengan kakak kelas dan adik kelas.Sementara siswa
tunagrahita seperti NAS pun menjalin persahabatan dengan siswa satu kelas maupun kakak kelas dan adik kelas. Teman-teman NAS menerima
keberadaan NAS dan melakukan interaksi secara wajar.
82 2
Bermain dengan Teman Lawan Jenis Siswa sekolah dasar biasanya memilih untuk berkumpul dengan teman-
teman dengan jenis kelamin yang sama. Begitu pula dengan siswa slow learnerdan siswa tunagrahita di SD Negeri Jlaban. Di kelas II, ICP slow
learner dan OHR slow learner lebih sering terlihat berkumpul dan berkomunikasi dengan siswa laki-laki. Namun, keduanya juga tidak
menghindari melakukan interaksi dengan siswa perempuan. OHR juga sering terlihat berjalan berdua dengan CM siswa perempuan. Begitu pula dengan
CM slow learner yang lebih sering terlihat berkumpul dengan siswa perempuan, namun juga melakukan interaksi dengan siswa laki-laki. Pada
beberapa kesempatan, CM kadang-kadang berjalan berdua bersama ICP atau OHR dari arah kantin. CM dan OHR juga pernah terlihat berbicara berdua di
depan ruang kelas II. Selain itu, CM pernah terlihat bermain kejar-kejaran dengan FB di dalam kelas. Antara CM dan teman-temannya mampu
berinteraksi dengan baik. Respon yang diberikan siswa rata-rata terhadap siswa slow learner di kelas II cukup wajar.
Sama halnya dengan siswa slow learner di kelas III, RNS, DRA, dan DRI lebih sering terlihat berkumpul dan bermain bersama teman dengan jenis
kelamin yang sama. Berdasarkan hasil observasi RNS selalu berkumpul bersama teman-teman laki-laki sekelasnya baik di dalam maupun di luar jam
pelajaran. Meski demikian, RNS terlihat tetap melakukan interaksi dengan siswa perempuan seperti mengajak berfoto atau sekedar berbincang-bincang.
Menurut guru kelas III, hubungan RNS dengan siswa perempuan hanya
83 sekedar perang mulut, seperti dalam kutipan wawancara berikut,
“Nggak. Ming sok istilahe perang mulut, olok-
olokan gitu lho”.Berbeda dengan RNS, DRA dan DRI cenderung berteman dengan siswa perempuan walaupun
sering terlihat duduk berdua tanpa melakukan interaksi dengan teman-teman perempuan maupun laki-laki. Hal ini dibenarkan oleh teman-teman DRA dan
DRI yang mengatakan, “Enggak. Takut bu sama anak laki-laki. Soalnya DRA
dan DRI kalau dikelas nggak berbuat apa-apa sering dimarah- marahin”.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas IV, NRW slowlearner lebih banyak berkumpul dan bermain dengan siswa laki-laki
baik di dalam maupun diluar jam pelajaran. Meski demikian, kadang-kadang NRW juga berinteraksi dengan siswa perempuan seperti ngobrol,
mengganggu serta menjahili siswa perempuan dengan berbagai cara. NRW kadang-kadang mengejek siswa perempuan atau menakut-nakuti binatang
seperti kepiting dan belalang. Hal di atas dibenarkan teman NRW yang berjenis kelamin perempuan dengan pernyataannya “Suka njahili Bu, NRW
tu”. Sementara NRW mengaku sering ngobrol-ngobrol dengan perempuan dan mendapatkan respon yang biasa saja dari siswa perempuan. Guru kelas
IV memperkuat penyataan NRW bahwa NRW senang bersenda gurau dengan siswa perempuan. Guru kelas IV mengatakan NRW berinteraksi secara wajar
dengan siswa perempuan. Berbeda dengan NRW, NAS tunagrahita lebih sering berkumpul
dengan teman-temannya yang berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan hasil observasi, NAS jarang terlihat berkomunikasi dengan siswa perempuan.
84 siswa perempuan pun jarang mengajak NAS berbicara. Namun apabila NAS
berbicara dengan siswa perempuan, teman NAS menanggapi dengan wajar. Guru kelas V mengungkapkan bahwa NAS baik terhadap siswa perempuan
dan tidak pernah mengganggu. Namun teman-teman NAS mengatakan bahwa NAS pernah ikut mengejek serta jahil dengan siswa perempuan.
MIR slow learner kelas V hanya sering terlihat berkumpul dan bermain dengan siswa laki-laki. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti
lakukan di kelas V, MIR kurang berinteraksi dengan siswa perempuan. Namun sesekali MIR tampak berbicara seperlunya dengan beberapa siswa
perempuan. Teman-teman MIR mengatakan bahwa MIR hanya kadang- kadang bermain dengan siswa perempuan. Sedangkan siswa perempuan di
kelas V jarang mengajak MIR berinteraksi. Berikut pernyataan guru kelas V yang memperkuat pernyataan-pernyataan sebelumnya
, “Nek interaksi ya kalau diajak ngomong ya
ngomong. Kalau nggak ya nggak”. Guru kelas V di atas mengatakan bahwa MIR juga berinteraksi dengan siswa perempuan.
Namun, MIR cenderung diajak berbicara terlebih dahulu. Jika tidak, MIR hanya diam dan tidak melakukan interaksi dengan siswa perempuan.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa slow learner di SD Negeri Jlaban lebih sering menjalin persahabatan
dengan teman berjenis kelamin sama. Meski demikian, siswa slow learner tidak menghindari berinteraksi dengan siswa lawan jenis. Siswa slow learner
laki-laki sering terlihat berinteraksi secara negatif dengan siswa perempuan seperti mengganggu dan berbuat jahil sehingga siswa perempuan sering
85 merasa kesal.Dua siswa slow learner seperti DRA dan DRI sama sekali tidak
menjalin persahabatan dengan siswa lawan jenis. Sementara siswa tunagrahita menjalin persahabatan denganteman sesama jenis kelamin dan
diterima baik oleh teman-temannya. Siswa tunagrahita jarang berkomunikasi dengan siswa lawan jenis. Siswa tunagrahita laki-laki hanya sering ikut siswa
lain mengejek dan jahil kepada siswa perempuan.
f. Menunjukkan Sikap Menghargai Teman