kedelai. Selanjutnya kecambah kedelai didinginkan dan dikeringkan pada suhu 55- 60
°
C pada oven selama 24 jam sampai kering. Kecambah yang telah kering digiling dengan Healthy mix dan diayak 80 mesh sehingga menghasilkan tepung yang
homogen. Dari 500 gr kacang kedelai diperoleh 1 kg kecambah kedelai kukus. Setelah
ditepungkan dan dikeringkan, berat tepung kecambah kedelai menjadi 500 gr.
3.5.2. Tahapan Kedua : Pembuatan Ransum
Ransum yang diberikan pada mencit terdiri atas 3 jenis ransum, yaitu : ransum P1, P2 dan P3. Selanjutnya dilakukan pengkodean sesuai dengan jenis ransum yang
digunakan. Pengkodean dapat dilihat pada tabel 3.1. dibawah ini.
Tabel 3.1. Pengkodean Perlakuan Berdasarkan Jenis Ransum yang Diberikan
Perlakuan Kode
Jenis Ransum 1
P1 Ransum Protein Whey
2 P2
Ransum TPLK 3
P3 Ransum TPL
Komposisi pembuatan ransum sesuai dengan penentuan PER in vivo berdasarkan ketentuan AOAC 1995 yang disajikan pada tabel 3.2.
Tabel 3.2. Komposisi Ransum untuk Penetapan PER In Vivo
Bahan Pakan Evaluasi Protein Diet Basal
Protein P = 1.60 × 100 N sampel
Minyak jagung 8 – [P × ekstrak eter100]
Campuran garam 5 – [P × abu 100
Campuran vitamin 1
Selulosa 1 – [ 1 - P × serat kasar 100
Air 5 – P × kadar air sampel
Sukrosa atau pati jagung Pembuat menjadi 100
Sumber : AOAC 1995 dalam Tejasari, 2005 Penyusunan ransum berdasarkan perhitungan komposisi ransum pada tabel
3.2. akan menghasilkan komposisi ransum yang disajikan pada tabel 3.3. berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.3. Komposisi Ransum untuk Perlakuan per 100 gram Ransum
Perlakuan Komponen gram
Protein Minyak Mineral Vitamin Selulosa
Air Pati
P1 12.50
7.94 4.57
1.00 0.96
3.60 69.43
P2 46.19
3.35 3.60
1.00 1.76
1.97 42.14
P3 55.25
1.43 4.17
1.00 1.93
1.61 34.62
1. Pembuatan Ransum P1
Pada penelitian ini digunakan ransum protein whey sebagai control P1.
Selama masa adaptasi, mencit diberikan ransum ini. Pembuatan ransum P1 diawali dengan mencampurkan bahan-bahan penyusun ransum control Tabel 3.2., kemudian
semua bahan diaduk sambil dipanaskan hingga membentuk pasta. Setelah masak, pasta dicetak membentuk pellet di talam pemanggang kemudian pellet dikeringkan di
oven pada suhu 55-60
°
C selama ±24 jam, setelah pellet kering dan dingin, simpan pellet pada wadah kering dan tertutup.
Pemilihan protein whey dari susu komersial merek dagang L-Men sebagai ransum control dikarenakan produk susu tersebut mengandung protein whey yang
memiliki kualitas protein baik, bahkan kualitas protein whey lebih tinggi dibandingkan kasein yang umumnya digunakan sebagai ransum control. Selain itu,
untuk campuran vitamin pada ransum control digunakan multivitamin merek dagang Fitkom dengan komposisi vitamin yang lengkap tercantum pada label kemasan.
2. Pembuatan Ransum P2
Tahapan pembuatan ransum P2 adalah sebagai berikut : 1
Campurkan tepung pisang awak dengan daging ikan lele dumbo dan tepung kecambah kedelai dengan perbandingan 1:2:4, lalu diaduk hingga homogen.
Letakkan adonan tersebut diatas talam pemanggang yang telah dilapisi kertas
Universitas Sumatera Utara
roti, kemudian ratakan dan keringkan adonan di dalam oven pada suhu 55- 60
°
C selama ±24 jam. Setelah kering adonan digiling menggunakan healthy mix hingga halus kemudian diayak hingga diperoleh tepung TPLK, setelah itu
simpan tepung di dalam wadah yang kering dan tertutup rapat. 2
Untuk pembuatan pellet TPLK sebagai Ransum P2 dilakukan dengan mencampurkan TPLK dengan air, minyak nabati, tepung susu, dan tepung
gula dengan perbandingan 100gr:100ml:10ml:10gr:10gr. Tahapan pemasakannya yaitu: siapkan bahan-bahan yang diperlukan, kemudian
panaskan bahan tersebut sambil diaduk hingga kental dan masak. 3
Setelah masak, pasta didinginkan dan dicetak berbentuk pellet. Setelah itu, pellet dikeringkan di oven pada suhu 55-60
°
C selama ±24 jam, setelah kering dan dingin, potong pellet berukuran ±1 cm.
4 Dari 100 gram TPLK dengan penambahan bahan lain menghasilkan pellet P2
seberat 130 gram. Penambahan bahan-bahan tersebut bertujuan untuk memperbaiki rasa dari tepung TPLK.
3. Pembuatan Ransum P3 Tahapan pembuatan Ransum P3 adalah sebagai berikut :
1 Campurkan tepung pisang awak dengan ikan lele dengan perbandingan 1:1,
lalu diaduk hingga homogen. Kemudian letakkan campuran homogen tersebut diatas talam pemanggang yang telah dilapisin kertas roti, ratakan dan
keringkan di dalam oven pada suhu 55-60
°
C selama ±24 jam. Setelah kering campuran tersebut digiling menggunakan healthy mix hingga halus kemudian
Universitas Sumatera Utara
diayak hingga diperoleh tepung TPL, setelah itu simpan di dalam wadah yang kering dan tertutup rapat.
2 Untuk pembuatan pellet TPL sebagai ransum P3 dilakukan dengan
mencampurkan tepung TPL dengan air, minyak nabati, tepung susu, dan tepung gula dengan perbandingan 100gr:100ml:10ml:10gr:10gr. Tahapan
pemasakannya yaitu: siapkan bahan-bahan yang diperlukan, kemudian panaskan bahan tersebut sambil diaduk hingga kental dan masak.
3 Setelah masak, dinginkan pasta dan cetak berbentuk pellet. Setelah itu,
keringkan di oven pada suhu 55-60
°
C selama ±24 jam, setelah kering dan dingin, potong pellet berukuran ±1 cm.
4 Dari 100 gram TPL dengan penambahan bahan lain menghasilkan pellet P3
seberat 120 gram. Penambahan bahan-bahan tersebut bertujuan untuk memperbaiki rasa dari tepung TPL. Skema pembuatan ransum P1, P2 dan P3
disajikan pada gambar 3.2. Setelah menyiapkan ransum yang akan diuji secara biologi, selanjutnya
dilakukan pemeliharaan mencit dengan pemberian ransum P1, P2 dan P3 tersebut selama 28 hari. Kemudian dilakukan pengukuran berat badan dan konsumsi mencit
selama 2 hari sekali serta pengumpulan feses dan urin mencit setiap hari selama 28 hari pengamatan terhadap ketiga perlakuan tersebut. Selanjutnya dilakukan
perhitungan nilai PER, BV dan NPU sebagai indikator analisis kualitas protein secara in vivo serta pengukuran nitrogen feses dan urin mencit.
Universitas Sumatera Utara
3.6. Persiapan Hewan Percobaan