Sampel Penelitian Persiapan Hewan Percobaan

- M TPL R TPL2 R TPL4 R TPL6 R TPL28 Fe 1 Fe 2 Fe 3 Fe 4 Fe 5 Fe 6 Fe 28 U 1 U 2 U 3 U 4 U 5 U 6 U 28 SM 2 SM 4 SM 6 SM 28 Keterangan : -M W : Mencit yang diberi Perlakuan P1; R W : Pemberian Ransum P1 tiap 2 hari selama 28 hari -M TPLK : Mencit yang diberi Perlakuan P2 ; R TPLK : Pemberian Ransum P2 tiap 2 hari selama 28 hari -M TPL : Mencit yang diberi Perlakuan P3 ; R TPL : Pemberian Ransum P3 tiap 2 hari selama 28 hari -Fe : Pengumpulan Feses mencit tiap hari selama 28 hari -U : Pengumpulan Urin mencit tiap hari selama 28 hari -BB : Pengukuran Berat Badan mencit tiap 2 hari selama 28 hari -SM : Pengukuran Sisa Makanan mencit tiap 2 hari selama 28 hari Gambar 3.1. Skema Rancangan Acak Lengkap Penelitian 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tahap pertama yaitu pembuatan tepung campuran beras-pisang awak masak yang divariasikan dengan ikan lele dumbo dan kecambah kedelai dilakukan di Laboratorium Gizi Pangan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya penelitian tahap kedua dilakukan di Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan BARISTAND untuk pengukuran nitrogen feses dan urin mencit. Penelitian dilakukan selama 3 bulan yaitu bulan Oktober–Desember 2013.

3.3 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berupa unit sample analysis yaitu protein whey sebagai ransum control P1, tepung campuran pisang awak masak dengan ikan lele dumbo dan tepung kecambah kedelai yang menghasilkan tepung Universitas Sumatera Utara TPLK sebagai ransum uji P2 dan tepung campuran pisang awak masak dengan ikan lele dumbo yang menghasilkan tepung TPL sebagai ransum uji P3. Pemberian ransum sesuai dengan kelompok mencit yang telah ditentukan. Ransum disediakan berbentuk pellet dengan berat 10 gram per 2 hari selama 28 hari, sehingga sampel yang digunakan sebanyak 840 gram untuk ransum TPLK dan TPL, sedangkan ransum whey yang digunakan sebanyak 1.380 gram dikarenakan ransum whey juga diberikan pada masa adaptasi mencit selama 6 hari. 3.4. Alat dan Bahan 3.4.1. Tahapan Pertama Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan tepung TPLK dan TPL yaitu: oven, healthy mix, spatula, alat pengukus, wadahbaskom, sendokcentong, kertas roti, pisau, dan ayakan . Bahan-bahan yang digunakan adalah pisang awak masak, ikan lele dumbo, kecambah kedelai, air, susu bubuk, minyak nabati, gula halus, dan daun.

3.4.2. Tahapan Kedua

Alat-alat yang digunakan dalam pengujian aktivitas protein pada tubuh mencit jantan adalah timbangan OHAUS, kandang pemeliharaan, botol minum, tempat pakan, wadah penampung urin dan feses mencit. Bahan yang digunakan adalah ransum Whey, tepung TPLK dan TPL. Bahan sebagai campuran ransum control yaitu: protein whey merek dagang susu L-Men, minyak nabati merek dagang Mazola corn oil, garam, vitamin mix merek dagang Fitkom, pati jagung merek dagang Hann stratch corn dan air. Universitas Sumatera Utara

3.5. Mekanisme Tahapan Penelitian

Penelitian ini diawali dengan pembuatan bahan dasar yaitu tepung beras- pisang awak masak, ikan lele, dan tepung kecambah kedelai. Setelah itu mempersiapkan ransum P1, P2 dan P3, kemudian dilanjutkan dengan analisis kualitas protein secara biologi terhadap ketiga perlakuan tersebut.

3.5.1. Tahapan Pertama : Pembuatan Bahan Dasar

Tahapan pembuatan bahan dasar tepung pisang awak masak, penyiapan daging ikan lele dumbo, dan pembuatan tepung kecambah kedelai adalah sebagai berikut : 1. Pembuatan tepung beras-pisang awak masak Pembuatan tepung pisang awak masak diawali dengan memilih buah pisang awak yang telah masak dan berwarna kuning dilanjutkan dengan mengupas pisang awak dari kulitnya lalu dicuci bersih dengan air mengalir kemudian iris pisang sekalian pisahkan serat dan biji yang ada pada pisang. Pisang awak yang sudah bersih kemudian di blender sampai halus. Pisang awak yang telah halus di timbang 100 gram. Setelah itu dicampurkan dengan tepung beras 50 gram atau perbandingan 2:1 hingga membentuk pasta. Kemudian pasta diletakkan di talam pemanggang hingga merata, setelah itu dipanaskan dalam oven pada suhu 55-60 ° C hingga kering. Setelah kering adonan di potong kecil-kecil dan digiling dengan healthy mix hingga berbentuk tepung, kemudian diayak 80 mesh hingga dihasilkan tepung pisang awak homogen. Universitas Sumatera Utara 2. Persiapan campuran daging ikan lele dumbo Untuk pemisahan daging ikan lele dumbo, diawali dengan menimbang ikan lele sebanyak 2kg dilanjutkan dengan mencuci ikan lele hingga bersih dan memberikan perasan jeruk nipis pada ikan lele untuk menghilangkan bau amis pada ikan lele. Kemudian ikan lele dikukus selama ±10 menit hingga empuk, setelah empuk ikan lele dipotong dan diambil bagian dagingnya dengan memisahkan ikan lele tersebut dari duri-duri dan tulang yang menempel pada daging ikan lele. Dari 2 kg ikan lele dumbo ukuran besar diperoleh 700 gram daging ikan lele dumbo yang dapat digunakan sebagai bahan campuran MP-ASI. 3. Pembuatan tepung kecambah kedelai Proses pembuatan tepung kecambah kedelai mengacu pada prosedur pembuatan kecambah oleh Astawan 2008 dan pembuatan tepung kecambah kedelai oleh Aminah, S. dkk 2012 dengan modifikasi. Tahapan pembuatan tepung kecambah kedelai diawali dengan pemilihan sortasi kacang kedelai kuning sehingga kedelai yang terpilih adalah kedelai yang baik, kemudian pencucian kedelai untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada kedelai, setelah itu dilakukan perendaman selama satu malam 8 jam. Selanjutnya kedelai dicuci dengan air mengalir, ditebarkan pada wadah yang dialasi daun dan ditutup dengan daun kembali. Dikecambahkan pada suhu ruangan selama 48 jam dengan penyiraman setiap 4-5 kali sehari. Kecambah kedelai yang terbentuk, diblanching dengan pengukusan pada suhu ±90 ° C selama ±5menit untuk memperbaiki aroma, rasa, dan tekstur dari kecambah Universitas Sumatera Utara kedelai. Selanjutnya kecambah kedelai didinginkan dan dikeringkan pada suhu 55- 60 ° C pada oven selama 24 jam sampai kering. Kecambah yang telah kering digiling dengan Healthy mix dan diayak 80 mesh sehingga menghasilkan tepung yang homogen. Dari 500 gr kacang kedelai diperoleh 1 kg kecambah kedelai kukus. Setelah ditepungkan dan dikeringkan, berat tepung kecambah kedelai menjadi 500 gr.

3.5.2. Tahapan Kedua : Pembuatan Ransum

Ransum yang diberikan pada mencit terdiri atas 3 jenis ransum, yaitu : ransum P1, P2 dan P3. Selanjutnya dilakukan pengkodean sesuai dengan jenis ransum yang digunakan. Pengkodean dapat dilihat pada tabel 3.1. dibawah ini. Tabel 3.1. Pengkodean Perlakuan Berdasarkan Jenis Ransum yang Diberikan Perlakuan Kode Jenis Ransum 1 P1 Ransum Protein Whey 2 P2 Ransum TPLK 3 P3 Ransum TPL Komposisi pembuatan ransum sesuai dengan penentuan PER in vivo berdasarkan ketentuan AOAC 1995 yang disajikan pada tabel 3.2. Tabel 3.2. Komposisi Ransum untuk Penetapan PER In Vivo Bahan Pakan Evaluasi Protein Diet Basal Protein P = 1.60 × 100 N sampel Minyak jagung 8 – [P × ekstrak eter100] Campuran garam 5 – [P × abu 100 Campuran vitamin 1 Selulosa 1 – [ 1 - P × serat kasar 100 Air 5 – P × kadar air sampel Sukrosa atau pati jagung Pembuat menjadi 100 Sumber : AOAC 1995 dalam Tejasari, 2005 Penyusunan ransum berdasarkan perhitungan komposisi ransum pada tabel 3.2. akan menghasilkan komposisi ransum yang disajikan pada tabel 3.3. berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 3.3. Komposisi Ransum untuk Perlakuan per 100 gram Ransum Perlakuan Komponen gram Protein Minyak Mineral Vitamin Selulosa Air Pati P1 12.50 7.94 4.57 1.00 0.96 3.60 69.43 P2 46.19 3.35 3.60 1.00 1.76 1.97 42.14 P3 55.25 1.43 4.17 1.00 1.93 1.61 34.62 1. Pembuatan Ransum P1 Pada penelitian ini digunakan ransum protein whey sebagai control P1. Selama masa adaptasi, mencit diberikan ransum ini. Pembuatan ransum P1 diawali dengan mencampurkan bahan-bahan penyusun ransum control Tabel 3.2., kemudian semua bahan diaduk sambil dipanaskan hingga membentuk pasta. Setelah masak, pasta dicetak membentuk pellet di talam pemanggang kemudian pellet dikeringkan di oven pada suhu 55-60 ° C selama ±24 jam, setelah pellet kering dan dingin, simpan pellet pada wadah kering dan tertutup. Pemilihan protein whey dari susu komersial merek dagang L-Men sebagai ransum control dikarenakan produk susu tersebut mengandung protein whey yang memiliki kualitas protein baik, bahkan kualitas protein whey lebih tinggi dibandingkan kasein yang umumnya digunakan sebagai ransum control. Selain itu, untuk campuran vitamin pada ransum control digunakan multivitamin merek dagang Fitkom dengan komposisi vitamin yang lengkap tercantum pada label kemasan. 2. Pembuatan Ransum P2 Tahapan pembuatan ransum P2 adalah sebagai berikut : 1 Campurkan tepung pisang awak dengan daging ikan lele dumbo dan tepung kecambah kedelai dengan perbandingan 1:2:4, lalu diaduk hingga homogen. Letakkan adonan tersebut diatas talam pemanggang yang telah dilapisi kertas Universitas Sumatera Utara roti, kemudian ratakan dan keringkan adonan di dalam oven pada suhu 55- 60 ° C selama ±24 jam. Setelah kering adonan digiling menggunakan healthy mix hingga halus kemudian diayak hingga diperoleh tepung TPLK, setelah itu simpan tepung di dalam wadah yang kering dan tertutup rapat. 2 Untuk pembuatan pellet TPLK sebagai Ransum P2 dilakukan dengan mencampurkan TPLK dengan air, minyak nabati, tepung susu, dan tepung gula dengan perbandingan 100gr:100ml:10ml:10gr:10gr. Tahapan pemasakannya yaitu: siapkan bahan-bahan yang diperlukan, kemudian panaskan bahan tersebut sambil diaduk hingga kental dan masak. 3 Setelah masak, pasta didinginkan dan dicetak berbentuk pellet. Setelah itu, pellet dikeringkan di oven pada suhu 55-60 ° C selama ±24 jam, setelah kering dan dingin, potong pellet berukuran ±1 cm. 4 Dari 100 gram TPLK dengan penambahan bahan lain menghasilkan pellet P2 seberat 130 gram. Penambahan bahan-bahan tersebut bertujuan untuk memperbaiki rasa dari tepung TPLK. 3. Pembuatan Ransum P3 Tahapan pembuatan Ransum P3 adalah sebagai berikut : 1 Campurkan tepung pisang awak dengan ikan lele dengan perbandingan 1:1, lalu diaduk hingga homogen. Kemudian letakkan campuran homogen tersebut diatas talam pemanggang yang telah dilapisin kertas roti, ratakan dan keringkan di dalam oven pada suhu 55-60 ° C selama ±24 jam. Setelah kering campuran tersebut digiling menggunakan healthy mix hingga halus kemudian Universitas Sumatera Utara diayak hingga diperoleh tepung TPL, setelah itu simpan di dalam wadah yang kering dan tertutup rapat. 2 Untuk pembuatan pellet TPL sebagai ransum P3 dilakukan dengan mencampurkan tepung TPL dengan air, minyak nabati, tepung susu, dan tepung gula dengan perbandingan 100gr:100ml:10ml:10gr:10gr. Tahapan pemasakannya yaitu: siapkan bahan-bahan yang diperlukan, kemudian panaskan bahan tersebut sambil diaduk hingga kental dan masak. 3 Setelah masak, dinginkan pasta dan cetak berbentuk pellet. Setelah itu, keringkan di oven pada suhu 55-60 ° C selama ±24 jam, setelah kering dan dingin, potong pellet berukuran ±1 cm. 4 Dari 100 gram TPL dengan penambahan bahan lain menghasilkan pellet P3 seberat 120 gram. Penambahan bahan-bahan tersebut bertujuan untuk memperbaiki rasa dari tepung TPL. Skema pembuatan ransum P1, P2 dan P3 disajikan pada gambar 3.2. Setelah menyiapkan ransum yang akan diuji secara biologi, selanjutnya dilakukan pemeliharaan mencit dengan pemberian ransum P1, P2 dan P3 tersebut selama 28 hari. Kemudian dilakukan pengukuran berat badan dan konsumsi mencit selama 2 hari sekali serta pengumpulan feses dan urin mencit setiap hari selama 28 hari pengamatan terhadap ketiga perlakuan tersebut. Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai PER, BV dan NPU sebagai indikator analisis kualitas protein secara in vivo serta pengukuran nitrogen feses dan urin mencit. Universitas Sumatera Utara

3.6. Persiapan Hewan Percobaan

Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan uji kualitas protein tepung campuran beras-pisang awak masak dengan ikan lele dumbo dan tepung kecambah Tambahkan 10 ml minyak nabati, 10 gram susu bubuk, 10 gram gula halus dan air Campurkan bahan- bahan hingga Panaskan adonan sampai mengental dan 100 gr Tepung campuran pisang awak masak , ikan lele dumbo dan kecambah kedelai Keringkan dalam oven pada suhu 55-60 ᴼ C Dinginkan pasta dan cetak berbentuk pellet Potong pellet ukuran 100 gr Tepung campuran tepung pisang awak masak dan ikan lele 12,5 gr Tepung Protein Whey Tambahkan 8 ml minyak jagung, 5 gr garam halus, 1 gr vitamin, 70 gr pati Campurkan bahan- bahan hingga Campurkan bahan- bahan hingga Panaskan adonan sampai mengental dan Panaskan adonan sampai mengental dan Dinginkan pasta dan cetak berbentuk pellet Dinginkan pasta dan cetak berbentuk pellet Keringkan dalam oven pada suhu 55-60 ᴼ C Keringkan dalam oven pada suhu 55-60 ᴼ C Potong pellet ukuran ±1 Potong pellet ukuran ±1 Pellet Ransum P2 Pellet Ransum P3 Pellet Ransum P1 Gambar 3.2. Skema Pembuatan Ransum P1, P2 dan P3 Universitas Sumatera Utara kedelai yang terdiri dari 7 perlakuan, akan tetapi peneliti hanya mengamati 3 perlakuan saja. Jumlah hewan prcobaan di hitung berdasar rumus Federer : t-1 n-1 ≥ 15. t = jumlah perlakuan dalam hal ini ada 3 kelompok perlakuan n = jumlah ulangan perkelompok, 7-1 n-1 ≥ 15 6n-1 ≥ 15 6n-6 ≥ 15 6n ≥ 15 + 6 n ≥ 216 n = 3 maka jumlah n yang diharapkan adalah 3 kali sehingga jumlah keseluruhan hewan uji yang diperlukan dalam penelitian ini 3 perlakuan adalah sebanyak 9 ekor dan utuk menjaga adanya kematian dalam penelitian hewan yang digunakan ditambahkan 3 ekor setiap kelompok sehingga jumlah total mencit yang dibutuhkan sebanyak 18 ekor. Hewan percobaan yang dipergunakan adalah mencit jantan Mus muscullus usia sapih 23 hari strain swiss webster berjumlah 18 ekor, dengan berat badan 15-21 gram, berbadan sehat dan bersih. Setelah pemilihan dan penimbangan mencit, dilakukan pengacakan mencit kedalam 3 kelompok tabel 3.4.. Pengacakan dilakukan karena tidak ada syarat khusus untuk tiap kelompok perlakuan, sehingga Universitas Sumatera Utara hasilnya representatif sesuai dengan aturan penelitian. Sebelum pemberian ransum uji, hewan percobaan diadaptasikan selama 7 hari kemudian ditimbang berat badannya sebagai berat badan awal H , makanan dan minuman diberikan secara ad libitum selama penelitian. Mencit diletakkan pada kandang individual yang terbuat dari kawat kasa berbentuk persegi berukuran 20cm². Pemeliharaan mencit dilakukan di Laboratorium Pangan dan Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Laboratorium ini cukup memadai sebagai tempat pemeliharaan mencit dikarenakan cukup luas. Pemeliharaan berada pada lingkungan bebas bising, pada suhu 28-30 ᴼ C dan diatur pencahayaannya 12 jam terang, 12 jam gelap. Selama penelitian, mencit diberikan ransum sesuai dengan perlakuan yang diamati. Masing-masing kelompok perlakuan terdapat 6 mencit. kelompok pertama diberikan ransum P1 yang mengandung protein 10 sesuai ketentuan AOAC 1995 sebagai control, kelompok kedua diberikan ransum P2 dan kelompok ketiga diberikan ransum P3. Tabel 3.4. Pengelompokan Hewan percobaan Berdasarkan Perlakuan Kelompok Perlakuan P1 Diberikan Ransum P1 Protein Whey P2 Diberikan Ransum P2 TPLK P3 Diberikan Ransum P3 TPL 3.6.1. Pengukuran Parameter Uji Kualitas Protein Parameter yang diukur selama penelitian meliputi berat badan mencit dan konsumsi ransum. Pengukuran berat badan mencit dan penimbangan sisa makanan dilakukan setiap 2 hari selama 28 hari. Universitas Sumatera Utara Parameter yang akan dianalisis berikutnya yaitu feses dan urin yang dihasilkan. Penampungan feses dan urin dilakukan setiap hari. Feses dan urin ditampung menggunakan wadah yang dilapisi plastic untuk menghindari keringnya urin. Selanjutnya feses dan urin dikumpulkan didalam wadah kaca tertutup. Feses dan urin yang terkumpul akan dianalisis kadar proteinnya berupa kandungan nitrogen yang dihasilkan. Kadar nitrogen tersebut akan digunakan dalam perhitungan nilai BV dan NPU.

3.7. Analisis dan Pengolahan Data