Rumusan Masalah Manfaat Penelitian Ikan Lele Dumbo Clarias gariepinus

mudah dicerna menunjukan besarnya jumlah asam amino yang dapat diserap dan digunakan tubuh karena sebagian besar akan dibuang oleh tubuh bersama feses Muchtadi, 1989. Dengan demikian, penulis tertarik untuk menganalisis kualitas protein secara biologi pada campuran tepung beras-pisang awak masak yang divariasikan dengan ikan lele dumbo dan kecambah kedelai, dikarenakan manfaat yang dihasilkan dari nilai gizi yang terkandung pada ketiga pangan tersebut dalam pemenuhan gizi penting pada bayi dan balita usia 6-24 bulan. Selain itu, pemanfaatan pangan lokal juga bisa meningkatkan kelestarian terhadap budaya dan kecintaan produk dalam negeri. Untuk mengetahui mutu biologi protein tepung campuran beras-pisang awak masak yang divariasikan dengan ikan lele dumbo dan kecambah kedelai dapat menggunakan beberapa indikator yaitu: Protein Efficiency Ratio PER, Net Protein Utilization NPU dan Biological Value BV. Penentuan kualitas protein melalui indikator-indikator tersebut berdasarkan pengukuran aktivitas protein pada tubuh mencit jantan Mus musculus yang memiliki kemiripan fisiologis dan anatomis dengan manusia.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, permasalahan pada penelitian ini adalah: Bagaimana kualitas protein secara biologi pada tepung campuran beras- pisang awak masak yang divariasikan dengan ikan lele dumbo dan kecambah kedelai. Universitas Sumatera Utara 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas protein secara biologi pada tepung campuran beras-pisang awak masak Musa paradisiaca var. Awak yang divariasikan dengan ikan lele dumbo Clarias gariepinus dan kecambah kedelai Glycine max L. Merrill.

1.3.2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kualitas protein tepung campuran beras-pisang awak masak dengan ikan lele dumbo dan tepung kecambah kedelai TPLK. 2. Untuk mengetahui kualitas protein tepung campuran beras-pisang awak masak dengan ikan lele dumbo TPL.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan informasi ilmiah mengenai makanan lokal sebagai MP-ASI yang mudah disajikan. 2. Memberikan informasi mengenai kualitas dan daya cerna protein tepung campuran beras-pisang awak masak yang divariasikan dengan ikan lele dumbo dan tepung kecambah kedelai. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Makanan Bayi

Makanan bayi dan anak usia 6-24 bulan adalah terdiri dari Air Susu Ibu ASI dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu MP-ASI Depkes RI, 2006. ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi. ASI dapat diberikan kepada bayi sampai 6 bulan. Hanya dengan mengonsumsi ASI, seorang bayi dapat tumbuh kembang dengan baik. Susunan ASI tiap 100 ml mengandung 60-65 kalori, 1-1,2 gr protein, 2,5-3,5 gr lemak dan Rasio protein per kalori 7,7 Waluyo, 2010. WHO telah menetapkan bahwa ASI harus tetap diberikan eksklusif sampai 6 bulan dan MP-ASI harus mulai diberikan pada usia ini. Kebijakan ini juga telah disetujui di Inggris yang juga merekomendasikan agar makanan selain susu tidak diperkenalkan sebelum usia 4 bulan Barasi, 2009.

2.1.1. Makanan Pendamping Air Susu Ibu MP-ASI

Makanan Pendamping Air Susu Ibu adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Kandungan gizi adalah jumlah zat gizi terutama energi dan protein yang harus ada di dalam MP-ASI lokal setiap hari yaitu sebesar 250 Kalori, 6-8 gram protein untuk bayi usia 6 – 12 bulan dan 450 Kalori, 12 - 15 gram protein untuk anak usia 12 - 24 bulan. Kebutuhan gizi bayi usia 6-12 bulan adalah 650 Kalori dan 16 gram protein. Kandungan gizi ASI adalah 400 Kalori dan 10 gram protein, maka kebutuhan Universitas Sumatera Utara yang diperoleh dari MP-ASI adalah 250 Kalori dan 6 gram protein. Kebutuhan gizi bayi usia 12 – 24 bulan adalah sekitar 850 Kalori dan 20 gram protein. Kandungan gizi ASI adalah sekitar 350 Kalori dan 8 gram protein, maka kebutuhan yang diperoleh dari MP-ASI adalah sekitar 500 Kalori dan 12 gram protein. MP-ASI sebaiknya berasal dari bahan lokal yaitu MP-ASI yang diolah di rumah tangga atau di Posyandu, terbuat dari bahan makanan yang tersedia setempat, mudah diperoleh dengan harga terjangkau oleh masyarakat, dan memerlukan pengolahan sebelum dikonsumsi bayi Depkes RI, 2006. Pemberian MP-ASI penting untuk memenuhi kebutuhan bayi 6 bulan keatas. Beberapa alasan pentingnya diperkenalkan MP-ASI sebagai makanan tambahan bayi adalah: 1 penyedian lebih banyak energi dan nutrien agar kebutuhan pertumbuhan terpenuhi, 2 penyedian zat besi, karena cadangan yang disuplai sewaktu lahir telah menyusut, 3 stimulasi perkembangan: gerakan tangan ke mulut, perkembangan wajah dan rongga mulut bersifat esensial bagi kemampuan berbicara, 4 agar anak mampu mencerna, mengabsorbsi, dan mengekspresikan makanan lain, 5 perkembangan keterampilan sosial, makan bersama keluarga, dan 6 agar anak memperoleh kemampuan membedakan rasa Barasi,2009. Menurut laporan WHO tahun 2007, sekitar 1,5 juta anak meninggal karena pemberian makanan yang tidak benar. Kurang dari 15 bayi diseluruh dunia diberi ASI eksklusif selama 4 bulan dan seringkali pemberian MP-ASI tidak sesuai dan tidak aman. Hasil penelitian menunjukkan, gangguan pertumbuhan pada awal masa kehidupan anak usia di bawah 5 tahun balita antara lain akibat kekurangan gizi Universitas Sumatera Utara sejak dalam kandungan pertumbuhan gizi yang terhambat, pemberian MP-ASI terlalu dini atau terlambat, tidak cukup mengandung energi dan zat gizi terutama mineral, dan tidak berhasil memberikan ASI eksklusif Waluyo, 2010 Perkenalan MP-ASI yang terlalu dini juga dapat meningkatkan reaksi alergi karena belum sempurnanya saluran cerna, dan mungkin berhubungan dengan peningkatan resiko infeksi dada serta obesitas. Sedangkan jika perkenalan dilakukan terlambat, fase perkembangan kemampuan mengunyah akan terlewatkan sehingga terjadi kegagalan pertumbuhan akibat tidak terpenuhinya gizi. Suplemen tetes vitamin yang mengandung vitamin A, C, dan D direkomendasikan untuk semua anak dibawah usia 2 tahun di Inggris. Anak yang mengikuti persentil pertumbuhannya dan menyukai berbagai jenis makanan adalah indikator yang baik untuk keberhasilan penyapihan Barasi, 2009.

2.1.2. Pola Pemberian MP-ASI Menurut Umur

Pemberian MP-ASI baik jenis, porsi, dan frekuensinya tergantung dari usia dan kemampuan bayi. Sulistyoningsih 2011 menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian MP-ASI agar kebutuhan gizi bayi terpenuhi dengan baik yaitu: 1. Memberikan ASI terlebih dahulu kemudian memberikan MP-ASI 2. Makanan padat atau MP-ASI pertama harus bertekstur sangat halus dan licin 3. Bubur nasi diberikan 3 kali sehari dengan porsi disesuaikan menurut umur. Bayi usia 6 bulan sebanyak 6 sendok makan, bayi usia 7 bulan sebanyak 7 sendok makan, bayi usia 8 bulan sebanyak 8 sendok makan, bayi usia 9 bulan sebanyak Universitas Sumatera Utara 9 sendok makan, bayi usia 10 bulan sebanyak 10 sendok makan, dan bayi usia 11 bulan sebanyak 11 sendok makan. 4. Berikan makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan, berupa biskuit, pisang, bubur kacang hijau, nagasari, ataupun sari buah manis yang disaring. 5. Bubur saring hanya boleh diberikan jika bayi telah tumbuh gigi, sedangkan makanan yang dicincang diberikan setelah bayi pandai mengunyah. 6. Setiap kali makan perkenalkan satu jenis makanan apa saja dalam jumlah kecil. Jika bayi alergi terhadap jenis makanan tertentu maka hentikan pemberian. 7. Tambahkan telur ayamikantahutempedaging sapiwortelbayamsantanminyak pada MP-ASI 8. Memperkenalkan sayuran dan buah yang rendah serat seperti bayam, wortel, tomat, jeruk, pisang, pepaya, alpukat, dan pir. 9. Makanan sebaiknya tidak dicampur karena bayi harus mempelajari perbedaan tekstur dan rasa makanan. 10. Makanan padat jangan dimasukkan kedalam botol susu atau membuat lubang dot lebih besar sehingga mengesankan seperti bayi menyusu 11. Bayi dapat diajari makanan dan minum sendiri dengan sendok dan cangkir 12. Tetap berikan ASI sampai anak berusia 2 tahun.

2.1.3. Bahan Dasar MP-ASI

Pada umumnya bahan penyusun MP-ASI bubur bayi terbuat dari tepung terigu. Kandungan gizi pada tepung terigu menurut SNI 01-3751-2006 1991 adalah Universitas Sumatera Utara kadar air maksimal 14,5, kadar abu 1,83, kadar lemak 2,09, protein 7 - 14,45, pati 78,74, karbohidrat 82,35 dan serat kasar 1,92. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap tepung terigu sebagai bahan dasar pembuatan MP-ASI bubur bayi maka diperlukan komoditi lain yang bisa dipakai sebagai alternatif. Menurut SK Menkes 2007, MP-ASI bubuk instan terbuat dari campuran beras. Untuk mengoptimalkan kandungan gizi pada bubur bayi sesuai dengan SK Menkes Tabel 2.1., maka perlu ditambahkan bahan penyusun lain seperti pisang yang merupakan salah satu dari tiga rasa yang disukai oleh bayi. Pisang juga memiliki aroma khas yang harum dan mempunyai kandungan gizi sangat baik, antara lain menyediakan energi dari karbohidrat cukup tinggi dibandingkan buah-buahan lain. Pisang mengandung vitamin dan mineral seperti vitamin C, B kompleks, B6, serotonin, kalium, magnesium, fosfor, besi, dan kalsium. Pemanfaatan buah pisang selama ini belum optimal masih terbatas sebagai buah konsumsi segar dan produk olahan tradisional baik dari buah masih mentah maupun dari buah yang sudah masak. Hal ini perlu diantisipasi adalah lonjakan produksi pada saat panen raya di sentra-sentra produksi pisang sedangkan serapan pasar yang tidak berimbang menyebabkan banyaknya buah yang terbuang. Pisang terutama yang sudah masak, dapat sebagai penyedia energi dalam makanan dan minuman Ardhianditto, 2013. Agar kebutuhan protein dalam MP-ASI tercukupi, maka dibutuhkan tambahan protein dari ikan dan kacang-kacangan seperti ikan lele dumbo dan kecambah kedelai yang bukan hanya berfungsi sebagai penambah jumlah protein yang dikonsumsi, Universitas Sumatera Utara tetapi juga sebagai pelengkap mutu protein dalam menu MP-ASI yang disajikan Mervina, 2009. Tabel 2.1. Komposisi Gizi dalam 100 gram MP-ASI Bubuk Instan No. Zat Gizi Satuan Kadar 1 Energi kkal 400 – 440 2 Protein kualitas protein tidak kurang dari 70 kualitas kasein g 15 – 22 3 Lemak kadar asam linoleat minimal 300 mg per 100 kkal atau 1,4 gram per 100 gram produk g 10 – 15 4 Karbohidrat 4.1. Gula sukrosa g maksimum 30 4.2. Serat g maksimum 5 5 Vitamin A mcg 250 – 350 6 Vitamin D mcg 7 – 10 7 Vitamin E mg 4 – 6 8 Vitamin K mcg 7 – 10 9 Thiamin mg 0,3 – 0,4 10 Riboflavin mg 0,3 – 0,5 11 Niasin mg 2,5 – 4,0 12 Vitamin B12 mcg 0,3 – 0,6 13 Asam Folat mcg 40 – 100 14 Vitamin B6 mg 0,4 – 0,7 15 Asam Pantetonat mg 1,3 – 2,1 16 Vitamin C mg 27 – 35 17 Besi mg 5 – 8 18 Kalsium mg 200 – 400 19 Natirum mg 240 – 400 20 Seng mg 2,5 – 4,0 21 Iodium mcg 45 – 70 22 Fosfor mg Perbandingan Ca:P = 1,2 – 2,0 23 Selenium mcg 10 – 15 24 Air g maksimal 4 Sumber : SK Menkes RI 2007

2.2. Pisang

Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika Universitas Sumatera Utara Madagaskar, Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut dengan Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan gedang. Kedudukan tanaman pisang dalam sistematika taksonomi botani adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Keluarga : Musaceae Genus : Musa Spesies : Musa paradisiacal L. Jenis pisang dibagi menjadi empat, yaitu: 1 Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu M. paradisiaca var Sapientum, M. nana atau disebut juga M. cavendishii, M. sinensis. Misalnya pisang ambon, susu, raja, cavendish, barangan dan mas. 2 Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak yaitu M. paradisiaca forma typical atau disebut juga M. paradisiaca normalis. Misalnya pisang nangka, tanduk dan kepok. 3 Pisang berbiji yaitu M. brachycarpa yang di Indonesia dimanfaatkan daunnya. Misalnya pisang batu dan klutuk. 4 Pisang yang diambil seratnya misalnya pisang manila abaca Prihatman, 2000. Universitas Sumatera Utara

2.2.1. Pisang Awak Musa paradisiaca var. Awak

Berdasarkan jenis-jenis pisang yang diuraikan diatas, pisang awak termasuk pada jenis pisang yang pertama yaitu pisang yang dapat dikonsumsi langsung maupun diolah terlebih dahulu. Pisang jenis ini memiliki panjang sekitar 15 cm dengan diameter 3,7 cm. dalam satu tandan, jumlah sisir ada 18 yang masing-masing terdiri 11 buah. Bentuk buah lurus dengan pangkal bulat. Warna daging buah putih kekuningan dengan kulit yang tebalnya 0,3 cm. Lamanya buah masak dari saat berbunga adalah 5 bulan Supriyadi dkk, 2008. Gambar 2.1. Pisang Awak Masak Musa Paradisiaca var. Awak Pemberian pisang awak sebagai MP-ASI di daerah Aceh sudah menjadi hal yang umum dilakukan secara turun temurun. Pemberian pisang bisa dilakukan baik langsung diberikan kepada bayi dengan mengorek bagian dagingnya memakai sendok maupun dicampur dengan buburnasi tim yang dihaluskan. Menurut hasil penelitian, pisang awak dalam 100 gram kaya akan mineral antara lain: zat besi 0,3 mg, magnesium 29 mg, seng 0,2 mg, fosfor 20 mg, mangan 0,15 mg, tembaga 0,1 mg dan natrium 1 mg. Pisang awak juga kaya akan kandungan Universitas Sumatera Utara vitaminnya. Beberapa vitamin tersebut yaitu vitamin A sebesar 8 mg 126 IU, vitamin C sebesar 9 mg, vitamin B1 sebesar 0,05 mg, vitamin B2 sebesar 0,1 mg, niasin sebesar 0,5 mg, asam folat sebesar 19 mg, vitamin B6 sebesar 0,58 mg, dan asam pantotenat sebesar 0,26 mg Jumirah dkk, 2011. Tradisi pemberian pisang awak masak sebagai MP-ASI tersebut sangat menarik sebagai upaya melestarikan budaya pemberian MP-ASI menggunakan pangan lokal.

2.2.2. Tepung Pisang Awak Masak

Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dan tepung pisang Prihatman, 2000. Pisang sebagai salah satu tanaman buah-buahan mempunyai potensi besar diolah menjadi tepung sebagai subtitusi tepung beras. Tepung pisang merupakan produk yang cukup prospektif dalam pengembangan sumber pangan lokal. Buah pisang cukup sesuai untuk diproses menjadi tepung mengingat bahwa komponen utama penyusunnya adalah karbohidrat 17,2-38 Kurniawan, 2009. Penelitian tentang pemanfaatan pisang awak sebagai bahan MP-ASI yang telah dilakukan menggunakan tepung pisang awak tua 34 masak sebagai campuran makanan tambahan bayi. Pisang mentah mengandung zat tepung starch lebih tinggi yaitu sekitar 20-25 dibandingkan pisang masak yang mengandung zat tepung sekitar 1-2 kandungan tepung yang tinggi sulit untuk dicerna, sehingga diyakini dapat mengakibatkan konstipasi, dan pisang masak mengandung zat antioksidan Universitas Sumatera Utara lebih tinggi dibandingkan pisang mentah. Namun, selama ini pembuatan tepung pisang secara umum diperoleh dari pisang tua yang belum masak atau masih mentah. Keuntungan dari tepung pisang yang dibuat dari pisang masak yaitu kandungan gula yang tinggi, cocok untuk bahan dasar produk makanan yang memerlukan kelarutan, kemanisan, dan kandungan energi yang tinggi seperti makanan untuk bayi Jumirah dkk, 2011.

2.2.3. Pembuatan Campuran Tepung Beras-Pisang Awak Masak

Pembuatan tepung pisang awak masak akan lebih mudah jika dicampurkan dengan beras giling tepung beras. Proses pembuatan tepung pisang awak masak mengacu pada penelitian Jumirah dkk 2011 dilakukan dengan cara berikut: 1. Pembuatan adonan pisang awak: a. Pemilihan pisang awak masak b. Mengambil bagian daging pisang tanpa kulit dan biji dengan pisau stainless steel. c. Menghaluskan daging pisang dengan blender d. Menimbang sejumlah yang diperlukan masing-masing 100 gram e. Menimbang sejumlah tepung beras yang diperlukan setelah diayak terlebih dahulu 10 gram, 15 gram…dst hingga 60 gram f. Mencampurkan dan mengaduk campuran pisang yang telah dihaluskan dan tepung beras sehingga terbentuk pasta yang homogen. Universitas Sumatera Utara 2. Pengeringan adonan dengan tahapan: a. Memindahakan pasta ke talam yang dialasi kertas roti, dengan cara granulasi sederhana, buat merata dan tidak terlalu tebal agar mudah dikeringkan b. Masukkan ke oven, atur suhu sekitar 55 o C sampai 60 o C. Panaskan hingga mengering 24 jam c. Timbang hasil pengeringan setelah didinginkan hingga suhu kamar 3. Penggilingan tepung pisang awak dengan blender, kemudian dilanjutkan dengan pengayakan Mesh 60 hingga diperoleh tepung pisang awak yang halus. Masukkan ke dalam wadah yang kering dan tertutup rapat. Tabel 2.2. Kandungan Gizi Pisang Awak dan Campuran Tepung Beras-Pisang Awak Masak Kandungan Gizi Pisang Awak masak F 40 F 50 F 60 Air 65,80 6,15 5,90 4,20 Karbohidrat : - Total 13,80 59,60 61,70 62,10 - Glukosa 7,91 31,40 26,80 24,60 Lemak 0,14 1,01 1,02 1,15 Protein 1,18 5,42 5,65 5,79 Abu 1,00 1,07 1,09 1,15 Serat Kasar 1,345 1,40 1,51 1,65 Mineral mgkg : - Besi 0,03 0,03 0,03 0,03 - Seng 0,002 0,0025 0,002 0,002 - Kalsium 8,45 14,6 14,7 14,9 - Selenium 0,90 0,90 0,90 0,90 - Kalium 57,43 62,48 62,60 62,75 - Posfor Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Sumber: Jumirah dkk, 2011. Keterangan : -F 40 : Formula yang dibuat dari pisang awak masak 100 gram + tepung beras 40 gram. -F 50 : Formula yang dibuat dari pisang awak masak 100 gram + tepung beras 50 gram. -F 60 : Formula yang dibuat dari pisang awak masak 100gram + tepung beras 60 gram. Universitas Sumatera Utara

2.3. Ikan Lele Dumbo Clarias gariepinus

Ikan Lele Clarias adalah marga genus ikan yang hidup di air tawar. Ikan ini mempunyai ciri-ciri khas dengan tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang serta memiliki sejenis kumis yang panjang, mencuat dari sekitar bagian mulutnya. Ikan ini sebenarnya terdiri atas berbagai jenis spesies. Sedikitnya terdapat 55 spesies jenis ikan lele di seluruh dunia. Jenis ikan yang digunakan adalah lele lokal yang merupakan lele asli di perairan umum Indonesia. Lele lokal sudah dibudidayakan sejak tahun 1975 di Blitar, Jawa Timur. Daging lele lokal sangat gurih dan renyah karena tidak mengandung banyak lemak. Morfologi ikan lele adalah bagian kepalanya pipih ke bawah depressed, bagian tengahnya membulat dan bagian belakang pipih ke samping compressed serta dilindungi oleh lempengan keras berupa tulang kepala. Sejak tahun 1986 telah diimpor jenis lele baru dari Taiwan. Lele ini kemudian diperoleh dengan sebutan “ Lele Dumbo“ atau bahasa ilmiahnya disebut Clarias fuscus. Menurut keterangan importirnya, lele dumbo merupakan hasil kawin silang antara betina lele Clarias fuscus yang asli taiwan dengan pejantan Clarias mossambicus dengan nama sinonim Clarias gariepinus yang berasal dari Afrika dan pertumbuhannya tergolong cepat Djatmiko, 1986 dalam Siregar R. dkk, 2011 . Ikan lele menurut klasifikasi berdasarkan taksonomi yang dikemukakan oleh Weber de Beaufort digolongkan sebagai berikut: Filum : Chordata, yaitu binatang bertulang belakang. Kelas : Pisces, yaitu bangsa ikan yang mempunyai ingsang untuk bernapas. Universitas Sumatera Utara Subkelas : Teleostei, yaitu ikan yang bertulang keras. Ordo : Ostariophysi, yaitu ikan yang di dalam rongga perut sebelah atasnya memiliki tulang sebagai alat perlengkapan keseimbangan yang disebut tulang weber weberian oscicle. Subordo : Siluroidaea, yaitu ikan yang bentuk tubuhnya memanjang berkulit licin tidak bersisik. Famili : Clariidae, yaitu suatu kelompok ikan yang mempunyai ciri khas bentuk kepalanya pipih dengan lempeng tulang keras sebagai batok kepala. Selain itu, ciri khas lainnya adalah bersungut kumis sebanyak 4 pasang, sirip dadanya terdapat patil dan mempunyai alat pernapasan tambahan yang terletak di bagian depan rongga ingsang. Alat pernapasan tersebut memungkinkan ikan lele mengambil oksigen langsung dari udara. Spesies : Clarias batrachus ikan lele lokal Clarias gariepinus hibrida ikan lele dumbo Sumber: Siregar R.dkk 2011 a b Gambar 2.2. a Ikan Lele Lokal Clarias batrachus b Ikan lele dumbo Clarias gariepinus Universitas Sumatera Utara Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar BRPBAT Bogor telah meneliti mengenai penamaan spesies lele dumbo secara ilmiah, yaitu keadaan morfologi, warna tubuh, ukuran perbandingan panjang batok kepala dibanding panjang badan dan sifat-sifat lainnya. Lele dumbo memiliki bentuk tubuh memanjang, agak bulat, kepala gepeng, tidak bersisik, mulut besar, warna kelabu sampai hitam. Di sekitar mulut terdapat bagian nasal, maksila, mandibula luar dan mandibula dalam, masing-masing terdapat sepasang kumis. Hanya kumis bagian mandibula yang dapat digerakkan untuk meraba makanannya. Kulit lele dumbo berlendir tidak bersisik, berwarna hitam pada bagian punggung dorsal dan bagian samping lateral. Sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur merupakan sirip tunggal, sedangkan sirip perut dan sirip dada merupakan sirip ganda. Pada sirip dada terdapat duri. Disimpulkan bahwa lele dumbo tidak mirip dengan Clarias fuscus, tetapi lebih mirip C. mossambicus dari Afrika, yang memiliki panjang batok kepala 15 bagian dari badannya Suyanto, 2007. Keistimewaan ikan lele dumbo adalah tahan hidup dan tumbuh baik di perairan yang kualitas airnya jelek bahkan yang telah tercemar sekalipun. Keistimewaan lainnya adalah mudah dikembangbiakkan, pertumbuhannya relatif cepat, mudah beradaptasi, serta efisien terhadap aneka macam dan bentuk ataupun ukuran pakan yang diberikan. Lele disukai konsumen karena berdaging lunak, sedikit tulang, tidak berduri, dan murah sehingga sangat memungkinkan untuk diolah menjadi MP-ASI lokal Siregar R. dkk, 2011. Universitas Sumatera Utara Sebagai salah satu sumber protein hewani, ikan lele juga mengandung zat gizi lainnya Tabel 2.3.. Selain itu, protein ikan lele mengandung semua asam amino esensial Tabel 2.4 dalam jumlah yang cukup untuk melengkapi asam amino dari campuran tepung beras dan pisang awak dalam pembuatan MP-ASI. Tabel 2.3. Kandungan Gizi Daging Ikan Lele Dumbo per 100 gram. Komponen Jumlah Protein g Lemak g Kalsium mg Fosfor mg Besi mg Vitamin A SI Vitamin B mg Air mg Energy kal 17,00 4,50 20,00 200,00 1,60 150,00 0,05 7,60 113,00 Sumber: Mudjiman, 1984 dalam Siregar, R. dkk ,2011 Tabel 2.4. Susunan Asam Amino Esensial Ikan Lele Asam Amino Protein Arginin Histidin IsoLeusin Leusin Lisin Metionin Fenilalanin Treonin Valin Triptofan Total esensial Nonesensial 6,3 2,8 4,3 9,5 10,5 1,4 4,8 4,8 4,7 0,8 49,9 50,1 Sumber: FAO 1972 dalam Astawan 2008

2.4. Kacang Kedelai Glycine Max L. Merrill