C. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Penilaian tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran. Penilaian adalah alat yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh pemahaman siswa
terhadap materi yang diajarkan. Penilaian dapat diartikan sebagai proses membandingkan hasil pengukuran dengan patokan tertentu Wahyuni dan Ibrahim
2012: 146. Jika dahulu hasil belajar hanya dinilai dalam bentuk tes objektif, kini dunia
pendidikan lebih
menghargai kinerja
siswa yaitu
dengan mengimplementasikan penilaian otentik.
1. Hakikat Penilaian Otentik
Callision mengemukakan bahwa penilaian otentik merupakan penilaian proses yang melibatkan berbagai kinerja yang mencerminkan bagaimana peserta
didik belajar, capaian belajar, motivasi, dan sikap yang terkait dengan aktivitas pembelajaran Nurgiyantoro, 2010: 305. Menilai tidak melulu hanya berfokus
pada hasil, tetapi juga dilihat dari proses awal hingga akhir. Menilai merupakan proses pengambilan hasil baikburuk suatu kegiatan dengan menggunakan
pedoman pengukuran. Dalam menilai hendaknya seorang guru memiliki teknik dan pedoman agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Suryaman 2012: 159
mengatakan bahwa penilaian otentik merupakan teknik penilain alternatif yang memungkinkan
siswa dapat
mengeksplorasi keterampilannya
dengan mensimulasikan situasi dalam dunia nyata di luar sekolah. Pembelajaran tidak
hanya dilakukan di dalam kelas. Untuk mendukung proses pembelajaran, tidak jarang siswa diharuskan keluar dari lingkungan sekolah dan menganalisis secara
langsung objek-objek terkait. Dalam jurnal yang berjudul Practical Assesment
Research Evalution mengatakan “Assessment is authentic when it measures
products or performances that “have meaning or value beyond success in school”. Penilaian hendaknya dilakukan secara menyeluruh baik proses maupun
hasil akhir Newman dkk dalam Frey, 2012: 2. Penilaian pembelajaran bahasa, termasuk Bahasa Indonesia, harus
memperhatikan hakikat bahasa dan fungsi bahasa. Pada hakikatnya, bahasa merupakan hasil budaya manusia yang selanjutnya juga berfungsi sebagai sarana
komunikasi. Penilaian yang baik tidak hanya dilihat hari hasil akhir, tetapi juga harus mengacu pada proses kinerja siswa. Sementara itu Dorn, dkk 2004: 98
dalam bukunya yang berjudul Assesing Expressive Learning mengungkapkan “It
also is focused on student performance, which is observable evidence of what students know and can do”. Penilaian tersebut difokuskan pada kinerja siswa.
Penerapan penilaian otentik dianggap penting oleh berbagai pihak karena penilaian tidak sekedar menanyakan atau menyadap pengetahuan, melainkan
kinerja secara nyata dari pengetahuan yang dikuasai tersebut Nurgiyantoro, 2013: 306. Siswa dianggap menguasai pembelajaran jika ia mampu menunjukkan
kinerjanya secara sungguh-sungguh. Untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran, guru harus menerapkan penilaian otentik yang mampu mengukur
tingkat pemahaman siswa secara tepat dan nyata, sekaligus mampu dijadikan dasar pengembangan proses pembelajaran Abidin, 2012: 225. Selain itu,
Wahyuni 2012: 67 mengemukakan terdapat beberapa karakteristik penilaian otentik, di antaranya, 1 memuat tugas yang menyelaraskan antara isi dan tujuan
pembelajaran, 2 bisa diterapkan pada kehidupan yang sesungguhnya, 3 berisi